info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Pasukan Kebersihan

Fransiska Tika Oktahirawati 11 Desember 2013

Hari Jumat adalah Jumat bersih di sekolah kami, SDN Tesabela, Kecamatan Pantai baru, Kabupaten Rote Ndao. Apa itu Jumat bersih? Dari namanya saja pasti mudah untuk ditebak. Benar sekali, anak-anak memiliki agenda membersihkan sekolah bersama setiap hari Jumat. Tidak hanya sekedar menyapu dan mengepel kelas, tetapi juga aula dan perpustakaan. Bahkan anak-anak juga membersihkan seluruh halaman sekolah, memungut sampah kemudian membakarnya. Tugas ini lebih banyak menjadi tanggung jawab bersama dibandingkan hanya dibebankan pada penjaga sekolah. Dapat dikatakan penjaga sekolah memiliki pasukan kebersihan yang akan siap membantu membersihkan sekolah. Tidak hanya kelas 6 saja yang membantu, anak-anak kelas 1 pun juga termasuk dalam pasukan kebersihan! Biasanya ada pembagian tugas untuk setiap kelas sehingga setiap sudut sekolah tidak terlewat untuk dibersihkan oleh sekelompok pasukan kebersihan.

Tidak sekedar membersihkan, aksi tanam bunga bersama juga pernah menjadi agenda di Jumat bersih. Setiap anak ditugaskan membawa bunga dari rumah untuk ditanam di halaman sekolah. Tidak mengherankan jika banyak terlihat bunga eforbia tumbuh di halaman sekolah. Mengapa bunga eforbia saja yang lebih banyak tumbuh? Bunga eforbia bisa hidup walaupun asupan air hanya sedikit sehingga bunga ini lebih mudah tumbuh subur di daerah kering seperti daerah di Desa Tesabela.

Tindak lanjut berikutnya setelah aksi tanam bunga adalah ‘sumbangan’ cirit kambing yang dibawa semua anak, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Kotoran hewan ini dijadikan pupuk kandang supaya tanaman di halaman sekolah dapat tumbuh subur. Manjur sekali efeknya! Sekolah ini tampak lebih asri dibandingkan dengan 10 sekolah lain yang biasa saya lewati ketika perjalanan menuju pusat kota. Wow! Teman-teman yang bertugas di kecamatan lain pun juga berpendapat demikian. Apa rahasianya? Pasukan kebersihan yang rajin menjaga kebersihan dan keasrian sekolah. Setiap kali ditugaskan membawa cirit kambing, anak-anak bisa membawa 1 kantong plastik besar, bahkan 1 ember penuh cirit kambing.

Agenda kebersihan pun juga bisa berganti. Pernah suatu kali, anak-anak disuruh membawa batu-batu pantai untuk membuat bedeng di depan kelas. Bedeng adalah semacam tumpukan tanah yang ditata sedemikian rupa dengan diberi pembatas batu semen. Kalau sudah begitu, maka setiap anak akan mencari batu sepulang sekolah supaya bisa dibawa pada hari Jumat keesokan harinya. Kerja gotong royong dari pasukan kebersihan ini sangat menghemat tenaga dan biaya. Halaman sekolah yang asri menjadi wujud nyata aksi pasukan kebersihan SDN Tesabela.

Saya sendiri merasa kagum dengan kebiasaan anak-anak disini yang ringan tangan rajin membersihkan kelas dan sekolahnya. Pekerjaan menjaga kebersihan jadi lebih ringan karena semua anak terlibat untuk membantu. Berbeda sekali keadaannya ketika saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Tugas membersihkan sekolah menjadi tanggung jawab penjaga sekolah saja. Saya dan teman-teman sebagai murid hanya bertugas membersihkan kelas masing-masing. Ternyata berat juga tugas penjaga sekolah kalau harus membersihkan seluruh sekolah setiap hari. Syukurlah, SDN Tesabela memiliki kebiasaan yang lebih baik dibandingkan sekolah saya dulu yang berada di Jawa.

Kebiasaan untuk membersihkan ini ternyata sudah ditanamkan sejak kecil oleh orang tua masing-masing. Mereka juga terbiasa membantu orang tua di rumah, menyapu, mencuci piring, dan pekerjaan rumah lainnya. Ya, anak-anak di sini sudah terbiasa untuk bekerja membantu orang tua sementara orang tua sibuk bekerja di sawah atau kebun. Tidak heran jika anak-anak di sini tahu bagaimana melakukan pekerjaan rumah dengan baik, entah itu sekedar menyapu atau mencuci, dimana anak-anak di kota besar kurang terbiasa untuk melakukannya. Semoga kebiasaan baik ini tetap terjaga hingga kelak mereka telah dewasa.


Cerita Lainnya

Lihat Semua