Legenda Pangeran I Love You

Hanif Azhar 20 Maret 2015

 “Hei Manusia Harimau, janganlah cacak belagak. Kawe masok ke daerah kekuasaan kami,” bentak Laura, Ratu Ular.

“Siape pule cacak belagak. Nai duluni utan Sumatera la terkenal ngan himau. Kamilah penguasa daerah di sini,” jawab Edo, Manusia Harimau.

“Dekde. Kata siape dengan? Kami la tinggal di utan ini sejak ratusan tahun silam. Kalu urusan ini dekde pacak diselesaikan ngan baik-baik, jangan salahkan kami mon nyerang dengan, wahai manusia harimau,” jelas Laura, Ratu Ular. Kemudian dia mengibaskan ekornya ke tanah. Keluarlah dua siluman ular bersaudara yang sudah melegenda. Okti, Siluman Ular Putih, dan adiknya, Ina, Siluman Ular Hijau.

“Siape takut! Manusia Harimau dekde kan pernah mbunyikan cakar ngan taring!” balas Edo, Manusia Harimau. Tidak mau kalah dengan Ratu Ular, Edo pun menghentakkan kakinya ke tanah tiga kali. Disertai dengan aungan harimau yang menggelegar sampai seluruh pelosok hutan, muncul pula beberapa siluman. Ari, Siluman Naga Merah, dan Sadianto, Siluman Lutung Buntung.

Pertempuran antara bala tentara Laura si Ratu Ular dan Edo Manusia Harimau pun tak dapat terelakkan. Kedua kubu sudah memasang kuda-kuda untuk berkelahi. Tetapi suasana mendadak hening ketika sekuntum bunga matahari muncul di medan pertempuran. Kemudian Bunga itu menjelma menjadi seorang putri yang cantik jelita bak bidadari dari surga.

“Oi pedengan, behadulah! Jangan sampai permusuhan pedengan ini merusak lingkungan utan yang selame ini kami jage,” kata Yaya, si Putri Bunga Matahari. “Aku adalah Putri Bunga Matahari, penguasa hutan di Sumatera Selatan yang sebenahnye.” Lanjut Yaya sambil melakukan tarian bunga matahari. Dia tak melakukannya sendiri. Putri cantik itu ditemani oleh kedua pengawalnya. Nadia, Putri Mentimun, dan Siska, Putri Buncis.

Setelah menampilkan tarian yang indah, Yaya, Putri Bunga Matahari menjelaskan bahwa mereka semua dapat hidup rukun berdampingan. “Sebagai penguasa utan, saya kan membagi wilayah untuk pedengan! Engke pedengan dekde belage ngan merusak lingkungan,” ungkap Yaya. “Tentunya saya kan membagi dengan adil, sesuai ngan kemampuan pedengan. Putri Mentimun ngan Putri Buncis, tulong enggauhkan Pangeran I Love You ngan Pangeran Kartu As,” lanjut Yaya.

Kemudian muncullah dua sosok pangeran tampan dari balik semak belukar. Wanto, Pangeran I Love You, terdapat gambar hati di pipi kanan-kirinya. Engky, Pangeran Kartu As, pembawa kartu remi dan terdapat tulisan *888# di keningnya. Pangeran I Love You bertugas untuk menebarkan cinta kepada seluruh penghuni hutan supaya tidak ada pertikaian. Namun, dia harus memeluk targetnya supaya benih cinta itu dapat bersemai. Spontan, medan pertempuran pun buyar. Mereka semua lari ketakutan karena pelukan PangeranI Love You.

Sedangkan Engky, Pangeran Kartu As, dia adalah simbol kecerdasan. “Untuk mendapatkan wilayah tertentu, pedengan haros menjawab pertanyaanku,” jelas Pangeran Kartu As singkat. Kemudian ia mengeluarkan beberapa kartu dari sakunya. Tanpa intruksi, tentara Siluman Ular dan Manusia Harimau duduk rapi.

“Himau temasuk hewan karnivora. Ape die artinye?” tanya Engky, Pangeran Kartu As. “Binatang pemakan dageng,” jawab Laura, Ratu Ular, cepat. “Oi, ujinye Manusia Harimau, ngape dek tau kalu himau itu binatang karnivora,” ejek Ratu Ular.

“Ngape ulah masok dalam kategori reptil?” lanjut Pangeran Kartu As. “Reptil adalah binatang melata. Ulah begerak ngan pehutnye, melata, menempel ke tanah.” Jawab Laura, Ratu Ular dengan penuh percaya diri. Hal ini membuat tim Manusia Harimau semakin bengis karena kalah cepat dalam menjawab pertanyaan.

“Pertanyaan berikutnye, akan diperagakan oleh Raja Joker,” lanjut Pangeran Kartu As. Kemudian keluarlah Juni, Si Raja Joker. Dia memperagakan berbagai macam gerakan pantomim sederhana. Dia mencoba menyampaikan sebuah pesan. “Saya tau, itu adalah proses fotosintesis. Proses pembuatan makanan diwek leh tanaman ijau ngan bantuan sinar mateahi,” jawab Ari, Siluman Naga Merah dari aliansi Manusia Harimau. “Benah nian!” jawab Raja Joker.

Pertanyaan demi pertanyaan pun dilontarkan oleh Pangeran Kartu As. Sampai akhirnya, terbagilah daerah yang sesuai untuk habitat Siluman Ular dan Manusia Harimau. Walau prosesnya berjalan panas, namun akhirnya mereka dapat menjadi teman. Mereka hidup saling berdampingan, di pedalaman hutan Sumatera Selatan.

 

 

***

Adegan di atas bukanlah adengan sinteron layar kaca. Adegan tersebut merupakan spontanitas anak-anak SD Negeri 10 Rambang kelas jauh, di Talang (1)* Airguci, Desa Sugihan, Kecamatan Rambang, Muara Enim. Adegan itu tanpa naskah skripsi. Benar-benar spontanitas! Setelah wajah mereka saya hias dengan seni face painting sederhana, kemudian mereka membuat assesoris dari alam. Beberapa ada yang membuat mahkota dari dedaunan, ada pula yang membuat tanduk dari ranting kering di dalam hutan. Setelah make up wajah dan assesoris siap, mereka pun membuat teatrikal sendiri. Tanpa intruksi!

Setelah kuis perebutan kekuasaan itu selesai, mereka semua memakan ibat, bekal makanan yang sudah mereka siapkan dari rumah. Kami makan bersama, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Yah, Namanya juga anak-anak. Setelah bertengkar, dengan cepat mereka baikan.

Kemudian saya mengumumkan pemeran terbaik dari teatrikal tadi. Jujur, ide pemberian award ini pun spontan, secepat mereka untuk membuat teatrikal. “Hmm... kegale anak nunjokkan penampelan yang belagak! Ringkeh nian! Tapi, nei kegale yang ringkeh pasti ade yang paling ringkeh. Kali ini, bapak mileh Wanto, Pangeran I Love You, sebagai pemeran paling ringkeh,” ungkapku disertai tepuk tangan meria anak-anak.

“Pak, wanto kemaluan Pak,!” teriak Engki, Pangeran Kartu As. “La ngape Wanto kemaluan? teringkeh ngape kemaluan?,” tanyaku balik. “Sisok aku dekde jadi lagi Pangeran I Love You ye Pak. Kemaluan, ade gambah ati di kebual, lok betine,” Jawab wanto, PangeranI Love You.

Hahahahaaa... anak-anak ini sungguh lucu sekali. Wanto malu karena terdapat gambar hati berwarna merah di pipi, katanya seperti anak perempuan. Saya tertawa geli. Padahal dia sendiri yang meminta untuk digambar di pipinya. Ya, begitulah anak didik saya di pedalaman hutan Sumatera Selatan ini, seringkali gagal fokus.

Sejujurnya, Wanto bukanlah pemeran terbaik. Saya memberikan reward ini karena melihat kemajuan mentalnya yang luar biasa. Dia anak yang pemalu di kelas. Seringkali bersembunyi di balik pintu maupun di dalam lemari. Namun, dalam teatrikal ini, dia berani tampil menjadi Pangeran I Love You, pangeran yang menebarkan benih cinta ke semua makhluk di hutan ini. Sebutan Pangeran I Love You melegenda untuk Wanto. Dia bahagia. Salut!

 

 

*** 

Tak pernah kusangka, agenda akhir pekan kami ini begitu menyenangkan. Dan bagi saya pribadi, spontanitas ini mungkin tak kan terlupakan. Hanya berbekal ibat, yakni bekal makanan dari rumah, dan juga krayon khusus face painting sederhana, kami melakukan perjalanan keliling hutan. Awalnya, tujuan kami hanya jalan-jalan keliling blok(2)*, sebutan untuk wilayah bekas pengeboran minyak bumi oleh salah satu BUMN terkemuka di tempat kami.

Bahkan, agenda ini juga merupakan usulan anak didik saya, Kelas Galaksi Bima Sakti (3)*. Kebetulan, beberapa minggu terakhir, anak didik saya cukup penat dengan hafalan Al-quran, surat-surat pendek. Awalnya cukup kaget, ketika mengetahui fakta delapan anak ajaib kelas galaksi bima sakti ini ada yang belum dapat membaca Iqro’ dengan baik. Mereka juga sama sekali tidak tahu hafalan surat-suratan pendek, apalagi bacaan sholat fardlu. Miris. Padahal semua penduduknya beragama Islam.

Mengetahui hal itu, saya mulai menggalakkan program hafalan surat-surat pendek. Minimal untuk delapan anak didik kelas saya mengajar. Memang tidak mudah, namun saya yakin mereka pasti bisa. Untuk menyemangati mereka, saya membuat tiga checkpoint hafalan. Checkpoint pertama adalah hafalan Surat An-Nas, Al-Falaq, sampai Al-Ikhlas. Checkpoint berikutnya ditambah Surat Al-Lahab, An-Nasr, Al-Kafirun, dan Al-Kautsar. Checkpoint terakhir adalah tambahan untuk Surat Al-Maun, Al-Quraisy, Al-Fiil, Al-Humazah, dan Al-Asr. Setiap melewati checkpoint, saya berjanji akan memberikan reward kepada mereka semua. Walaupun, jujur, saya juga masih belum tahu akan memberikan apa kepada mereka. Dalam fikiran saya, asal mereka bahagia dan semangat belajar.

“Pak, lok mane kalu kite hiking ke Blok bae kalu hapalannye la udem sampai Qul-hu (Sebutan untuk Surat Al-Ikhlas),” usul Wanto, Pangeran I Love You. Ternyata tanggapan ini mendapat respon positif dari teman-temannya. “Ao Pak. Kakgi kalu la udem hapal sampai Al-Kautsar, kite hiking ke Kijang (4)*,” sahut Ari, Siluman Naga Merah. “Mangke, kalu la hapal sampai Wal-Ashri (Sebutan untuk Surat Al-Asr) kite hiking pule ke Harimau Delapan atau Harimau Tige (5)*,” usul Edo, Manusia Harimau, tak mau kalah dengan Ari dan Wanto.

Sampai tulisan ini saya buat, anak didikku sudah mencapai hafalan melebihi checkpoint kedua, yaitu Surat Al-Quraisy. Padahal, ketika awal latihan menghafal, mereka selalu mengeluh. Melihat progres otak mereka yang brilian, saya berfikir lagi untuk meningkatkan target. Selain hafal surat-suratan pendek, mereka juga harus hafal lafal bacaan sholat fardlu. Bukan tanpa alasan, mempelajari dasar agama lewat sholat dan hafalan kecil merupakan tiang agama Islam, agama yang dianut semua masyarakat di talang Airguci.

Alhamdulillah, terimakasih Ya Allah. Untuk saat ini, adakah ada hal yang lebih menyenangkan dibandingkan menyaksikan anak didikku semangat belajar seperti ini? Apalagi, reward yang mereka harapkan sangatlah sederhana, jalan-jalan ke hutan. Sesuatu yang sudah biasa mereka lakukan. Tidak! Bukan jalan-jalan ke hutan yang mereka inginkan.  Tapi jalan-jalan dan melewatkan waktu bersama orang kesayangan. Iya, guru kesayangan mereka. Sepintas saya teringat ucapan rekan guru saya, Efriansyah (6)*.

Bisa jadi, Saya belum pantas menjadi guru bagi mereka. Tapi saya juga ingin menjadi bagian dari perjalanan mimpi mereka. Saya hanya memiliki harapan yang sederhana. Saya tak pernah berharap menjadi orang yang spesial di mata mereka. Saat ini, berbagi waktu bersama mereka merupakan suatu kebahagian tersendiri...” (Efriansyah, 2015).

Bahagia itu memang sederhana. Sesederhana menyaksikan mereka tumbuh dan berkembang menjadi insan penuh kebermanfaatan. Sesederhana mereka memanfaatkan semua keterbatasan menjadi keajaiban, tentunya dengan sedikit sentuhan kreativitas tangan Tuhan. Terimakasih Ya Allah, atas nikmat pembelajaran di universitas kehidupan, pedalaman hutan Sumatera Selatan.

 

Catatan kaki :

(1)  Talang : Sebuah pemukiman kecil di tengah hutan yang berjarak belasan sampai puluhan kilometer dari desa induk. Talang setingkat dengan Rukun Tetangga (RT) dalam pemerintahan desa. Baca selengkapnya di sini http://indonesiamengajar.org/cerita-pm/hanif-13/budak-talang-budak-balam

(2)  Blok     : Sebuah kompleks pengelolaan dan pengeboran minyak bumi oleh salah satu BUMN ternama di talang kami

(3)  Kelas Galaksi Bima Sakti       : Kelas 3 SDN 10 Rambang, kelas di mana saya mengajar selama setahun pengabdian. Anak-anaknya terdiri dari delapan siswa seperti galaksi bima sakti. Baca selengkapnya di sini http://indonesiamengajar.org/cerita-pm/hanif-13/kelas-galaksi-bima-sakti 

(4)  Kijang  : Nama sebuah tebing yang indah di tempat kami, dinamakan kijang karena konon di sini banyak terdapat populasi kijang berkeliaran.

(5)  Harimau Delapan dan Harimau Tiga  : Harimau adalah kode untuk wilayah pengeboran minyak di daerah Rambang, Muara Enim.

(6)  Efriansyah       : salah satu partner guru muda yang bersemangat. Cerita lengkap tentang Efriansyah dapat dilihat di sini : http://indonesiamengajar.org/cerita-pm/hanif-13/efriansyah-bujang-talang-penggerak-perubahan


Cerita Lainnya

Lihat Semua