Kertas Putih untuk Santi

Gatot Suarman 4 November 2011

 Santi,

Hari ini seminggu sudah. Tidak ada tanda-tanda kehadiranmu. Seluruh hati luruh dalam rindu yang meradang. Menyisakan luka yang menganga lebar  disertai perih.

Terbayang kau duduk di bangku belakang. Dengan senyum yang malu-malu kau menunduk saat ku tanya.  Wajah polosmu tak pernah lelah menatapi kertas di depanmu yang selalu kosong. Kadang ada beberapa tulisan menggambarkan kesukaranmu.

Santi,

Udah genap sebulan kau menghilang. Sempat ku cari di ujung-ujung koridor semangatmu. Mungkin kau masih di sana menyiisakan waktu untukku membantumu. Aku tanya teman baikmu. Dia diam tidak tahu. Ada yang bilang kau berpaling hati, mencari rumah baru.

Santi,

Dua purnamapun berlalu. Sempat ku temui kau di jalan bersama ibu dan adikmu. Tapi tiada kau izinkan aku bicara. Kau hanya tersenyum dan berlalu seiring ku terdiam atas kepergianmu yang tergesa-gesa.

Santi,

Aku tak ingin menyebut lagi bilangan waktu kau meninggalkan aku dan temanmu. Aku hanya ingin menjemputmu, tapi bantulah aku mesti kemana.  Aku hanya ingin kau kembali duduk di belakang dengan senyuman polos.

Aku ingin kau datang setiap hari. Biar bersama kita isi kertas putih itu. Kita isi dengan cerita hari depan, tentang kesukaran yang akan luntur oleh kepercayaan. Ayo santi, kembalilah ke sekolah.

Surat untuk siswiku  Santi yang sudah lebih dari dua bulan tidak datang ke sekolah. Ku coba ke rumahnya kata orang dia telah pindah ke kampung sebelah. Kata yang lain dai telah pindah sekolah, namun belum juga ada berita yang jelas. Ku titip semangat mengajak santi dari seluruh penjuru negeri. Ku titip doa dalam setiap kepala yang bersujud untuk kembalinya santi meski entah kapan.

Gatot Bimasakti 2011


Cerita Lainnya

Lihat Semua