info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Tabungan Bahagia

Fina Azmiya 27 Mei 2017

“Setahun ini gimana, bahagia nggak?” seorang teman tiba-tiba melontarkan pertanyaan ini ketika kita tengah terlibat dalam obrolan panjang tentang masa depan.

“Bahagia dong” jawabku santai

“Seberapa bahagia?” tanyanya lagi, seolah tak puas dengan jawaban yang kuberikan

“Bahagiaaaaaaaaa” aku sengaja memanjangkan ‘a’ di belakang, untuk menjawab seberapa bahagia yang ia tanyakan. Semakin panjang a, semakin tinggi kadar bahagia.

Dan pertanyaan-pertanyaan lain pun seringkali teman-teman lain tanyakan, seperti “Di sana seneng nggak?” “Apa yang bikin seneng?” Entah pertanyaan basa-basi atau memang benar-benar ingin tahu, selalu menjadi topik setiap kali aku menjalin silaturahmi dengan mereka.

Tak berselang lama dari diskusi ini, aku dipertemukan dengan “Sehidup Sesurga” nya Fahd Pahdepie. Bukan tulisan tentang pernikahannya yang ingin kuceritakan di sini. Ada satu judul yang membuatku tertarik, bunyinya “Usaha Menabung Kebahagiaan”. Tentang bagaimana ia dan keluarga kecilnya gemar memenuhi tabungan kebahagiaannya lewat momen-momen kecil yang mereka ciptakan. Entah sekadar foto bersama, piknik bersama dan banyak momen kecil lain.

Membaca tulisan ini, aku merasa terketuk untuk mengintip tabungan bahagiaku. Menengok satu tahun ini, rasanya aku (dan aku percaya, teman-teman PM lain pun begitu) punya banyak tabungan bahagia yang siap dibongkar kapanpun kubutuhkan. Disbanding tahun-tahun sebelumnya, tabungan kebahagiaan tahun ini sepertinya lebih penuh. “Celengan” tempatku menyimpan tabungan rasanya sudah sesak, siap diluapkan.

Momen-momen yang mengisi tabungan bahagiaku memang kadangkala terlampau sederhana. Sesederhana foto tampak gigi di tengah-tengah jam pelajaran. Berlarian di hamparan pasir putih, lalu menjatuhkan diri di air laut. Menghabiskan malam di krasang (rumah kebun) sambil menikmati bintang. Atau naik motor gonceng tiga dengan tawa mengembang. Dan masih banyak momen-momen sederhana lain, yang berasa haru, lucu, atau membuat malu.

Mungkin limitasi waktu satu tahun membuat kita giat menciptakan momen-momen sederhana ini. Entah semakin giat jalan-jalan, semakin giat menjalin silaturahmi, atau sekadar giat mengumpulkan foto-foto.

Andaikata kita menganggap hari-hari setelah ini, sebagai hari-hari dengan limitasi waktu juga, mungkin kita akan tetap giat mengisi tabungan bahagia. Tak lagi menunda mencipta momen-momen, yang walaupun sederhana, tapi bermakna.

Bagaimana dengan tabungan bahagiamu? Sudah penuh, setengah penuh, atau malah minus? Yuk diisi tabungan bahagianya! 


Cerita Lainnya

Lihat Semua