Melihat Salju

Angga Oktra Pria Fambudi 15 Januari 2015

“Pak Guru, salju itu seperti apa?”

Mendengar pertanyaan itu jujur aku sedikit bingung untuk menjawabnya. Secara bentuk dan deskripsi aku jelas sudah tahu karena sering sekali kumelihatnya di TV ataupun di Film. Namun secara langsung, aku belum pernah menjamahnya. Maka aku jelaskan saja sebisaku pada mereka;

        “Salju itu dingin nak, karena terbuat dari Es, terus warnanya putih, macam es serut sudah!”

        “ Wah, dingin kalau begitu pak Guru?”

        “ Kalau kau pegang es bagaimana? Dingin kah tidak?”

Mendengar jawaban itu anak – anak tertawa kemudian berujar lagi..

        “Kalau begitu nanti pak guru ajak kita lihat salju yah!”

         Insyaallah ya nak, kemudian aku lanjutkan lagi pelajaran hari itu. Sesampainya dirumah aku masih kepikiran keinginan murid – muridku tadi. Rasanya ingin sekali mengajak mereka melihatnya dan menunjukkan bagaimana rupanya daratan yang membeku agar bisa memuaskan rasa ingin tahu mereka. Jarang sekali bagi mereka untuk mendapatkan tontonan video edukatif karena memang terbatasnya media yang ada. Televisi mamang ada namun itupun dihidupkan ketika genset menyala di malam hari dan belum lagi mereka harus berebut dengan saudara mereka hanya untuk sekedar mendapatkan hiburan itu. Ditambah lagi acara edukasi untuk anak juga jarang sekali ada di waktu genset menyala tersebut.

         Sekejap setelah terbayang – bayang hal itu aku langsung melihat isi laptopku. Kucari – cari video dokumenter yang memang sengaja kukumpulkan untuk memberikan wawasan baru untuk mereka. Salju, salju salju, kucari video tentang salju di laptopku dan akhirnya ketemu. Aku menemukan sebuah video dokumenter yang bercerita tantang liputan di sebuah daratan yang membeku yang judulnya “The Frozen Planet”. Yah, hal ini sepertinya akan memberikan sedikit kejutan kecil untuk mereka di hari sabtu nanti ketika pelajaran SBK. Waktu SBK sengaja kupilih karena pada waktu pelajaran SBK hari sabtu memang dikhususkan untuk belajar exstrakulikuler seperti Bahasa Inggris, angklung, pianika dan juga seruling, tinggal menyelipkan diantara kegiatan seni tersebut saja.

        Hari sabtu pun tiba, hari itu kebetulan aku sedang mengajar sendiri karena kebetulan kepala sekolah masih ada mengurusi kegiatan administrasi sekolah di kabupaten dan satu orang guru lainnya masih menunggu jadwal kapal untuk kembali. Aku mengumpulkan semua muridku di kelas yang biasanya kugunakan untuk mengajar anak – anak kelas 5-6. Disana aku langsung mengkomandokan kepada mereka semua untuk mengatur posisi. Tanpa pikir panjang merekapun langsung mengatur posisi ternyaman sambil berdesakan dengan teman mereka. Sebentar setelah itu ada beberapa yang bertanya;

        “ Pak guru, kitong mau nonton apa?”

        “Kau lihat saja e, pasti bagus kalau pak guru yang pilih”

Mendengar jawabanku mereka kemudian terdiam menanti sampai akhirnya aku putar video yang sudah kusiapkan sehari sebelumnya.

        “Ninoooo (ungkapan terkejut), saljuuuuuu”

        Pandangan seisi kelas langsung tertuju ke Netbook mungilku yang kutaruh d depan kelas diatas tumpukan kardus yang telah kususun. Kurang seimbang memang, satu buah Netbook melawan sekitar 80 anak didalam satu kelas. Namun sepertinya video yag kuputar benar – benar menarik untuk mereka sampai bisa mendiamkan mereka untuk waktu yang lumayan lama. Disela – sela waktu menonton aku sempat mendengar beberapa dari mereka berkata dengan setengah berbisik;

        “Kapan e kita bisa main salju! Luncur – luncur disalju sepertinya asik e!”

        Aku tersenyum mendengar celetukan itu. Senang rasanya melihat mereka mempunyai keinginan yang bisa saja jadi doa untuk kelak tuhan wujudkannya suatu hari nanti. Setelah kurasa cukup akupun langsung menyudahi acara menonton hari itu kemudian bertanya kepada mereka sambil mengajak mereka mereview apa saja yang telah mereka lihat di video tersebut;

        “Bagaimana anak – anak saljunya? Bagus?”

        “Baguussss Pak Guru, katong jadi tahu bagaimana pulau itu bisa beku!”

        “Terus apa lagi?”

        “ Ternyata di air es ada juga ikan yang bisa hidup, jadi beruang masih bisa makan ikan”

        “Pintar sekali, terus siapa tadi yang ingin main salju?”

        “Saya Pak Guruuuu” tiba – tiba semua anak menyaut secara serempak.

        “Ya sudah kalu bagitu, kalau mau lihat salju kamorang sudah tahu toh harus bikin apa! Belajar, terus jangan lupa kerja PR dari Pak Guru dan rajin naik ke masjid biar nanti dapat kesempatan pergi keluar negeri soalnya doa anak sholeh dan rajin sholat pasti didengar oleh Allah”

        “Iya Pak guruu”

        “Nah kalau begitu sekarang kita lanjut lagi pelajaran Inggris, kelas 4-6 tetap disini sisanya ke kelas sebelah”

        Begitu aku mengakhiri acara melihat salju di pelajaran SBK. Selalu kureview dan kutanya ulang setiap selesai menonton agar pengetahuan yang mereka dapat barusan tidak menguap begitu saja. Dan tentu saja, aku selalu menguatkan keinginan dan mereka agar mereka bisa selalu menjaganya dan selalu mempunyai alasan untuk selalu belajar dan melangkah kedepan. Hal ini selalu aku lakukan karena aku selalu percaya jika suatu saat nanti mereka pasti jadi “orang” melaui mimpi mereka itu. Sebelum melanjutkan ke kegiatan aku sempat berpesan pada mereka:

         " Nak...Pak Guru kasih tahu ya, rumah boleh dikampung, rumah boleh dikepulauan yang berada ditengah lautan tapi mimpi kamorang harus selalu dilangit. Biarkan mimpi itu mendaki lebih tinggi tiap hari sampai melampaui mimpinya ! Bisa dilakukan!!!!!"

         "Bisa Pak Guru.."           Senang sekali mendengar jawaban itu, semoga beberapa tahun lagi di kepulauan karas ini akan muncul ihtiar kolektif manusia baru yang berintegritas dan tercerdaskan. Amin..


Cerita Lainnya

Lihat Semua