info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Semakin Jauh Semakin Cepat

Hendra Aripin 7 Januari 2011
<p>Hari ini adalah hari pertama saya mengajar di SDN Belang-Belang. Kepala sekolah sedang berhalangan. Jadi saya mesti memperkenalkan diri sendiri. Hari itu, ada 2 guru lain datang, guru kelas 2 dan kelas 3. Salah seorang guru mengatakan kepada saya bahwa kepala sekolah menempatkan saya di kelas 4. Saya masuk ke kelas 4 dan mulai memperkenalkan diri saya. Mata mereka berseri-seri karena sudah lama mereka tidak memiliki seorang wali kelas.</p> <p>“Kalian boleh panggil saya Pak Hendra. Bapak tinggal di tempat Pak Mus. Sering main ya,” saya tersenyum.</p> <p>Saya memperkenalkan sinyal patung dan halo hai. Mereka semua kelihatan sangat menikmatinya. Lalu, tanpa sengaja, saya melihat keluar kelas. Saya melihat ada anak-anak berlarian di lapangan sekolah. “Mereka pasti kelas 5 dan 6,”pikirku. Saya memutuskan ke arah kelas 6. Sebelumnya, saya memberikan mereka catatan lagu Indonesia Raya <em>full version.</em></p> <p>Hanya ada 10 siswa di sana (belakangan saya tahu kalau sebenarnya ada 6  siswa yang membolos, kemungkinan karena kalau mereka ke sekolah, mereka toh tidak ada guru sama sekali). Kelas 5 hanya dihadiri oleh 7 siswa dari total 11 siswa. Saya memutuskan menggabungkan mereka. Saya harus berbicara dengan mereka. Di meja guru kelas 6, saya melihat ada bola dunia. Saya ambil globe itu dan tanpa pikir panjang, saya bertanya ke mereka, “tahu Bapak dari mana?”</p> <p>“Bapak dari Jakarta. Bapak letaknya di sini. Kalian di mana?”tanyaku. Anak-anak kebingungan.</p> <p>“Kalian di sini,”sembari menunjuk peta Halmahera Selatan.</p> <p>“Dengarkan bapak, bapak punya cerita.” Mendadak kelas jadi diam.</p> <p>“Kalian tahu, berapa jam yang Bapak butuhkan dari Ternate ke Labuha.” Semua masih diam.</p> <p>“8 jam. Itu naik kapal besar. Dari Jakarta ke Ternate, kalian tahu berapa lama? 3 jam saja.” Aku kemudian menggambar peta Indonesia.</p> <p>“Dari sini ke sini, Bapak butuh 8 jam. Dari sini ke sini, hanya 3 jam. Ada yang tahu kenapa?”. Semua terdiam.</p> <p>“Bapak dari Jakarta ke Ternate naik pesawat terbang. 3 jam saja. Dari Ternate ke Labuha naik kapal 3 jam. Dan dari Labuha ke Belang-Belang ½ jam. Pesawat terbang, sangat cepat. Jarak jauh, terasa dekat. Kapal, kalah cepat dengan pesawat. Jarak dekat, tetapi lebih lambat. Tahu siapa yang membuat pesawat terbang? Yang membuat kapal?” tanyaku.</p> <p>“….”, mereka masih diam tapi mata mereka berkaca-kaca penuh rasa ingin tahu.</p> <p>“Pesawat terbang buatan orang bule. Kapal juga mesinnya buatan bule, kadang-kadang ada yang buatan Indonesia, tetapi tidak secepat buatan bule. Tahu apa yang buatan Indonesia?” Aku menggambar perahu kecil ketinting.</p> <p>“Perahu ketinting ini. Ini yang baru bisa kita buat. Mesinnya juga buatan Jepang atau Amerika. Anak-anak, bangsa kita butuh kalian. Suatu saat, 10-20 tahun kalian lagi, Bapak harap bapak bisa melihat kalian yang membuat pesawat untuk bangsa kita. Jadi, lain kali, dari Belang-Belang ke Jakarta, cukup 3 jam saja. Kalian bisa, benar-benar bisa. Rajin belajar dan jangan takut bertanya. Itu saja. Bisa?”</p> <p>“Sayaa….”jawab mereka serempak. Saya tersenyum lebar melihat mata-mata mereka yang berbinar penuh harapan.</p> <p>Oke, berharap tak ada salahnya kan?</p>

Cerita Lainnya

Lihat Semua