I think I'm in love :)
Furiyani Nur Amalia 6 Juli 2011
When you want it the most there's no easy way out
When you're ready to go and your heart's left in doubt
Don't give up on your faith
Love comes to those who believe it
And that's the way it is
Halo Minggu, halo nusantaraku. Sahabatku Tidar berkata pada review minggu kelimanya saat training dulu bahwasanya jika kita merasa waktu yang terasa berlalu dengan cepat mengindikasikan banyaknya kenikmatan di dalamnya. Today I do feel like that :)
Cuaca tidak begitu bersahabat akhir-akhir ini. Setiap sore dan malam hingga pagi selalu hujan disertai angin kencang. Namun menurut masyarakat sekitar,ini masih normal. Tapi ini tidak menyurutkan semangat murid-muridku untuk belajar pagi ini. Entah angin apa yang membuat aku begitu sesemangat hari ini.
Semalam, hujan, angin, kilat begitu kompak mengguyur pulauku. Pohon-pohon kelapa di depan rumah meliuk-liuk takluk pada terpaan angin. Ke-12 muridku yang belajar malam itu kedinginan di dalam rumah. Entah, sekejap konsentrasi mereka hilang, ketika bunyi petir disertai kilat yang menyambar mengagetkan mereka.
“Mamak deng papa sing maddeo soa” (Baca : ibu dan bapak saya masih di laut)
Tidak hanya itu, ada juga orang tua mereka yang masih di kebun untuk mengambil rebung atau sesuatu yang bisa dimakan besok. Saya pun diam. Akhirnya saya mengganti topik matematika menjadi belajar IPA tentang asal mula pulau, asal mula hujan dan asal mula petir. Alhamdulilah.. solved!!! Malam. Masih hujan. Saya mulai terlelap dengan peluh yang meneteskan nikmat yang terlimpah hari ini. Jam 9.30 malam. Terakhir saya melihat jam sebelum genset dimatikan. Entah 2 jam atau satu jam kemudian, terdengar pintu di gedor begitu keras sambil terdengar suara yang tidak asing terdengar.
“Enciiiiikkk...Enciiiiikkk, bukaaa pintuuuu”
Ya itu suara anak-anaku. Malam begini. Ada apa dengan mereka?? Suara semakin memekik walaupun deras hujan, tapi jelas. Saking kerasnya.
“Ada apa? So malam, hujan pula”. Ada sesuatu besar di bawah kaki ke-empat muridku. Sesuatu yang besar. Badan mereka basah air hujan. Ada parang dikaitkan di pinggangnya. Nafasnya terengah-engah.
“Ini buat encik, jangan lupa besok belajar lagi setelah sekolah minggu ya??”
Diam. Tegun. Haru. Malam, hujan deras, dan rumah keempatnya jauh di bukit sana. Entah niatan apa yang mengisi benak mereka. Saya hanya tertegun, mengangguk kepala, dan mengusap kepala keempatnya seraya menyuruh segera pulang. Saya tidak pernah meminta untuk dibawakan. Tapi malam ini, entah pelupuk mata ini begitu berat menahan air mata :)
Empat hari sebelum kejadian itu. Setelah makan siang, seperti biasa teras depan rumah riuh dengan anak-anak yang akan belajar. Saya masih sholat. Tapi mereka tetap memanggil dan bermain di depan rumah.
“Hari ini, torang belajar di bukit, Encik ”. Padahal bukan jadwalnya. Dan saya menanyakan alasannya.
“So ada kelas disana”. Saya memang bingung. Memang kami biasa belajar disana. Ya saya turuti. Entah kenapa saya lihat mereka senang sekali dan ekspresinya ceria. Sambil berbicara bahasa sangir yang masih asing di telingaku mereka tertawa kecil dan kedua anak menggandeng tangan saya naek ke atas. Mungkin tau kalau bu gurunya sedang capek :D
Pemandangan yang lain dan benar-benar lain. Ada sesuatu yang baru di tempat kami belajar. Binar mata ini benar-benar mengalahkan kepayahan saya naik ke bukit ini. Ada gubuk kecil mungil di sini. Cukup buat kita belajar.
“Bapak yang buat” sahut Crifil.
“Supaya torang tak susah-susah basah hujan digigit semut”
Saya hanya diam, namun anak-anak sudah duduk rapi di dalamnya . Belajar pun dimulai. Di kelas baru. Kelas luar sebelum kita masuk ke kelas yang sesungguhnya tanggal 11 nanti.
Subuh pagi ini, 1 jam lagi perahu akan membawa saya ke Tahuna. Disana saya dan teman-teman akan berkoordinasi. Mungkin selama 5 hari. Semalam saya sudah mengatakan bahwa les libur sementara saya ke Tahuna. Dan mungkin kembali kita akan belajar lagi. Mereka diam. Lalu bertanya,
“Tidak kembali ke jawa kan Encik? Kapan kembali??”
“Tidak pulang kan Encik? Besok berangkat jam berapa”
“Jangan lupa ke Tahuna beli buku gambar Encik”
Saya menerangkan seadanya.
Pagi ini, walau pagi masih belum mau muncul, riuh mereka sudah di dermaga terdengar sampai ujung jendela. Itu mereka. Ketika saya keluar, satu persatu membawakan tas saya ke perahu sambil mengantar saya.
“Hati-hati Encik, cepat pulang. Tidak ada yang belajar nanti disini. Tidak bisa ke hutan sama ke pantai”
Saya hanya mengangguk dan segera naek ke perahu. Mereka melambaikan tangannya, seraya mengucapkan
“Daaa..daaaaa... Encikkk hati-hatiiiiiiiiii”
Saya hanya membalas lambaian dan tertawa. Kembali pelupuk mata saya penuh. Baru kali ini saya rindu sebelum sampai ke tujuan. Saya rindu murid-murid :). Mungkin saya sudah jatuh cinta ke mereka. Jatuh cinta pertama kali di pulau ini.
When you question me for a simple answer
I don't know what to say, no
But it's plain to see, if you stick together
You're gonna find a way, yeah
So don't surrender 'cause you can win
In this thing called love
Yes!! I will can win, in this thing called love. Love my students <3 Cant wait to see them again.
di Tahuna, ibukota kecamatan...
Kumpul bareng teman untuk pertama kali
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda