Work Hard Play Harder

Fransisca Christanti Tri Wulandari 17 Oktober 2014

Work hard play harder sepertinya sudah menjadi semboyan wajib untuk sebagian besar murid–muridku. Diusianya mereka yang baru saja genap 10 tahun, bermain bukan menjadi satu-satunya kegiatan utama mereka sehari–hari sepulang sekolah. Tak jarang diantara mereka sudah menggeluti “profesi” yang tak kalah asyik dengan profesi orang dewasa. Ya.. mereka “berprofesi” sebagai freelancer & part-timer cilik yang memiliki  dedikasi cukup tinggi. Mari berkenalan dengan profesi mereka!

 

Part-time Farmer

Di Solan, nyaris setiap keluarga memiliki kebun yang terletak di bagian belakang desa, atau bahkan lebih jauh lagi, mendekati lereng bukit. Ukurannya lahannya serta jenis tanamannya pun beragam. Mulai dari kelapa, coklat, atau bahkan sayur–sayuran seperti rica (cabai), popoki (terong), kacang hijau, kacang tanah, dan sayuran hijau lainnya.

Ketika musim tanam dan musim panen tiba, sebagian dari muridku akan mengambil “cuti studi” barang 2-6 hari untuk pergi ke kebun, membantu orangtuanya bekerja. Dengan menggendong keranjang kecil di bahunya mereka akan berjalan tegap menyusuri jalan setapak yang mulai terang karena semburat matahari pagi dan baru akan kembali ketika matahari sudah condong ke barat. Orangtua mereka tak lagi meragukan kemampuan anak – anak ini, mereka sudah teruji dari musim ke musim dan semangat mereka terus membara dari masa tanam dan panen usai.

**

Recommended Seller

Layaknya mempunyai lapak di forum jual-beli Kaskus atau toko online lainnya, urusan reputasi muridku tak perlu dipertanyakan. Ketika urusan di kebun boleh jadi telah usai, namun hasil panen yang menumpuk di salah satu rumah mereka tak kehilangan akal. Anak – anak ini akan menjelma menjadi seorang yang “berprofesi” sebagai pedagang. Mereka rela mendedikasikan sebagian waktu luangnya untuk menapaki jalan aspal desa sembari menjajakan dagangan. Dengan reputasi mereka yang cukup terkenal seantero desa, tak makan waktu lama dagangan mereka laku. Saat itulah hasil panen yang mereka jajakan berhasil dikoversikan dalam rupiah, mereka seperti untung besar. Anak-anak didikku menikmati  hasil jerih payahnya.

**

Freelance Reseller

Bagi mereka yang tak memiliki hasil kebun untuk dijual, atau hasil kebun itu telah dikonversi dengan sempurna menjadi rupiah. Seorang seller sejati tidak hanya tinggal diam. Mereka menawarkan waktu senggangnya untuk membantu menjajakan hasil dagangan orang lain, bisa makanan (aneka snack traditional), hasil kebun, maupun hasil tangkapan ikan. Dengan semangat mereka berteriak nyaring dari rumah ke rumah untuk menjajakan dagangannya. Imbalan buat mereka? 10% dari hasil penjualan akan perpindah ke kantong mereka. Setelah dagangan laku terjual, mereka akan pulang dengan tawa penuh kemenangan. Mantab gan!

**

Layaknya pekerja, mereka pun punya me time. Inilah waktu yang tak bisa ditawar, setiap sore sepulang melepaskan ”profesi”-nya, langkah- langkah mungil mereka siap melompat ke pantai di muka desa. Mereka membiarkan tubuh mungil miliknya tergulung ombak dengan lembut. Tak peduli dengan kulit mereka yang semakin tampak legam, mereka sibuk berbagi tawa dengan teman – teman lainnya. This is a party time untuk para pekerja cilik ini, saatnya mereka bermain sepuasnya, hingga semburat senja tak lagi tersisa.


Cerita Lainnya

Lihat Semua