Jangan Panggil Pak Hanif!

Hanif Akhtar 21 Maret 2015

“Pak Hanip, sebentar masuk ke kelas kitorang e”, “Pak Hanip, sebentar sore pigi gedung e”,”Pak Hanip, sebentar malam mengaji e”, “Pak Hanip...”

Saya bersyukur, akhirnya nama saya dapat nyantol juga di kepala anak-anakku. Sejak pertama kedatangan saya di desa ini, mereka sering melupakan nama saya meskipun sudah beberapa kali kenalan. Mungkin nama “Hanif” memang terlalu asing di telinga mereka dan terlalu ribet di lidah mereka. Dan sekarang saat semua anak sudah akrab memanggil saya dengan panggilan “Pak Hanip”, nampaknya mereka harus mengubah kebiasaan itu lagi.

Adalah Enci Sabaria yang mengajarkan (dan melarang keras) pada mereka bahwa memanggil “Pak Hanip” itu tidak sopan, panggil “Pak guru”. Saya juga baru tahu jika memanggil nama orang tua itu dianggap tidak sopan di sini. Pantas saja, sejak awal saya selalu bingung, ketika ada anak mencari guru mereka di ruang guru mereka selalu bertanya,”Pak Hanip, Enci ada?”. Maka untuk memastikan Enci siapa yang sedang mereka cari aku harus bertanya balik,”Enci siapa?”. Barulah mereka memperjelasnya dengan menyebut nama atau menyebut “Enci kelas 3”.

Saya terlahir di lingkungan budaya yang terbiasa akan hirarki. Hormat terhadap orang yang lebih tua, dengan menggunakan bahasa yang lebih halus misalnya, adalah hal biasa bagi saya. Namun baru kali ini saya menjumpai memanggil nama adalah sesuatu yang kurang sopan. Dan sebenarnya saya pribadi tidak keberatan dipanggil “Pak Hanip”, senang malahan karena akhirnya anak-anak sudah mengenal saya dan terkesan lebih akrab.

Selama ini saya selalu memposisikan diri sebagai teman bagi anak-anak. Menjadi setara dengan mereka, sangat menyenangkan untuk bisa menyelami dunia mereka sambil bernostalgia dengan masa kanak-kanak saya. Namun menjadi teman mereka kadang menjadi bumerang sendiri. Anak-anak sering tidak mengikuti kata-kata saya, terkadang membantah. Terlebih lagi saya sulit untuk menunjukkan ekspresi marah. Tapi sekarang, setidaknya ada sesuatu dari diri saya yang mereka takuti, salah memanggil “Pak Hanip”.

Lucunya, sekarang jika mereka keceplosan memanggil “Pak Hanip”, mereka segera menutup mulut dengan tangan dan berkata,“eh Pak guru, maaf e”. Bahkan kalau ada anak yang tidak sadar kalau salah memanggil nama, teman yang lainnya segera memperingatkannya dengan keras dan beharap Enci mereka tidak sedang di dekat mereka atau mereka akan dimarahi habis-habisan. Dan saat demikan saya hanya senyum-senyum saja. Well kids, sebenarnya menghormati orang yang lebih tua itu tidak hanya dari bagaimana kamu memanggilnya, tapi juga bagaimana kamu bersikap terhadap mereka. Tapi, okelah, semoga ini hanya permulaan untuk kalian belajar hal yang lebih luas.

“Heh, kamorang jangan panggil Pak Hanif, panggil Pak Guru, nanti dimarah enci lho”

30 detik kemudian...

“Pak Hanip saya pinjam ini e. Eh..” *tepok jidat

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua