Parasetamol

Hendra Aripin 7 Januari 2011
Kepalaku agak sakit pagi ini. Mungkin karena saya kurang tidur. Yeah, kemarin malam, saya tidur lebih larut daripada biasanya. Saya segera mencari parasetamol. Parasetamol adalah obat yang biasa diresepkan oleh dokter untuk sakit kepala. Dosis yang dianjurkan biasanya adalah 1 hari 3 kali makan sampai sembuh. Sebelum minum parasetamol, sangat dianjurkan untuk mengisi perut terlebih dahulu. Seperti biasa, saya melakukan ritual persiapan harian saya. Singkatnya, saya tiba di kelas. Kepala saya sudah membaik. Hari ini, guru kelas 1, guru kelas 2, guru kelas 3, dan guru kelas 5 datang. Artinya saya bisa fokus ke kelas 4 dan kelas 6. Saya sudah mengajar beberapa minggu di SDN Inpres Belang-Belang. Sedikit demi sedikit, saya mulai mengenal karakter anak-anak saya. Ada seorang anak, bernama Rusdi. Dia jarang sekali mengerjakan tugas yang saya berikan padanya, baik di kelas ataupun pekerjaan rumah. Hari ini tidak beda dengan hari sebelumnya. Rusdi tidak mengerjakan tugas karangan yang saya berikan padanya. Saya meminta Rusdi mengerjakannya sekarang. Dia ogah melakukannya. Saya sebenarnya agak kesal. Saya mencoba berbagai cara, dari menanyakan alasannya, menjelaskan konsekuensi tidak mengerjakan tugas, sampai menjelaskan masalah pentingnya mengerjakan tugas untuk kebaikan dirinya sendiri. Dia hanya membuang muka. Anak-anak lain terus membujuknya untuk mengerjakan tugasnya. Dia tetap tidak mau. Sakit kepalaku kembali menyerang. Saya tidak membawa obat saya. Tetapi obatpun mungkin tidak akan berguna. Parasetamol adalah obat pereda gejala. Obat ini bekerja pada syaraf manusia, detail tentang obat ini sayapun kurang tahu. Yang pasti, kalau penyebab utama penyakit itu tidak ditemukan, penyakit ini akan selalu kembali. Tetapi beberapa penyakit memang sembuh dengan sendirinya. Salah satunya penyakit influenza. Virus influenza sendiri tidak bisa benar-benar hilang dari tubuh manusia, tapi siklus penyakit ini mengikuti tali pelana. Tali pelana, maksudnya, setelah masa-masa gejala awal, mencapai puncak dan beberapa hari di puncak penyakit, flu akan sembuh secara perlahan dengan sendirinya. Namun, selain tipe influenza, ada juga penyakit-penyakit dengan gejala sama, namun memiliki akar penyebab yang sama sekali berbeda. Bila akar masalahnya tidak diselesaikan, penyakit ini akan terus menghantui si penderita dan mungkin malah bertambah parah. Sebagai contoh, infeksi tubuh manusia. Infeksi menghasilkan demam (dan gejala demam juga kebetulan bisa diringankan dengan parasetamol). Namun, mengobati demam tanpa mengobati infeksi tidaklah menyelesaikan masalah. Terlihat sama belum tentu sama. Mungkin itu juga yang terjadi pada Rusdi. Sekilas, kelakuan yang dimiliki Rusdi adalah karakteristik kenakalan anak SD. Normalnya, guru bisa memberi dia treatment seperti memberi imbalan-hukuman, mengonstruksi pikirannya di kelas, memberi tugas yang berbeda, memberi tanggung jawab lebih, atau malah mungkin mengabaikannya dan berfokus pada anak lain. Permasalahannya, benerkah treatment khusus di sekolah yang dia butuhkan? Well, saya merasa perlu untuk mencari tahu akar masalah, menyembuhkannya dan bukannya hanya sekedar memberi parasetamol. Baru-baru ini, saya berbicara dengan penduduk setempat mengenai keadaan dan perkembangan sekolah. Saya menceritakan beberapa kesulitan saya. Sebelumnya, saya juga membicarakan hal ini dengan kepala sekolah dan salah seorang guru yang pernah mengajarnya di kelas 3. Mereka semua memberikan jawaban yang kurang lebih mirip. Anak ini sangat dimanjakan oleh keluarganya. Benarkah? Saya tidak tahu. Mungkin ini juga hanya gejala yang tampak. Saya akan cari tahu. Dimanjakan? Mungkin. Tetapi belum tentu, gejala yang sama belum tentu penyebabnya sama. Apalagi jika hanya menganalisis sebuah penyakit dari permukaan. Toh mereka dan saya bukan ”dokter”. Bukan berarti saya akan diam saja. Ada yang bisa bantu?

Cerita Lainnya

Lihat Semua