Lilin itu Sudah Mulai “Bersinar”
Francisca Andana Okasanawati 15 April 2012
"Sinar – sinar kecil itu mulai terkumpul, seperti membentuk gumpalan seperti cahaya sang mentari di siang itu begitu cerah dan panas menyengat kulit. Perlahan – lahan sinar itu memberi kekuatan untuk menjadi penerang disekitarnya. Mimpi itu seakan semakin mendekat nyata, terwujud perlahan – lahan memastikan langkahnya bersama muridku. Mimpi itu selalu tergenggam erat dalam tangan mereka, untuk terus membuktikan bahwa mereka bisa."
Rasa ngantuk tak menemaniku beberapa malam ini, pikiranku melayang - layang ditengah keresahan, seakan terus memikirkan bagaimana nasib hasil anak- anakku lomba OSK? adakah yang lolos? siapa kira – kira yang lolos? Tak sabar aku melihat hasil pengumuman itu, hingga waktu yang ditunggu itu datang. Tangan ini bergetar, mata ini tak sanggup melihat dan semua rasa seakan mati. Teman – teman Pengajar Muda lainnya juga tegang melihat hasil dari anak – anak mereka, lalu kami bersama terus memandangi dan melihat satu – persatu nama yang ada, dan muncul satu nama Aisyah Nur Andhita, salah satu muridku yang masih kecil duduk di bangku kelas 2, hati ini haru dan tak sanggup aku berkata – kata. Kupandangi nama dan asal sekolahnya, iya ini Aisyah si kecil yang seperti anakku sendiri, bocah kecil yang pintar, riang, kritis dan ceria. Aku bisa berteriak lepas, dan berkata pada teman – teman yang lain, “Aisyah Lolos!”
Semua teman – teman Pengajar Muda menyambut haru dan melontarkan nama murid –murid mereka yang lolos, lalu kami beranjak pada halaman kedua, hampir saja nama itu terselip dari puluhan nama yang ada, ya muridku SITI KABARIAH, gadis kecil yang terus menggenjot sepedanya sepanjang 4km dan tak mengenal lelah saat panas dan hujan untuk datang kerumahku belajar mempersiapkan OSK. Aku masih berharap cemas pada satu jagoan kecilku, dia adalah asisten sainsku, namanya Sakir. Dia selalu berjuang agar tak kalah dengan anak – anak di kota, kutelusuri pada lembar berikutnya, berkali –kali dan tak kutemukan namanya. Rasa itu bercampur antara bahagia dan sedih, delapan muridku yang kuikutkan lomba hanya dua yang lolos. Akupun bingung gimana caranya aku harus mengumumkan pada mereka, akupun terus berpikir menerawang pada keramaian di sekitarku, lalu memandang ulang lembaran pengumuman di level 3 karena anakku tak lolos satupun di level ini. Apa dikata, mungkin belum nasib mereka untuk lolos ke semifinal.
Hari begitu cepat berlalu, Senin itu aku datang sekolah dengan senyum ceria, membawa laptopku dan memanggil semua muridku yang ku ikutkan lomba, malamnya tak lupa aku menuliskan surat untuk mereka semua, dan kuberi kata – kata untuk penyemangat baik yang lolos dan tidak lolos. Sebelum kulihatkan pengumuman OSK aku mencoba memberikan beberapa nasehat untuk membesarkan hati mereka lalu kujelaskan bahwa masih ada kesempatan tahun depan untuk mencobanya, mereka mengangguk dan tersenyum padaku. Kubuka laptopku dan kuperlihatkan hasil pengumuman pada lembaran level 3, mereka menelusuri setiap nama yang ada, murid – muridku sedih ketika tau nama mereka tidak ada. Lalu kami beralih pada lembar pengumuman level 2, saat kubuka lembar kedua untuk level 2 Kabariah tertawa dan berteriak, “ namaku ada bu, berarti aku lolos ya? Kujawab, “ya kalau ada namanya berarti lolos !”
Aisyah yang juga terlibat untuk melihat nama – nama dilevel dua sudah sedih, dan katanya ; “bu, namaku ga ada bu, aku ga lolos ya? dengan raut muka yang begitu sedihnya”. Aku berkata, “kan ini untuk pengumuman level 2, nah ayo sekarang dibuka di level satu, ada ga ya Aisyah?” Semua mata tertuju melihat pengumuman level 1, karena mereka tahu Aisyah yang paling rajin dan tanggung jawab dalam belajar, semangatnya paling tinggi diantara mereka meskipun dia masih kecil. Lalu teriakan itu mengagetkan kami semua, memecah keheningan dan ketegangan murid - muridku. Aisyah berteriak, “bu ada namaku bu, ini bu, aku lolos bu!” Dia senang sekali lalu berpelukan dengan Kabariah, hanya mereka berdua harapan dari SD kami.
Lalu aku memeluk semua muridku dan kubagikan surat yang telah aku buat malamnya, dan tak lupa aku bertanya pada setiap anak bagaimana perasaan mereka, yang tidak lolos tentu sedih dan kecewa, namun mereka berjanji untuk terus belajar, bagi yang lolos mereka tertawa dan bangga karena bisa mewakili sekolahnya maju ke Semifinal. Anak – anak yang tidak lolos tidak lupa memberikan semangatnya untuk Aisyah dan Kabariah katanya, “ Kalian belajar yang rajin lho, tinggal kalian berdua yang bisa diharapkan untuk ke Final!” Aisyah dan Kabariah mengangguk dan mereka berdua langsung meminta padaku untuk les sore itu, disela –sela belajar untuk Ujian Tengah Semester yang mereka hadapi.
Sore itu Aisyah dan Kabariah belajar bersama di rumahku, mereka membaca majalah Kuark dan bercerita padaku tentang perasaannya. Kabariah bercerita bahwa dia tidak akan lolos lomba, dia kaget juga ketika ada namanya, lalu dia bertanya padaku, sd mana saja yang lolos, kapan lombanya dan bermacam – macam pertanyaan dilontarkan, Aisyah juga demikian. Aisyah berkata : “aku sedih lho bu karena Jaenun, Riska, Sakir ga lolos, kita jadinya Cuma belajar berdua thu bu!” Kabariah juga menyahut, “iya bu, aku jadi naek sepeda sendirian dari sebrang, sepi ya bu kalau Cuma berdua!” Aku dan dua muridku ini bercanda sambil membaca buku, Aisyah dan Kabariah bercerita juga saat kupanggil untuk melihat nama siapa yang lolos sempat deg – degan dan takut kalau tidak ada yang lolos diantara mereka.
Sekolahku baru tahun ini bisa membawa murid untuk lolos sampai ke semifinal, tahun lalu tidak ada yang lolos ke semifinal. Guru – gurupun sangat antusias dan berjanji untuk ikut membantu memberikan pelajaran tambahan untuk mereka berdua. Sore itu ketika les Aisyah juga berjanji akan bersungguh – sungguh belajar, dia ingin sekali mengalahkan SD 031 yang termasuk SD unggulan di kecamatanku. Katanya, “Ibu kenapa si SD 31 terus yang peringkatnya bagus dan sering ikut lomba, SD kita kapan?” Lalu aku juga sedih mendengar pertanyaan itu, aku berusaha memberi mereka semangat dan berkata kalau kalian sungguh – sungguh pasti kalian bisa menyaingi mereka, tunjukan meskipun sekolah kita di pinggiran, namun prestasi kita ga kalah, belajar yang sugguh – sunguh ya biar bisa maju ke Final.” Mereka berduapun begitu semangatnya menjawab “ Oke bu, siap!”. Aisyah pun melontarkan kata – kata, “Pasti bu, aku mau belajar sungguh – sungguh biar sekolahku bagus, biar ga kalah sama mereka!” Aisyah memang anak yang cukup kritis, dia pun selalu bertanya ketika aku menjelaskan tentang hal – hal yang membuat telinganya asing, diapun bercerita tentang majalah atau buku yang habis dia baca padaku, kadang ketika kita membahas soal dia juga menjelaskan beberapa hal padaku. Aisyah gadis kecil yang selalu membuatku kagum, Kabariahpun begitu, gadis kecil ini jago menari, selain sains dia juga pintar matematika.
Bagi dua murid kecilku ini, maju ke semifinal adalah sebuah kebanggan besar, perlahan – lahan mereka memiliki keinginan agar sekolah mereka sama dengan sekolah disebrang dari kualitas muridnya, meski dengan segala keserhanaan mereka tetap berjuang, menunjukkan bahwa mereka bisa. Mereka bagaikan Lilin yang kecil dan berusaha menerangi disekitarnya,berusaha berbagi cahaya bagi teman -teman mereka yang masih belum menyalakan cahayanya. Lama – kelamaan aku menemukan potensi pada setiap anak muridku. Lama – lama aku yakin dengan semangat mereka dan didikan yang tepat, sekolahku akan maju dari segi kualitas muridnya. Aku percaya karena mereka saling berbagi pengetahuan, dan ketrampilan. Tanpa mengenal rasa lelah, ngantuk dan malas mereka terus menembus batas keterbatasan untuk mencapai keistimewaan, mereka akan berjuang pada tanggal 28 April nantinya, doaku selalu kulantunkan seiring berhembusnya nafas kehidupanku di dunia ini. Hanya ada sebuah doa, motivasi dan memfasilitasi mereka belajar dengan apa yang aku miliki. Menyiapkan generasi penerus yang berkualitas, dan meninggalkan jejak haru pada Tanah Paser impianku agar aku di sini tak sia - sia. Doakan mereka ya, agar usaha mereka berbuah manis, tak lagi disisihkan karena sekolah kami berada di pinggiran. Oka ;)
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda