info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Kebaikan diatas Kerinduan

Furiyani Nur Amalia 30 Juni 2011
Selamat datang malam.. Dari ufuk barat, terlihat mentari sudah ingin kembali ke peraduannya. Saya merasa, baru kemarin minggu, namun sekarang sudah berganti rabu, dan esok kamis, seterusnya, sampai entah kapan akan seperti ini. Penat sore ini aku adukan pada persinggahanku di dermaga ini, kembali saya ingin bercerita dan berbagi. Saya merindukan sahabat-sahabat saya. Merindukan teman bercanda. Merindukan keluarga dimana saya biasa mengadu,merindukan orang orang dimana saya bisa berbagi. Berbagi bercerita tentang apa yang di pikiran saya. Ingin saya menanyakan kabar, sedang apa kalian disana kawan?? Baru pulang bekerja? Ada rencana apa seminggu kedepan? Atau kalian juga merasakan kerinduan yg sama dengan saya?? Berharap pada doa yang bisa mengakumulasi segala rindu ini untuk kalian, sahabat :) . Sungguh, saya amat rindu kalian. 'enciiiikk..mari barenang..sudah panas kusut kepala, kasih basah badan' 'enciik baburu ikang so banyak, mariii' Saya hanya tertawa dan menggelengkan kepala ketika mereka menawari saya mandi di laut. Rutinitas hampir setiap hari setelah mereka belajar bersama di sore hari. Dan ini sudah seminggu berjalan. Baru minggu kemarin mereka tidak mengenal saya, atau bahkan masih malu2 hanya untuk menyapa atau tersenyum, sampai saya yg harus mengucap atau menyalami mereka. Ya,saya datang di tempat ini ketika sekolah hampir libur. Jadi pertemuan dan perkenalan saya dengan murid-murid sekedar tahu. Itupun saat perpisahan dan pembagian rapor. Namun, lambat laun kami semakin sering bertemu ketika mereka selesai sekolah minggu. Murid-muridku disini pemalu sekali. Susah bagi saya untuk memulai suatu kegiatan walaupun hanya sekedar membaca atau bercerita. mereka lebih asyik mengeluarkan uang 1000 untuk menonton TV di siang hari. Ya harus membayar, sebagai upah untuk dibelikan minyak mengisi genset. Dan mirisnya, mereka selalu meminta saat orang tuanya yang tidak ada pemasukan rutinnya. Walaupun muridku bisa tergolong sedikit, namun mengumpulkan mereka cukup sulit. Rumah mereka ada yg di pantai balik pulau ini, yang harus menaiki gunung dan menuruni lembahnya dan masuk ke dalamnya lagi. Atau yang berada di sisi lain pulau ini yang jalnanya menanjak dan melewati hutan. Ada yang rumah di sebelah rawa yang licin sekali. Selain itu, anak-anak disini di tuntut untuk mau membantu orang tuanya bekerja, baik itu melaut, mencari kayu di hutan atau sekedar berladang. Awalnya saya ingin sekali mengadakan kegiatan sekolah baca anak Beeng dan saya mensosialisasikannya setelah kegiatan gereja, karena saat itulah mereka banyak yg berkumpul. Namun tidak mudah bagiku. Kembali, mereka lebih banyak menggunakan waktunya untuk bermain, melaut atau melihat TV. Kegiatan yang selalu saya amati ketika sampai disini. Namun ada salah satu kesukaan mereka yang hampir mereka lakukan tiap hari, yaitu berjalan mengelilingi pulau ini, sekedar mengajak teman mereka bermain. Hari kedua saya disini mencoba mengikuti mereka. Dari depan rumah saya naik ke atas bukit pertama,dimana ada 3 muridku kelas 3 yang berumah disana. Aku berbicara sebentar dengan orang tuanya dan mereka sangat senang dengan kehadiran saya. Hanya sebentar, mungkin bagi muridku yang mengantar saya, sangat membosankan mendengar pembicaraan orang tua yang mungkin membicarakan kebiasaan anak dan temannya yang buruknya saja. Tak jarang orang tua mereka banyak yang mengadu mengenai hidup maupun anaknya. Hanya menelaah saja, tanpa berjanji apa-apan. Berhenti sebentar bagiku ini adalah alibi untuk kesempatan untuk istrihat dan melepas penat :) Capeknya luar biasa. Jalanan disini sangat menanjak, berliku dan licin minta ampun. Jangan harap ada aspal atau tanah beton. Disini berlumpur dan berbatu. Sungguh luar biasa, saya harus terpeleset 4x ketika turunan. Dengan berjalan sempoyongan saya beserta murid melanjutkan ke rumah demi rumah. Begitu seterusnya sampai kembali ke rumah saya kembali. Dari jam 9 pagi sampai jam 3 sore Berkeliling pulau ini. Dan itu hanya 15 murid saja yang mau diajak bermain dan turun ke pantai depan rumah. Tidak mengapa, saya tetap melanjutkan misi saya. Berawal dari bertanya lalu meminta mereka mengajari saya. Sungguh pengalaman luar biasa. Banyak yang masih malu dan canggung. Ada yang diam saja. Berhasil?? Belum juga. Mereka banyak kabur. Bayak dari mereka ternyata yang turun ke dusun lagi-lagi untuk melihat TV. Yang tersisa? Hanya 5 orang saja. Teringat sekali perkataan seorang direktur ketika kami hendak di berangkatkan, “bahkan nanti satu-satunya yang bisa kamu minta tolong adalah dirimu sendiri” Mendengar cerita teman-teman di berbagai penjuru yang sungguh luar biasa membuatku merasa seandainya pulau-pulau ini bisa dilangkahi dengan hanya sebatas garis maka saya ingin segera menghampiri mereka. Saya ingin dibantu!! Sungguh saya ingin dibantu!! Namun, benar perkataan direktur tersebut. Penolongku adalah saya sendiri. Bahkan menghubungi 8 orang yang berbeda pulau ini sulitnya luar biasa. Hanya waktu-waktu tertentu. Dan itu hanya diisini oleh semangat yang saling menguatkan. Ya, salah satu sahabat bilang, “Ini hanya masalah waktu” Sore ini, di bawah sejuknya hamparan laut ditambah hangat sinar benam mentari, 20 murid saya berenang di bawah dermaga sambil membuang ikan-ikan hasil praktek IPA dari sore tadi. Mengisi liburan ini saya gunakan untuk belajar di pantai atau di dalam perahu dan sesekali di hutan. Seusai belajar saya mengizinkan mandi di laut atau sekedar memancing atau hanya bermain di pantai. Ya dengan berjalannya waktu saya belajar, bahwa untuk memulai sesuatu tak perlu dari kapasitas yang besar. Mulailah dari hal yang terkecil. Dan yakinlah bahwa kebaikan itu sendiri akan selalu menular. Awalnya kami hanya berlima. Dan itu hanya bermain tebak-tebakan mengenai pelajaran kemarin sambil bermain di pantai maupun di kapal. Dan mereka ingin dilibatkan. Membuat mereka kecanduan itu yang penting. Hanya 15 menit dan tidak semuanya berkelas yang sama. Namun saya yakin, jika mereka senang mereka akan menularkannya pada teman-teman mereka maka teman yang lain akan tertular. Hasilnya? Hari kedua datang 6 orang. Dan sampai hari ini ada 20 orang. Alhamdulilah J walaupun total murid 51. Jika sahabat saya berkata, “SELALU ISTIQOMAH” mungkin itu adalah kata yang membantu saya. Dan alhamdulilah, saya tertular dari kebaikan teman-teman yang jauh disana. Dengan tidak mengurangi rindu dan menyampaikan energi positif ini, ingin aku melompat ke pulau diseberang sana. Jauh-jauh ingin menyapa kalian :) dan mengatakan terima kasih, betapa bersyukurnya saya bisa mengenal kalian. Mari kita tebarkan kebaikan. Walaupun kecil, yakinlah bahwa kebaikan itu menular :). You are a hero everyday Furi yang penuh dengan kerinduan :) I do do feel, I do do will miss u much

Cerita Lainnya

Lihat Semua