“Karang Agung Punya Mimpi” Sebuah Refleksi dan Awal Kebangkitan Kerja Bersama

Aik Vela Pratisca 20 Maret 2015

Ada yang berbeda pada pagi 5 Maret 2015 lalu. Beberapa anak SMP dipimpin gurunya mengambil ember kecil dan menimba air yang menggenang di halaman sekolah. Sisa hujan yang deras semalaman membuat mereka harus melakukannya secara estafet dan tanpa ragu melepas sepatu mereka agar kursi-kursi bisa ditata, tepat satu jam sebelum acara dimulai. Sementara itu, anak-anak SD dipandu oleh wali kelas masing masing untuk menata meja di halaman. Mereka dengan semangat mengeluarkan dan menata hasil karya yang telah mereka persiapkan. Ya, pagi 5 Maret 2015 adalah saat yang sudah anak-anak nanti. Sebuah pameran karya yang menjadi cikal bakal mimpi mereka dan mimpi Karang Agung.

 

Sekitar empat bulan dewan guru mempersiapkan acara ini. Mencoba gagasan untuk mengaktualisasikan bakat dan minat anak-anak, meski berbagai kondisi pesimis sebelum bergerak memulainya. Mulai dari pendanaan, keiikutsertaan elemen masyarakat, hingga keraguan kualitas karya anak-anak untuk dipamerkan kepada khalayak umum. Namun, ada satu hal yang membuat mereka percaya. Bahwa kebangkitan memang harus dimulai segera.

 

“Karang Agung Punya Mimpi adalah tonggak kebangkitan kita untuk menunjukkan bahwa anak-anak dan masyarakat desa Karang Agung itu bisa,” kata Ibu Kasnik, ketua pelaksana acara pameran karya saat rapat kepanitiaan seminggu jelang acara.

 

Ibu Kasnik merupakan seorang Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang baru saja dianggkat awal tahun 2015 lalu. Beliau merupakan guru yang sudah mengabdi di SD N Karang Agung selama lebih dari 10 tahun. Sebagai seorang penduduk asli desa Karang Agung, beliau cukup aktif pula sebagai penggerak PKK desa. Beliau adalah seorang guru yang cukup peka terhadap perubahan siklus pendidikan di desanya. Baik tentang perilaku anak-anak, maupun kepedulian masyarakat sekitar tentang pendidikan. Namun, belum ada wadah yang mampu meyakinkannya bahwa semua anak-anaknya bisa.

 

Tidak hanya ibu Kasnik, Kepala Sekolah, dan guru lain pun merasakan hal yang sama. Inilah yang kemudian meyakinkan mereka untuk bersatu dan melakukan berbagai upaya agar segala kekhawatiran yang membuat mereka pesimis, bisa dihalau. Lalu, dimulailah keberanian-keberanian kecil dari mereka untuk menjabat tangan yang lain. Mendatangi orang tua, tokoh masyarakat, aparat pemerintahan desa, hingga staf perusahaan perkebunan. Mendengungkan banyaknya potensi anak-anak dan masyarakat desa Karang Agung adalah kepercayaan diri yang mereka jadikan modal. Bahwa tidak akan banyak orang yang sadar akan kemampuan kita jika tidak ada keikutsertaan untuk menunjukkannya pada dunia.

 

Satu per satu orang yang mereka jabat mengulurkan tangnya. Bahkan, mereka memberikan lebih dari yang diperkirakan. Mereka merangkul keberanian kami dan menjadikan mereka adalah bagian dari mimpi anak-anak dan masyarakat desa Karang Agung. Mulai dari tenda, panggung, kursi, sound system, proyektor, hingga operatornya, semuanya diberikan secara cuma-cuma. Semua bergembira dan menjadi bagian dari acara tersebut. Bahkan, para pejabat kecamatan yang datang, seperti kepala UPTD Pendidikan, Wakil Camat, Wakil tim penggerak kecamatan yang datang ikut bersemangat menikmati keberanian anak-anak dan tim PKK desa lewat karya seni pertunjukan dan hasta karya.

 

Dibalik semua proses tersebut, ada banyak hal yang menjadi renungan kecil. Akan gerak yang telah dilakukan oleh para dewan guru, lalu gelak tawa seusai acara, hingga haru yang tersimpan di mata setiap guru, anak-anak, pejabat, dan masyarakat. Ini merupakan awal yang tidak disadari sejak lama. Bahwa banyak keunikan dari sebuah ciptaan Tuhan yang disebut “anak-anak”. Keunikan yang membangunkan banyak kepedulian orang dewasa disekitarnya. Kepedulian untuk mencoba, mengajak, bergerak, dan menjadikan kesendiriian sebagai kebersamaan sebagai sebuah kerja yang sebenarnya tiada habis. Yaitu mencerdaskan anak bangsa.

 

 

Karang Agung, 10 Maret 2015


Cerita Lainnya

Lihat Semua