Kakak Asuhku Ricuh

Habiba Nurul Istiqomah 17 Januari 2017
Metode mengajar dengan sistem kakak asuh aku ketahui dari materi pengelolaan kelas rangkap ketika pelatihan sebelum pemberangkatan. Meskipun setiap hari berhadapan dengan kelas rangkap , selama 5 bulan aku di penempatan, metode ini tidak pernah aku pakai lantaran melihat sifat anak-anak di sini yang kurang sabar dan cenderung suka memukul jika ada yang salah. Tapi hari itu, aku tidak ada ide lagi harus bagaimana dengan 5 kelas rangkap ini. Tidak ada persiapan karena aku juga baru tahu kalau satu-satunya guru di sini harus keluar untuk pengambilan gaji. Baiklah, program kakak asuh pun dibuat. Aku jelaskan pada mereka apa itu kakak asuh, bagaimana sikap seorang kakak asuh pada adik asuhnya, dan apa saja tugas kakak asuh terhadap adiknya. Dan hari itu, tugas kakak asuh adalah mengajarkan matematika dasar (penjumlahan dan pengurangan) pada adik asuhnya yang merupakan anak kelas 1 dan 2. Sifat anak-anak di sini yang terlalu kompetitif menyebabkan mereka tidak akan serius jika tidak ada kompetisi setelahnya. Oleh karena itu, di akhir pembelajaran aku buat lomba cepat tepat antaradik asuh dimana sang kakak harus ikut mendampingi dan mengajari. Semua berjalan lancar, sangat kondusif, tidak seperti bayangan awalku. Kakak asuh mengajari adik-adiknya dengan sangat baik, memberi support penuh agar adik asuknya bisa menang di kompetisi nanti & adik pun terlihat senang dengan teknik ini. Kompetisi pun dimulai. Susul menyusul point terus terjadi antarregu. "Tepuk Semangat" selalu bergemuruh untuk menyemangati regu yang dapat nilai terendah di setiap babaknya. Seperti balapan motor GP, pemain yang berada di urutan kedua bisa saja melejit jadi yang pertama. Dan itulah yang terjadi. Hingga akhirnya suara tangisan pecah dari salah satu regu. "Huaah..." anak kelas 1 itu mulai berteriak sambil menumpahkan butiran air dari pelupuk matanya. "Ose bodoh sekali ee.." Ucap salah satu kakak asuh pada anak itu. Apa yang aku takutkan akhirnya terjadi. Usut punya usut, kakak asuh sang pemenang awal tidak terima kini berada di posisi kedua sehingga sang kakak memaksa adik asuhnya untuk menghitung dan menjawab soal dengan tepat dan cepat. Sang adik kesal dipaksa-paksa lalu diam saja tidak mau menghitung. Kemudian sang kakak semakin kesal dengan ulah sang adik dan memarahinya. Adik yang ketakutan langsung menangis di tempat. Perlombaan pun aku hentikan sejenak. Aku ingatkan kembali bagaimana sikap kakak asuh yang baik. Sang kakak yang menyesal akhirnya minta maaf kepada adik asuhnya. Suasana pun kembali kondisif hingga jam tanda pulanglah yang menutup lomba cepat tepat hari itu.

Cerita Lainnya

Lihat Semua