Menikmati Masalah

FidellaAnandhita Savitri 22 Maret 2015

Setiap hari, setiap jam, dan setiap detik adalah rangkaian masalah.

Menjadi guru kelas rendah berarti menghadapi kekacauan setiap harinya. Untuk membuat mereka mau berbaris rapi sebelum masuk kelas saja, saya harus mondar-mandir menangkap anak-anak yang bersembunyi di bawah meja dan di balik pintu sambil berpura-pura menjadi polisi yang patroli “DOR! Yang sudah tertangkap ayo baris!”. Sementara itu, anak-anak yang sudah berbaris rapi merasa bosan menunggu, sehingga ketika saya kembali mengatur barisan, mereka justru pergi jajan atau berlarian ke sana-kemari, sehingga saya harus berteriak memanggil mereka.

Belum lagi menghadapi anak yang berkelahi, berlarian di atas meja, menangis, mengacak-acak apa saja yang ada di atas meja guru, merobek hasil karya yang dipajang di kelas, mencoret-coret papan tulis, berteriak, bermain monyet-monyetan sambil loncat-loncat atau berguling-guling menjadi harimau, menumpahkan minuman, mengusili temannya yang serius belajar, melawan guru, daaan sebagainya.

Satu kata: chaos.

Selalu saja ada ‘kejutan’ yang membuat saya mau tidak mau harus fleksibel melakukan improvisasi ketika mengajar. Bahkan kadang, materi yang sudah saya persiapkan semalaman untuk diajarkan keesokan harinya hanya menjadi wacana belaka, karena apa yang terjadi di kelas sungguh jauh berbeda.

Ibarat kata, saya berencana, anak-anak yang menentukan.

 “Barangkali, hal paling berharga yang diberikan pada kita sebagai Pengajar Muda adalah kesempatan untuk mengeksplorasi diri sendiri, mengukur sejauh mana kemampuan kita” ujar salah seorang teman sepenempatan saya ketika saya bercerita betapa menantangnya ternyata mengajar itu.

Pikiran saya menerawang, teringat usaha yang saya lakukan selama ini untuk mencoba mengatasi segala kekacauan di kelas. Saya kemudian tertawa sendiri. Kalau dipikir-pikir, sebenarnya saya menikmati ini semua. Menikmati kepuasan tersendiri saat berhasil melerai anak yang berkelahi. Menikmati sorak puas mereka saat berhasil menjawab soal dengan benar. Menikmati binar penuh keingintahuan tiap kali saya membawa alat peraga baru ke kelas. Menikmati mereka yang berebut cium tangan sampai berkali-kali. Menikmati senyum girang mereka melihat saya membubuhi cap apresiasi di buku bintang mereka. Menikmati mengamati segala tingkah laku ajaib mereka. Daaan.. masih banyak lagi hal-hal yang bisa saya nikmati.

Barangkali, setiap hari, setiap jam, dan setiap detik memang merupakan rangkaian masalah. Tapi saya bersyukur masih diberi kesempatan untuk dapat menikmati setiap prosesnya.


Cerita Lainnya

Lihat Semua