“Kenapa Indonesia dibangun dari barat? Kenapa tidak dibangun secara bersama dari barat dan timur?” –Barnabas Orno, Bupati MBD- 

Maluku Barat Daya nama Kabupatennya. Pernah melihat di peta? Ah sudahlah, tak usah bayangkan, coba langsung saja tengok peta Indonesia. Jika diamati, hanya seberkas titik-titik kecil yang tenggelam birunya laut Banda.

Wilayahnya beberapa jam saja dari Negara tetangga, Timor Leste dan Australia. Bahkan di salah satu titik di sini, temaram lampu Timor Leste dapat Katong nikmati dengan mudah. Sering, nelayan di sini mengambil ikan hingga wilayah tetangga. Atau, tak jarang juga Katong nikmati fasilitas kesehatan mereka.

Maklum saja, di beberapa wilayah, listrik memang tak ada. Sementara sinyal telepon dan internet hanya ada di beberapa titik kecil pusat Kabupaten saja. Jalan mulus? Rumah sakit besar? Sudahlah, jangan ditanya. Transportasi pun mengandalkan kapal laut yang kadang tak pasti kapan datangnya. Tapi toh, itu semua tak menyurutkan langkah Katong untuk terus belajar dan berusaha.  

Potensi daerah Katong? Jangan ditanya. Tau blok Masela, cadangan gas abadi yang sekarang banyak dibicarakan Media? Itu Katong punya, Indonesia punya. Lokasinya ada di laut Katong, beberapa mil saja dari tanah Masela – Teppa. Atau cadangan ikan melimpah, seperti tak ada habisnya. Belum lagi pemandangan pantai yang membuat mata tak jemu memandang. Tak percaya? Tanya saja Nadine Chandrawinata.

Kalau banyak yang mengatakan Katong tertinggal, terpencil, atau terbelakang, biar saja. Itu bukan masalah. Karena Katong percaya, Katong bukan terpencil, bukan pula tertinggal. Katong terdepan! Katong adalah halaman depan Indonesia. Katong adalah muka Indonesia di hadapan tetangga.

Sejauh apapun Katong dari Jakarta, Katong tetap Indonesia. Karena terpencil sejatinya hanya sudut pandang saja, to?

Hanya saja, mungkin butuh langkah-langkah kecil pemerintah. Atau langkah dari Tuan Puan Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan dan Papua untuk mendukung Katong menjadi wajah depan Indonesia yang elok dan berwibawa. Kalau bukan Katong samua yang berjuang, siapa lagi?