Seng Boleh Buang Sampah di Laut, Ibu

Habiba Nurul Istiqomah 26 Oktober 2016

“Dong di sini itu bodoh Ibu, kepala batu, kepala angin, seng tau sopan pula.” Teringat jelas ucapan laki-laki itu tentang anak-anak yang sekolah di SDK Telalora. “Kunci mengajar dong itu cuma satu, tabah sa. Dong mau paham ka seng, Ibu seng usah pusing. Yang penting Ibu su kasih pelajaran, pulang sudah. Toh gaji tetap sama to.” Lanjutnya yang tidak aku tanggapi serius.

Aku bosan dengan negativism yang beribu-ribu masuk ke otakku sejak pertama aku datang ke sini. Bicaralah apa saja, aku sendiri yang akan membuktikan benar atau salah. Untuk urusan kepala batu, kepala angin, dan sopan santun aku buktikan itu salah.

Pelajaran IPS Kelas III tentang melestarikan lingkungan alam dan buatan aku berikan pada satu-satunya anak kelas III di sini, Desi Mario Unkelefta namanya, Dede panggilannya dan ia mempraktekkan dengan sangat sempurna.

“Dede, pi menyimpan daun-daun itu ke laut,” Perintah rekan guru saat kegiatan bersih-bersih sekolah. Dede dengan sigap mengambil daun-daun itu.

“Ibu, buang di sini sa, seng boleh buang sampah di laut,” Ucapnya pada guru itu.

Mendengar ucapan Dede, Sang guru itu sedikit kesal tapi tidak membalas apa-apa dan aku hanya tersenyum puas. Dalam hati aku berkata, tepuk salut untuk Dede. Sa……lut, salut, salut, salut, salut….! Hahaha

Faktanya, mereka tidak bodoh, ketiadaan guru yang menyebabkan mereka sedikit tertinggal dibanding yang lain. Aku yakin kalau sebenarnya prajurit-prajurit pesisirku ini tidak kalah pintar dibanding anak-anak Indonesia bagian barat sana.

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua