info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Persami dan Tugas Terakhir Sebagai Guru

Hanif Akhtar 17 Desember 2015

Kebahagiaan terbesar menjadi seorang Pengajar Muda adalah dapat membersamai anak-anak untuk tumbuh dan berkembang. Menjadi saksi langsung perubahan mereka hari demi hari yang tidak akan pernah ditulis di buku manapun. Belajar dan bermain bersama, sama-sama belajar dan sama-sama bermain.  

Hari Jumat adalah hari terakhir ujian semester, dan hari Sabtu-Minggu ini sekolah kami mengadakan Perkemahan Sabtu-Minggu (Persami). Seluruh siswa kelas 4,5, dan 6 ikut dalam kegiatan Persami ini. Jika dilihat dari sudut pandang guru-guru, wacana persami ini mungkin adalah wacana yang sangat ambisius dari saya di tengah kesibukan mereka dengan urusan PU PNS dan rekapitulasi nilai. Namun bagi saya, Persami ini adalah hadiah bagi mereka yang sudah mengikuti latihan pramuka rutin selama satu semester, khususnya bagi siswa laki-laki yang tidak pernah dibawa jika ada kegiatan jambore karena dibilang kepala batu. Persami ini juga adalah ujian bagi mereka untuk membuktikan perubahan apa yang ada dari dalam diri mereka.

Untungnya wacana Persami ini disambut positif oleh guru-guru dan Kepala Sekolah. Mereka semua berkomitmen untuk mengadakan kegiatan yang belum pernah diadakan sebelumnya di sekolah ini. Dan yang paling menyambut positif wacana ini tentu saja adalah murid-murid kelas 4, 5, dan 6. Untuk pertama kalinya mereka akan merasakan kemah bersama-sama. Persiapan perkemahan berlangsung lancar, Pak Lis menjadi motor persiapan peralatan, Enci Muawiyah menjadi motor persiapan konsumsi, dan saya beserta teman-teman DKR menjadi motor persiapan acara.

Jam setengah 3 sore anak-anak sudah datang ke sekolah membawa seluruh peralatan kemah mereka. Ada yang membawa peralatan ala kadarnya sesuai yang tertulis di daftar perlengkapan, namun ada juga yang seperti pindahan rumah dengan membawa serta boneka dan tas besar mereka. Setelah sholat ashar, kegiatan Persami resmi dibuka. Acara menjadi semakin ramai ketika memasuki malam hari. Orang tua murid mulai berdatangan ke tempat kemah untuk menyaksikan api unggun dan pentas seni. Ya, kegiatan kali ini, kami memang membuka diri, sehingga orang tua juga dapat melihat perkembangan anak-anaknya di sekolah. Kegiatan singkat yang melibatkan semua unsur, guru, siswa, dan orang tua.

Malam hari setelah pentas seni adalah malam yang cukup panjang bagi kami. Malam itu terasa panas sekali di dalam tenda, ditambah banyak sekali nyamuk. Anak-anak tidak bisa tidur. Seberapa keras saya menyuruh mereka tidur dan seberapa keras mereka berusaha tidur, namun tetap gagal juga. Satu per satu mereka keluar tenda mau kecing, sesekali menyanyi-menyanyi sambil mengganggu teman di tenda sebelah. Dua jam pertama masih saya marah mereka untuk keluar-masuk tenda. Namun sampai jam 1 malam, mata kami masih belum juga bisa tertidur. Akhirnya saya biarkan mereka melakukan apa yang ingin mereka lakukan. Saya duduk di tenda memandangi polah tingkah mereka. Mungkin ini adalah kegiatan terakhir saya bersama mereka. Mungkin ini adalah kesempatan terakhir saya melihat tingkah lucu, konyol, nakal mereka yang tidak ada unsur manis-manisnya. Maka biarkan saja malam ini menjadi malam yang panjang bagi kami.

Adzan Subuh membangunkan saya, entah sejak kapan saya mulai tertidur. Tapi banyak anak-anak masih bermain di luar tenda, sepertinya mereka tidak tidur semalaman. Saya mulai bersiap untuk kegiatan senam pagi dan penjelajahan. Kegiatan persami diakhiri pukul 11 siang. Kepala Sekolah meminta saya untuk menjadi pembina pada upacara penutupan. Di situ saya sampaikan rasa bangga saya terhadap mereka yang telah tumbuh dan berkembang, mereka yang menjadi lebih mandiri dan bertanggung jawab. Namun ada satu yang tidak bisa saya sampaikan disitu, bahwa mereka telah membuatku jatuh cinta dan mereka akan sangat saya rindukan. Dan sesaat setelah mereka meninggalkan lokasi perkemahan, saat itu pula saya merasa tugas saya sebagai guru di SD Inpres Moilong telah selesai.

Satu tahun saya menjadi bagian dari keluarga besar SD Inpres Moilong. Banyak suka duka kami rasakan bersama. Hari ini tugas-tugas saya sebagai guru telah saya selesaikan. Segala ilmu yang saya miliki sudah saya berikan. Ujian dan rekapitulasi nilai sudah saya serahkan kepada guru kelas masing-masing. Dan kegiatan ekstrakurikuler pramuka ini telah melaksanakan ujiannya. Sudah cukup bagi saya menjadi guru mereka. Sudah saatnya mereka belajar dari sumber ilmu yang lain. Sebentar lagi posisiku sebagai guru bantu akan digantikan dan perjuanganku akan diteruskan oleh orang lain. Selamat bermain dan belajar bersama untuk kalian, anggota baru keluarga besar SD Inpres Moilong. Dan untuk anak-anakku, setelah ini kalian tidak harus memanggil Bapak dengan panggilan “Pak Guru” lagi, cukup panggil saja “Pak Hanif”, atau panggil saja Kakak.

 

Bersamamu kuhabiskan waktu, senang bisa mengenal dirimu. Rasanya semua begitu sempurna, sayang untuk mengakhirinya. (Ipang - Sahabat Kecil)


Cerita Lainnya

Lihat Semua