Satu Jam Lebih Dekat (part 1)

FidellaAnandhita Savitri 12 November 2015

Setiap kelompok pasti punya ‘ritual’ yang berbeda-beda. Kalau kami, --Pengajar Muda Paser-- selain berdoa sebelum memulai rapat, kami juga punya ‘ritual’ mengadakan sesi “Satu Jam Lebih Dekat” tiap kumpul bulanan.

Sebetulnya, sesi ini berawal dari ketidaksengajaan. Jadi, di suatu malam saat pelatihan intensif, saya mengajak Rifat untuk feedback-feedback-an. Kala itu, saya memang sedang hobi-hobinya mencari teman feedback.

Niat hati cuma berdua, eeeh.. Fajri datang bergabung. Lalu Ruth, Raden, Riama, Adam, Sarah, Anggi, dan Bayu ikut nimbrung. Mendadak, kami semua kumpul. Saya ingat sekali malam hangat itu, ketika kami berbincang jujur dari hati ke hati untuk pertama kalinya, di luar sesi pelatihan. Sebelum bubar istirahat tidur, kami semua sepakat untuk ngobrol bareng seperti ini lagi di lain kesempatan.

Saat itu, ‘ritual’ ngariungan masih tanpa nama. Baru disebut sesi "Satu Jam Lebih Dekat" ketika kami mengalokasikan 1 jam di malam hari untuk berbicara apa saja, bersepuluh.

Sampai penempatan, 'ritual' tersebut tetap berlangsung. Tiap bulan, sesibuk apa pun kegiatan kabupaten saat kumpul bersepuluh, kami menyempatkan waktu untuk "Satu Jam Lebih Dekat" dengan moderator bergiliran. Kalau betul-betul tidak sempat, di bulan berikutnya, sesinya jadi 2 jam, walaupun pernah juga lebih dari itu.

Tiap bulan topiknya berbeda-beda. Membahas dinamika kelompok, pernah. Saling memberi apresiasi, pernah. Saling menyemangati, pernah. Tebak-tebakan untuk mengetes seberapa kenal satu sama lain, pernah. Mengungkapkan keluh kesah dan kekecewaan, pernah. Pamer pencapaian dan merayakannya, pernah. Refleksi bersama Trustee, pernah. Bermain games absurd, terbahak sampai sakit perut dan capek ketawa, SERING!

Apa pun topiknya, sesi ini selalu menjadi favorit saya.


Cerita Lainnya

Lihat Semua