Ber-Bahasa Indonesia via Korespondensi
Hafiz Iqbal Maulana 18 Oktober 2012
Mereka dan Europe Post Card dari Praha yang dikirim oleh Kak Titis
Selengot, 26 Januari 2012
Kepada :
Kak nita maria Rosiana
Jln kERtoasri no.110 B
Di malang Jawa timur
assalamu’alaikum wr.wb.
kak nita terima kasi atas suratnya tadi
kak boleka saya Berkenalan sama teman kaka
soalnya saya lihat dipoto kakak banyak
sekali teman-teman kakak siapa si nama
teman-teman kakak bolek aku kenalan
sama teman kakak
kak apa betul kaka bisa membiki seperti
sosis indomi susu,dan lainya boleka
saya meminta sosis sonai soalnya
saya enda perna saya makan
kak saya dan teman-temanku
kami semua mendapatkan piala
dan satu mendali emas dan mendali prungu
kak kami hari itu berlomb
lari karung saya mendapatkan juara 1 satu
kak nita disana adaka perahu kalo disini
Banyak sekali perahu dan kapal besar
Kak nita disini banya sekali ikan yang
gEDE dan kECiL ada juga kEpiting Besarr
dan kepiting kecil ada juga buaya besar
di tambak banyak sarangnya tempat dia
bertelur
kak nita saya mendapatka burung puti
yang cantik saya kasi makan sesuda saya
kasi makan saya dan bapak kasi lepas
karena teman-teman suda menungu
untuk mencari makan makananya
ada ikan ada undang dan masi banyak
lagi
Wa alaikum salam Wr.Wb.
Salam Hangat,
M.Awaluddin
Selengot, 18 Oktober 2012
Kepada Yth :
Kak Titis
Di Bogor
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Terima kasih atas suratnya,
Kak Titis kalau ada rezeki saya mau jalan-jalan ke eropa seperti kak titis ketemu messi, villa dan iniesta.
Kak titis, saya kemping di lori sambil bermain bola, voli, takrou dan lomba lari 800 m. Lalu itu kami malamnya membuat tenda. Selesai membuat tenda kami dan teman-teman menghidupkan api unggun sambil bernyanyi. Nyanyinya adalah iwak peyek trio macan. Habis selesai saya tidur di tenda. Setelah menjelang pagi kami semua bangun solat shubuh berjamaah di musalah. Setelah itu sore kami menerima piala.
Wa’alaikumsalam Wr.Wb.
Dari,
Zainuddin
* * *
Begitulah salah satu surat balasan yang ditulis oleh murid-muridku untuk kak Nita Maria Rosiana dan kak Titis Apdini, sahabat pena baru mereka. Nita adalah adik angkatan di Jurusanku saat kuliah. Sedangkan Titis adalah teman satu organisasi namun berbeda Universitas. Mereka berdua tertarik untuk berkorespondensi dan berkenalan dengan murid-muridku. Aku pun setuju dan mengiyakan idenya.
Korespondensi adalah seni untuk mengungkapkan sebuah pikiran dan perasaan ke dalam sebuah rangkaian kata-kata. Sebuah 'ritual' yang sekarang semakin terpinggirkan akibat tergerus oleh modernisasi zaman. Tergusur oleh kejayaan sebuah short message service dan email. Dan semakin terlupakan oleh kalangan muda-mudi karena dianggap kuno.
Padahal korespondensi adalah sebuah sarana yang menurutku tepat sebagai bentuk praktek penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tak mudah untuk mengungkapkannya melalui korespondensi. Namun, dengan intensitas yang sering maka kita akan semakin terbiasa berkorespondensi.
Dalam prakteknya cukup sulit memang untuk mengajarkan dan mempraktekkan pelajaran Bahasa Indonesia selama ini. Bahkan tidak jarang banyak khalayak yang belum begitu menguasai Bahasa Indonesia dengan baik dan benar semenjak SD. Padahal Bahasa Indonesia adalah dasar yang digunakan oleh negara ini sebagai sarana mempersatukan beraneka ragam suku, budaya, dan bahasa yang dimiliki bangsa ini. Berkat Bahasa Indonesia ini jualah Pemuda-Pemudi Indonesia berikrar melalui Sumpahnya untuk bersatu dan tidak terpecah belah. Oleh karena itu, ketika ada wacana penghapusan kurikulum pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar dengan alasan demi memperkuat pengajaran dan pemahaman pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, aku pun langsung sependapat.
Memang penting belajar Bahasa negara lain apalagi Bahasa yang digunakan oleh dunia Internasional. Namun alangkah bagusnya apabila kita menguasai fasih Bahasa Ibu Pertiwi terlebih dahulu sebelum mempelajari bahasa orang lain. Sebab sebuah Bahasa adalah identitas sebuah bangsa. Sebab Bahasa adalah sebuah komunikasi universal pemersatu bangsa. Sebab Bahasa merupakan sebuah kebanggaan Bangsa.
Banyak sekali cara-cara kreatif untuk mengaplikasikan penggunaan Bahasa Indonesia, salah satunya adalah dengan berkorespondensi. Melalui korespondensi inilah caraku mengajari murid-muridku dalam menggunakan Bahasa Indonesia. Banyak ilmu yang didapat secara langsung melalui praktek berkorespondensi. Mereka, murid-muridku, dapat secara langsung menuangkan apa yang ada di dalam pikiran dan hatinya melalui tulisan dan tentunya menggunakan Bahasa Indonesia (walaupun belum baik dan benar). Apalagi ber-bahasa Indonesia bagi murid-muridku sendiri begitu terasa asing. Mereka lebih sering terbiasa menggunakan mother languange yaitu Bahasa Bugis. Oleh karena itu, persetan dengan aturan S-P-O-K ataupun penggunaan EYD dalam penyusunan kata per kata hingga terangkai sebuah kalimat baku. Salah urusan belakang, yang terpenting mereka mampu mengungkapkan pikiran dan hatinya terlebih dahulu menjadi sebuah tulisan Berbahasa Indonesia yang terangkum dalam sebuah surat. Barulah kemudian aku mengevaluasi hasil tulisan mereka untuk kemudian diperbaiki dan dipelajari bersama mana yang dirasa kurang tepat sehingga mereka mampu belajar dari kesalahan yang mereka buat sendiri. Ternyata memang terbukti benar adanya apa yang dikatakan pepatah bahwasanya belajar dari kesalahan sendiri adalah guru yang paling sempurna. Terima kasih kepada kak Nita dan Kak Titis yang turut membantuku dalam mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia agar lebih mudah dipahami dan dipraktekan untuk murid-muridku dengan menjadi sahabat pena bagi mereka. Barakallah. :)
-HIM-
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda