Pendidikan yang Lebih Baik untuk Anak Negeri Lamdesar
Febri Yudha Utama 4 Januari 2015Sejak kecil saya selalu percaya bahwa yang namanya ultraman dan power ranger adalah sosok nyata yang luar biasa yang dapat menjaga perdamaian dan keamanan di muka bumi. Melawan para monster dan membela para orang-orang yang tidak bersalah. Hingga kemudian saya sadar bahwa mereka semua tidak nyata, tetapi maknanya disini bukanlah sama sekali tidak nyata. Hadirnya mereka saat kita kecil sampai dengan kita beranjak dewasa mengajarkan kita bahwa pahlawan apapun bentuk dan upayanya selalu membawa sebuah harapan, selalu memberikan sesuatu yang lebih baik entah saat para monster dikalahkan oleh ultraman itu sendiri atau saat para pejuang kemerdekaan melawan segala penindasan penjajah 69 tahun yang lalu. Intinya para ‘pahlawan’ itu, hadirnya membawa harapan. Ya harapan untuk sesuatu yang lebih baik.
Enam bulan bersama kebinekaan di kepulauan Tanimbar Maluku Tenggara Barat, membawa saya bertemu banyak sosok pahlawan yang sangat dekat dengan kita, bahkan hadir bersama kita. Mungkin memang makna kepahlawanan akan berbeda kalau harus berdebat dahulu dengan para ahli bahasa tentang makna kepahlawanan, tapi setidaknya mari kita coba lihat sosok kepahlawan ini dari celah-celah sempit setiap upaya baiknya untuk memberikan perubahan. Dan perubahan itu dinamakan ‘Pendidikan yang lebih baik untuk anak negeri Lamdesar Barat’.
Namanya adalah Jubelina Fransina Batmomolin. Seorang guru kelahiran Desa Watmuri, sebuah kampung kecil di pesisir pulau Yamdena tepat 39 tahun yang lalu. Guru luar biasa yang akrab disapa ibu Bat ini sudah mengabdi untuk anak Negeri Lamdesar Barat selama kurang lebih 14 tahun. Cukup lama untuk membuatnya belajar semakin mencintai setiap siswanya dan tempat yang bukan merupkan tanah kelahirannya, desa Lamdesar Barat.
Kurang lebih 1 tahun yang lalu ibu Bat tepat diangkat sebagai pelaksana tugas sementara (Plt) Kepala Sekolah SD Kristen lamdesar Barat, menggantikan bapak Silvanus Tubultenan yang sudah pensiun. Selama masa kepemimpinannya itu banyak sekali hal baik dari sekolah yang terus ditingkatkan. Mulai dari pengaktifan upacara bendera, pendisplinan waktu masuk sekolah menjadi pukul 6.45 untuk guru dan murid, pembuatan jam belajar malam, les tambahan semua siswa seminggu 2 kali, Les komputer untuk guru-guru yang lain, hingga menggerakan masyarakat untuk membangun pagar sekolah dan floor (menyemen) halaman sekolah.
Jangan heran ada kalimat ‘pengaktifan upacara bendera’, karena memang upacara bendera setiap hari senin di SD ini sudah lama vakum, namun mulai 6 bulan yang lalu salah satu momen untuk terus menjaga nilai luhur perjuangan bangsa dan mengajarkan tentang nasionalisme kepada siswa kembali di jalankan rutin hingga hari ini. Awalnya bukan hal yang mudah untuk memulai ini, cukup banyak tantangan bagi ibu bat untuk mendelagasikan guru sebagai pelatih upacara hingga merombak kembali sistem kedisiplinan tentang jam masuk guru dan murid.
Terkait dengan upaya peningkatan pembelajaran dari siswa Ibu Bat juga mendorong semua guru terlibat aktif dalam upaya-upaya ini. Salah satunya adalah menjalankan jam belajar malam dengan melibatkan 3 batu tungku yakni Sekolah itu sendiri, Pihak desa, dan Pihak Gereja. Setiap pukul 19-21 pihak gereja lewat pimpinan Ibu Pendeta (Ipen) membunyikan lonceng belajar pertanda jam belajar dimulai kemudian dilanjutkan pihak desa lewat kordinasi bapak kepala desa meminta Linmas (Pelindung Masyarakat ; sejenis hansip dengan pakain hijaunya) berkeliling untuk memastikan tidak ada anak-anak yang berkeliaran dijalan ketika lonceng belajar sudah di bunyikan.
Selain itu menyadari bahwa membaca menulis dan berhitung adalah sepaket kemampuan dasar yang harus tuntas dimiliki siswa, Ibu bat juga bersama guru-guru yang lain membuat ‘Program Sekolah Kembali’, sebuah upaya memberikan pelajaran tambahan setiap minggunya dilaksanakan sebanyak 2 kali (selasa dan jumat sore) terkait pelajaran membaca, menulis dan berhitung dengan konsep yang berbeda seperti sekolah paginya. Anak-anak dibiarkan bebas berekspresi menggunakan pakaian sehari-hari, pembelajaran juga dibuat tidak sekaku seperti belajar formal dikelas dan penjadwalan tema membaca,menulis dan berhitung selalu diganti-ganti setiap pertemuan mencegah kebosanan dari para siswa.
Dua bulan awal saat saya bertugas di SD ini mengingatkan saya kembali bahwa betapapun itu harapan pasti akan menjadi hal bersama yang dibawa oleh setiap pahlawan. Saya menganggap kepemimpinan ibu Bat adalah bentuk dari sebuah kepahlawanan itu sendiri, ia membawa sebuah harapan baru bagi anak-anak di negeri lamdesar ini untuk terus merasakan pendidikan yang lebih baik. Dan ya, harapan itu mekar di tanah Lamdesar.
Hal-hal tadi baru secuil dari banyaknya upaya yang hangtua (bermakna beliau dalam bahasa maluku) coba lakukan. Hal yang juga membuat saya kagum adalah caranya berfikir dan caranya melangkah dalam menggerakan banyak lapisan masyarakat desa untuk mendukung pendidikan disini.Ibu Bat bersama guru mampu menggerakkan masyarakat untuk membangun pagar sekolah dan floor halaman sekolah. Mulai dari pendanaan sampai pengerjaan semua dari masyrakat, mulai dari para siswa dan warga sekolah, bapa-bapa, ibu-ibu, hingga majelis gereja sahut menyahut mengerjakan pekerjaan pembangunan itu. Jangan anda bayangkan sekolah disini, keadaan lingkungan disini seperti halnya dengan desa-desa atau apalagi kota-kota di pulau jawa, dimana semuanya mudah tersedia dan apapun mudah diakses. Disini untuk mengambil batu saja contohnya harus diangkut dengan bakul di atas kepala ibu-ibu dengan jarak yang tidak dekat dan medan yang juga cukup terjal. Belum lagi pasir dan semen yang untuk mendapatkannya cukup jauh. Kali ini adalah tugas dari bapa-bapa. Semen harus dibeli di kecamatan dengan perjalanan laut menggunakan sampan kecil yang disebut ketinting selama 4-6 jam. Sementara pasir, memang tidak perlu bayar tapi harus diambil dipesisir pulau kosong yang berjarak 15 menit dari desa dengan transportasi yang sama. Bisa dibayangkan bagaimana membagi, mengkordinasi, mengelola semua itu yang dilakukan oleh sosok perempuan yang sudah cukup berumur yang sementara tugas sebagai ibu rumah tangga dengan 3 orang anak yang masih kecil juga tidak boleh ditinggalkan. Bisa dibayangkan?
Kali ini saya percaya tentang siapapun yang membaca tulisan ini akan bersama pandangan saya tentang Ibu Bat, sosok perempuan luar biasa dan sosok ibu yang hebat dengan sisi kepahlawanannya sendiri, menjaga lilin-lilin kebaikan dan membawa harapan tentang kebersamaan melakukan sesuatu termasuk mewujudkan perubahan yang dinamakan ‘Pendidikan yang lebih baik untuk anak negeri Lamdesar Barat’.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda