Ah, Ternyata Begini Toh Rasanya!
Hafiz Iqbal Maulana 18 Desember 2011
Mereka = Bapak Marah ya dengan kami? Pak, kami sedi babak tidak mengajar kami lagi. Babak mengajar kami lagi ya?
Aku = Bapak tidak marah. Bapak akan mengajar kalian lagi kalau sudah tidak nakal lagi, tertib dan mau belajar.
Mereka = Pak, kami janji tidak akan mengulangi perbuatan kami ini
Aku = Kalau melanggar janji bagaimana?
Mereka = Kami bela dihukum babak
Aku = Bapak tidak akan menghukum kalian. Tapi kalau kalian mengulangi perbuatan kalian, bapak tidak akan mengajar kalian lagi, setuju?
Mereka = Iya pak, setuju
Aku = Bapak ingin semuanya berjanji, bukan Cuma satu orang saja yang berjanji. Bapak sedih sekali kalau kalian nakal. Tidak mau mendengarkan bapak, tidak mau belajar lagi dan tidak tertib.
Mereka = Iya pak (beberapa anak berlari menuju kelas 6 dan tiba-tba memelukku sambil sesenggukan)
* * * * *
Hari ini aku memutuskan untuk tidak mengajar kelas V, tetapi mengajar kelas VI. Hal ini dikarenakan wali kelas VI sedang berada di luar desa untuk suatu keperluan. Selain itu, aku juga ingin memberikan sedikit shock therapy kepada murid-murid kelas V yang memang “luar biasa” bandelnya. Sedangkan untuk Kelas V sendiri akan diajar oleh guru yang lain.
Namun betapa terkejutnya aku ketika sedang menulis di papan tulis, terselip secarik kertas yang menyembul di balik triplek pembatas antara kelas V dan kelas VI. Aku pun mengambilnya dan kemudian membacanya. Tak lama aku pun membalasnya selagi aku memberikan soal untuk kelas 6. Balas-balasan surat melalui triplek pembatas pun tak terelakkan. Hingga saat murid-muridku sudah berada di depan pintu kelas VI dan menungguku membukakan pintu untuk mereka masuk guna memelukku. Aku pun terharu dan tersenyum geli atas ulah polos mereka. Ah, ternyata begini toh rasanya menjadi seorang guru.
*terharu :’)
-HIM-
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda