info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

TERJUN KE PARIT

Fatia Qanitat 1 Februari 2011
19/01/2011, Rabu Wilayah Bantan Air ini terbagi oleh parit-parit. Parit ini berada di setiap samping jalan. Cukup lebar, lebih dari dua meter, tapi tidak terlalu dalam. Sebenarnya bukan hanya di Bantan Air, di beberapa wilayah Bengkalis, mungkin lebih dari 50% wilayahnya ditandai dengan parit-parit sebagai batasnya. Daerah-daerah di Bantan Air sendiri dikenal dengan sebutan Parit Bengkok, Parit Tua, dan Parit Bengkuang, untuk menyebut dusun-dusun yang ada. Semuanya pasti diawali dengan kata “parit”, karena memang di sepanjang wilayah tersebut terdapat parit-parit sebagai pembatasnya. Parit inilah yang dijadikan sumber air untuk mandi atau mencuci baju. Cerita yang sudah saya sampaikan mengenai air yang berwarna merah atau kecoklatan inilah yang mengalir di parit ini. saat air laut pasang, air di parit bisa mencapai dua meter kedalamannya. Kalau air sedang surut, kedalamannya berkisar antara pinggang sampai bahu orang dewasa. Sebagai sumber utama, air di parit ini tentu dijaga oleh warga. Walaupun berwarna kemerahan, sebenarnya air di sini sangat bersih. Setiap hari pun saya mandi menggunakan air ini, dan rasanya sangat segar. Air yang saya gunakan untuk mandi mengallir dari parit yang dipompa, sehingga keluar melalui keran di kamar mandi saya. Tapi, sebagian besar warga masih banyak yang mandi langsung di dalam parit ini. Saya yang setiap sore melihat rutinitas ini, penasaran rasanya, ingin ikut terjun bersama mereka ke dalam parit. Pasti asik, begitu pikir saya. Berenang di sepanjang parit, bermain air, pasti seru sekali. Ingin rasanya...... Setelah sekian lama menanti hal ini, akhirnya saya mempunyai kesempatan untuk bisa terjun dan merasakan langsung bagaimana asiknya bermain di dalam parit hari selasa kemarin. Saya tidak sendiri, tapi bersama dengan murid-murid bermain di sana. Dan betul, seru sekali....hehehe.... Cerita ini bermula saat saya mengajak mereka untuk main di dalam parit. Hal ini sengaja saya lakukan demi tujuan bisa terjun ke parit, apalagi ditambah bonus bisa sekaligus bermain bersama dengan anak-anak. Saat saya ajak, mereka senang, saya lebih senang lagi. Hal ini sudah saya janjikan sebenarnya, sejak satu minggu yang lalu. Walaupun gagal dilaksanakan, akhirnya terbayarkan juga pada hari selasa kemarin. Yeee.... anak-anak yang semuanya adalah perempuan, kegirangan. Dan jujur saja, saya mungkin lebih girang dari mereka.....hehe....-___- Kami bermain tidak lama. Hanya setengah jam saja, setelah usai belajar sore bersama. Mulai setengah enam, selesai pukul enam. Waktu magrib di sini sangat lambat, baru sekitar pukul setengah tujuh. Jadi, kalaupun kami selesai main di parit pukul enam, artinya matahari belum hilang dan malam masih belum datang. Segera setelah anak-anak selesai mengerjakan soal matematika yang saya berikan, kami pergi ke parit, dan mereka langsung membuka baju dan menggantinya dengan kain atau kaus untuk bermain. Kami pun terjun ke dalam parit. Dingin. Sejuk. Saya takut kalau tiba-tiba ada binatang. Karena memang masih ada biawak yang mungkin sedang benerang di dalam parit ini. Walaupun tidak diseluruh parti ada biawaknya, tapi di daerah-daerah tertentu, masih banyak biawak yang berkeliaran. Karena airnya tidak terlalu dalam, saya harap semoga biawak-biawak itu pergi menjauh dari sini. Untuk meyakinkan, saya bertanya lagi kepada anak-anak, “Aman kan? Ada binatangnya?” “Aman bu, tenang aja bu,” ucap mereka sambil tertawa melihat saya yang tampak ragu-ragu. Turunlah saya, membasahi diri dengan air, bermain bersama mereka. Walaupun masih dalam keadaan awas, karena merasa was-was, saya tetap sangat menikmati hari ini. Bahkan kami sama-sama berjanji untuk kembali main di parit, dua minggu mendatang, di parit yang berbeda dengan parit hari ini. Sayangnya, saat itu air tidak terlalu dalam, tidak sampai satu meter, hanya sedalam pinggang anak-anak. Sulit untuk berenang dalam keadaan air seperti ini. Tapi bukan berarti kami kehabisan akal. Selama di dalam air, banyak hal yang bisa dilakukan. Kami berkejar-kejaran, berlomba lari, membagi kelompok untuk saling menyerang satu sama lain, terus tertawa. Dan dengan bodohnya, saya lupa membawa kamera sehingga tidak dapat mengabadikan momen ini. Tapi tidak apa-apa (hehehe, jadi ingat Pa Amping). Melalui tulisan ini, semoga kejadian ini bisa terekam dengan baik ^_^. Tiba-tiba salah satu murid saya berkata, “Kalau ga ada ibu ga akan main ke parit lagi deh,” ucap Nanda siswa kelas lima. Mereka, anak-anak perempuan yang usianya sudah di atas kelas tiga SD, memang jarang terlihat bermain di dalam parit. Setelah saya perhatikan, biasanya yang mandi di parit adalah laki-laki atau anak-anak. Sangat jarang melihat kaum perempuan mandi di sini. Mungkin, anak-anak ini sudah dianggap beranjak besar, sehingga tidak terlalu baik bagi mereka untuk mandi di tempat umum. Sebuah budaya yang baik sebenarnya, tapi...ya sekali-sekali tidak ada salahnya juga kalau mereka bisa mandi sambil bermain di parit, karena memang menyenangkan....hehehe..... “Kalian kan bisa main ke parit kapan kalian mau,” kata saya menanggapinya. “Ya ga asik bu. Asiknya kan kalau ada ibu,” senyum saya tak bisa lepas setelah mendengar ucapan darinya. Senang sekali rasanya bisa merasakan saat-saat ini bersama mereka. “Nanti ada ibu guru pengganti bu?” tiba-tiba Nanda bertanya lagi. Saya kaget mendengar pertanyaan yang muncul darinya. “Entah, ibu ga tau. Lagian kan ibu masih lama di sini,” jawab saya santai. “lama, lama, lama apanya bu? Pas kami bagi rapor, ibu pergi,” tandas Nanda. Saya jadi teringat ucapan ia jauh hari sebelumnya yang meminta saya untuk tinggal di sini setahun lebih lama. “Ibu di sini dua tahun aja. Tunggu sampai saya lulus dari SD, ya bu,” begitu pintanya. Saya tidak ingat mengatakan apa, tapi yang saya ingat adalah hati saya yang tersentuh akan permintaannya, dan merasa kesulitan untuk memenuhinya. Sama seperti saat ini. Saat saya ditanya mengenai keberadaan saya di sini. Keberadaan saya yang dianggap begitu penting bagi mereka. Subhanallah, saya belum pernah dianggap begitu berarti bagi seseorang yang baru saya kenal seperti saat ini. “Sudah, ibu kan sekarang masih ada di sini, masih lama. Ayo coba kita lomba berenang sampai sana,” ajak saya sambil mengalihkan pembicaraan, karena sudah tidak tahu harus berkata apa.

Cerita Lainnya

Lihat Semua