Makhluk Kecil Penuh Kejutan

Hanif Azhar 16 Januari 2015

Saya mungkin belum merasakan betapa berartinya eksistensi saya di dunia sebelum bertemu dengan anak-anak ajaib ini. Anak didik saya memang tidak banyak. Dihitung dengan jari tangan pun sudah lebih dari cukup. Sebagai wali kelas 3, saya hanya mendapatkan amanah untuk mengawasi perkembangan delapan anak sampai setahun ke depan. Justru, sedikitnya jumlah anak didik membuat saya dapat lebih dekat secara personal dan belajar mengenal karakter mereka. (Baca tulisan saya sebelumnya, Kelas Galaksi Bima Sakti)

Kedekatan emosi kami pun semakin erat. Belum pernah terpikirkan sebelumnya, anak-anak umur 8-9 tahun sudah pandai membuat kejutan-kejutan kecil yang menyenangkan. Pernah saya tidak masuk sekolah beberapa hari karena sedang ada sedikit urusan bersama Kelas Inspirasi Palembang. Ketika pulang ke talang, saya terkejut. Masuk kelas penuh hiasan warna-warni bertuliskan “Selamat Datang Bapak Hanif Azhar, Kami Merindukanmu”. Satu kertas untuk satu huruf, dihias sedemikian rupa, semua warna ada, dan ditempelkan di dinding sekolah. Saya terpaku melihatnya.

Pernah juga ketika saya memberi tugas kesenian dan kewarnegaraan untuk membuat karya bertemakan nasionalisme. Beberapa di antaranya ada yang menggambar burung garuda, Pancasila, Presiden RI, dan pahlawan nasional. Namun, sebagian lainnya menggambar sebuah sosok yang sangat akrab dengan mereka, yaitu gurunya. Iya, mereka menggambar diri saya. “Bapak adalah pahlawan kami, berarti menggambar bapak juga termasuk karya nasionalisme kan, Pak?” tanya mereka polos. Sekali lagi saya terdiam.

Entahlah, dari mana mereka mendapatkan ide-ide kejutan tersebut. Yang pasti, setiap hari selalu ada kejutan menyenangkan untuk saya. Puncaknya adalah hari pertama masuk sekolah di semester dua. Memang, sebelumnya saya sempat meninggalkan talang untuk memanfaatkan liburan semester ganjil selama dua minggu. Setidaknya itu waktu yang cukup lama bagi mereka. Ketika melihat saya dari kejauhan, mereka langsung berlarian menjemput saya. Kemudian berebutan mencium tangan saya, serta memeluk saya dari berbagai macam sisi. Mereka menciumi tangan saya dengan antri, seperti orang-orang berbaris menunggu giliran mengambil sembako. Tidak ada habisnya. Setelah berhasil mencium saya, mereka ikut berbaris lagi di urutan paling belakang. Dan begitu seterusnya. Setelah itu, mereka mengangkat saya beramai-ramai. Mengarak saya keliling lapangan sekolah, saking bahagianya. Hemat saya, kok bisa anak-anak sekecil ini menggendong gurunya keliling lapangan? Mengagumkan!

Hari-hari menyenangkan pun kami lewati bersama. Bermain sambil belajar di sekolah. Menjelajahi hutan tropis dan kebun karet. Berburu biji karet dan berebut bersama monyet-monyet. Menyelusuri sungai dan mandi bersama. Membentuk klub-klub kreativitas, bahasa Inggris, dan Public Speaking. Membuat origami berbagai macam rupa dan bereksperimen dengan alam. Ah, tujuh bulan di penempatan pun sampai tak terasa. Anak-anak SDN 10 Rambang kelas jauh ini memang mengesankan, penuh kejutan!

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama. Saya benar-benar menemukan makna dari kebermanfaatan itu di sini, di Talang Airguci. Sebuah pemukiman kecil di dalam hutan Sumatera Selatan yang penuh dengan nilai pembelajaran. Saya menemukan betapa berartinya keberadaan kita di antara orang-orang yang membutuhkan.

Alhamdulillah, terimakasih Ya Allah atas segala kesempatan.

Selamat! telah melewati fase tujuh bulan, Pengajar Muda Delapan.

Semoga Allah selalu memberkati kita dengan nikmat kesehatan dan senantiasa memberikan kemudahan.

 

Talang Airguci, 15 Januari 2015

Hanif Azhar, Pengajar Muda Kabupaten Muara Enim


Cerita Lainnya

Lihat Semua