Tanjung Aru, Tanjung Harapan "Desa Penuh Pesona Dengan Sejuta Harapan"

Hendi Gunawan 23 Maret 2012

 

       Desir ombak bernyanyi berkejaran, terdengar cukup jelas dari depan kamarku yang langsung berhadapan dengan laut selat Makassar, matahari pagi pun telah tersenyum menyambut pagi cerahku merasuk melalui celah-celah jendela kamarku, menandakan Aku harus segera bersiap menyongsong murid-muridku, menikmati hari bersama mereka di sebuah sekolah yang terletak paling ujung kalimantan Timur berhadapan dengan derasnya angin Utara selat Makassar.

 

           SDN 001 Tanjung Harapan namanya, sebuah sekolah yang sedang bergelut dalam kerasnya pendidikan di daerah pelosok.   Sarapan telah selesai, kucium tangan kedua orang tua angkatku, aku bersiap berangkat menuju tawa dan canda murid-muridku, dengan baju dinas hadiah pemberian dari bendahara sekolahku yang sangat baik Aku berangkat ke sekolah dengan penuh semangat dengan naik sepeda hasil pinjaman dari Pak Kapospol Tanjung Harapan. 

 

       Tak seberapa lama sampailah Aku di sana, begitu memasuki gerbang sekolah Aku langsung disambut oleh deretan dagangan murid-muridku, Pasar pagi Tanjung Harapan begitu Aku menamainya. Sebuah tradisi dan kebiasaan murid-muridku untuk bersekolah sambil berdagang, dan Aku selalu terkesima dengan perjuangan mereka. Sekolahku yang bangunannya memanjang berbentuk huruf “U”,  di deretan depan kelas mereka, dipenuhi oleh berbagai macam dagangan, mulai dari pentol, es mambo, bon-bon, ciki-cikian, aneka kue basah, dan buah-buahan yang berubah tergantung musim, serta kepiting dan udang hasil tangkapan mereka tak luput menjadi dagangan, bahkan ada yang menjual semacam kupon undian berbagai hadiah dan ini salah satu yang paling ramai dikunjungi termasuk oleh Aku sendiri berharap mendapat hadiah yang menarik tentunya. Hyap suguhan inilah yang menjadi penyemangat pagiku setiap hari.

 

      Sekolahku terdiri dari dua belas lokal yang mempunyai paralel dari kelas 1 hingga kelas 6, hal ini wajar sebab murid-muridku kira-kira berjumlah 400 siswa ditambah sekolah jauh kami yang berada di Desa IPI, desa sebelah yang menjadi binaan dari desa Tanjung aru, termasuk sekolahnya yang menginduk ke sekolahku SDN 001 Tanjung harapan. Aku sendiri bertugas menjadi wali kelas 4A sekaligus guru TIK, menjadi guru TIK merupakan sebuah kebanggaan bagiku, sebab dengan begitu aku mendukung visi kepala sekolahku yang berharap lulusan pesisir ini menjadi generasi yang melek teknologi nantinya, tapi tidak mudah hal ini menjadi tantangan bagiku yang harus membendung semangat mereka yang begitu besar ketika praktek komputer, yang terkadang hanya menggunakan satu buah laptop tapi luar biasanya mereka mampu menunggu dengan tertib, antusias dan sabar.    

 

       Murid-muridku berbagai macam karakternya, tapi mereka memiliki satu kesamaan sangat antusias dengan hal-hal baru dan selalu mau tahu dan bertanya hal apapun yang mereka suka dan membuat mereka penasaran, mulai dari hal-hal yang sangat penting sampai hal-hal yang sangat-sangat tidak penting, menurutku tapi itu penting untuk mereka. Mereka menanyakan kenapa saya bersepeda ke sekolah tidak jalan kaki, kenapa bapak mau mengajar di pesisir, samapai pertanyaan kenapa Air hujan tidak asin padahal kan air hujan berasal dari penguapan air laut yang asin. Pertanyaan-pertanyaan merekalah yang terus membuatku hidup dan berbahagia berada di daerah pesisir bernama Tanjung Aru, Tanjung Harapan ini.

 

         Rasanya tidak lengkap jika Aku tidak menceritakan rekan, sauadara, sekaligus kakak dan ibu bagiku, orang-orang yang menjadi inspirasi bagi anak-anak muridku setiap harinya. Siapa mereka ? Mereka adalah bapak dan ibu guru yang juga mengabdi bersamaku. Para Pahlawan tanpa tanda jasa  SDN 001 Tanjung Harapan. Bersama mereka Aku membangun desa ini, melalui pendidikan. Membangun generasi madani yang kelak akan menjadi generasi hebat yang akan membangun desa Tanjung Aru menjadi Desa yang liuar biasa. Tim hebat kami terdiri dari 15 orang guru terdiri dari 12 guru kelas, satu guru olah raga, dan satu guru bertugas di sekolah jauh ditambah satu guru agama satu staf TU serta Aku, Pengajar Muda Indonesia Mengajar. Sebagian besar guru-guru di sekolah kami merupakan putra dan putri daerah sehingga masaqlah klasik tentang seringnya guru lebih banyak menghabiskan waktu di kota jarang terjadi di sekolah kami, kekurangan guru sepertinya tidak, tapi pas-pasan kalo kata orang kebanyakan, dengan jumlah murid kami yang 400 siswa lebih.  

 

       Komposisi guru di sekolah Kami cukup ideal dengan perpaduan antara guru muda dan senior yang berimbang. Jadi pengalaman bapak dan ibu guru senior ditambah dengan semangat yang menggebu dari para guru muda menjadi perpaduan sempurna dalam pembangunan sekolah kami. Hal ini terbukti sekarang sekolah kami sekarang telah memiliki lima ekstra kulikuler aktif yang dilaksanakan kala sore setiap harinya, Pramuka, sepak bola, bulu tangkis, pencak silat dan Teater menjadi ajang bermain bagi mereka.   

 

       Selain itu dengan kekompakan kami para guru SDN 001 Tanjung Harapan,  Aku merasa Manajemen yang demokratis dan transparan sudah mulai membudaya di sekolah Kami, terbukti dengan Dana BOS sekolah kami yang telah transparan, penyusunan RAPBS dilakukan dengan rapat bersama seluruh guru ditambah sharing dengar pendapat dengan komite sekolah, serta pelaporan Dana BOS Kami pajang besar-besar di mading sekolah menghindarkan kecurigaan penyalahgunaan Dana BOS sekolah Kami yang sangat besar setiap tahunnya, hal ini wajar sebab sekolah kami memiliki banyak sekali murid, dan puncaknya sistem pelaporan Dana BOS sekolah kami menjadi sistem percontohan yang diadopsi oleh beberapa sekolah di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Salut dan sebuah prestasi luar biasa bagi sekolah kami yang jauh dari hiruk pikuk dunia luar. 

 

           Itulah sekelumit cerita tentang sekolahku SDN 001 Tanjung harapan, dengan segala keterbatasan kami, kami tetap berjuang, bersemangat untuk juga menaklukan dunia. Berharap suatu saat nanti akan lahir pemimpin hebat dari desa kami Tanjung Aru, Tanjung Harapan Desa penuh pesona dengan sejuta harapan.   

 

 29 Februari 2012

Hendi Gunawan

Pengajar Muda Paser Kalimantan Timur

Untuk dimuat di Majalah Pelita paser 


Cerita Lainnya

Lihat Semua