TERIMA KASIH BU WEI (26 FEBRUARI – 1 MARET 2011)

Fatia Qanitat 1 Agustus 2011
Akhirnya datang juga.... ini menjadi salah satu hari yang saya nantikan dalam waktu belakangan ini. Kedatangan mereka dari Jakarta membuat saya merasa bersemangat. Ditambah lagi kebahagian karena akan bertemu dan menghabiskan waktu yang cukup lama bersama dengan sembilan kawan lainnya. Tibalah saya mengucapkan kepada kawan-kawan semuannya, “SELAMAT DATANG DALAM RETRAINING PERTAMA”. Saling peluk melepas rindu segera kami utarakan satu sama lainnya. Mba Nia dan Pa Eko (dua orang dari IM yang penuh kesibukan) ikut datang, disambut oleh teriakan. Dari belakang, keluar Bu Wei (sahabat terkasih) dari dalam mobil. Berhamburan pula kami bergiliran menyambut tangan dan saling berpelukan. Tapi jangan salah sangka. Ini bukan liburan, tapi pelatihan. Sambutlah para pelatih kami sekalian yang jauh-jauh datang dari seberang. Tibalah saya mengucapkan kepada keluarga dari Jakarta, “SELAMAT DATANG DI BENGKALIS” ^_^ Pelatihan ini menyenangkan. Mengangkat dan membangunkan kembali memori yang sebelumnya tersimpan rapi di dalam ingatan. Menyadarkan kembali betapa penting arti pendidikan. Mengisi kembali tangki-tangki kosong dengan ide, juga metode baru yang menambah kemampuan kami dalam proses belajar mengajar. Dan yang terpenting adalah membangkitkan kembali semangat yang sempat layu termakan waktu dan kelelahan. Walaupun saya merasa senang, jujur saja, beberapa hari meninggalkan murid membuat saya merasa sedikit khawatir. Materi-materi yang seharusnya saya sampaikan pada waktu tersebut terpaksa saya tunda. Saya merasa takut siswa kurang mengerti bila ada penyampaian materi baru yang disampaikan oleh guru pengganti. Akhirnya saya menyusun tugas-tugas sebagai pendalaman materi yang sudah disampaikan sebelumnya. Walaupun begitu, saya tetap meminta tolong kepada Pa Sarman (yang sudah begitu murah hati untuk menggantikan saya) untuk memberi beberapa materi baru kepada anak-anak. Maafkan ibu ya, karena tidak bisa bertemu dan mengajar kalian dalam waktu yang cukup lama. Saya menikmati har-hari penuh tugas pada masa pelatihan ini. Sebetulnya penggunaan kata “penuh” agak berlebihan. Memang tidak dipenuhi oleh tugas, tapi setiap saat dari pagi sampai malam hari, otak kami dijejali banyak hal. Saya seringkali merasa mengantuk, tapi berusaha bertahan karena takut ketinggalan. Bu Wei dengan keluarbiasaannya menjelaskan banyak hal yang terkait dengan pendidikan. Pertama, kami dibekali dengan segala sesuatu yang terkait dengan administrasi pendidikan, terutama adalah RPP. RPP, menurut penjelasan Bu Wei, bagian yang sangat membantu. Bukan hanya membantu kami para guru yang akan mengajar di kelas. RPP, apabila disusun dengan baik, detil, dan mudah dipahami, akan menjadi sebuah jejak yang sangat berarti bagi siapapun yang akan membacanya, termasuk guru-guru lain yang mungkin akan menggantikan tugas kami nantinya. Kami juga mendalami lagi metode pengajaran calistung (baca tulis hitung). Hal ini dirasa penting dan perlu untuk ditingkatkan berdasarkan kondisi lapangan yang ternyata, begitu banyak siswa yang belum bisa dan lancar dalam membaca, menulis, dan menghitung. Bahkan untuk kasus-kasus tertentu yang dialami oleh beberapa kawan pengajar muda lainnya di mana siswa yang sudah kelas 4, bahkan 5 belum lancar membacanya. Sementara di sekolah saya sendiri, separuh dari siswa kelas satu sampai saat ini masih belum hapal huruf, apalagi disuruh membaca. Padahal semester satu sudah lewat. Bu Wei menekankan, “Gunakan gambar dan cerita. Anak-anak paling suka dengan gambar dan cerita. Kita perlu menjelaskan bahwa huruf itu tersusun dari kata. Dan kata tersusun dari kalimat. Untuk menjelaskan kalimat, gunakanlah cerita.” Saya sendiri terkagum-kagum dengan cara Bu Wei menjelaskan mengenai pengulangan kata, penggunaan tanda baca, penggunaan huruf kapital, kalimat seru, kalimat tanya, dan lain-lain hanya dari sebuah buku bergambar dengan tulisan yang sangaaaaaat sedikit. Begitu pula saat Bu Wei mulai memandu kami untuk memparkan bagaimana cara bercerita yang baik, yang mudah dimengerti oleh anak-anak. Dengan satu buah gambar, kita bisa menceritakan banyak hal. Dan yang paling menarik dan sayangnya sangat singkat adalah sesi curhat. Saat di mana kami bisa menceritakan kesulitan-kesulitan karena keterbatasan ilmu yang kami miliki selama perjalanan ini. Selain kesulitan dalam proses belajar mengajar, banyak juga yang menanyakan masalah terkait proses adaptasi dengan lingkungan sekolah juga tempat tinggal. Sekali lagi, dengan keluarbiasaannya Bu Wei menjawab setiap pertanyaan yang kami ajukan. Mendengar masalah yang dihadapi oleh kawan-kawan lainnya, dan usaha mereka dalam mengatasinya, membuat saya semakin kagum pada mereka. Dengan keterbatasan yang ada, masing-masing mencoba memindahkan batu-batu yang menghalangi jalan mereka. Ada yang menghadapi siswa-siswa yang sangat gemar bertengkar. Ada yang menghadapi siswa-siswa yang spesial. Ada yang menghadapi ketidakterimaan guru-guru di sekolah. Ada yang menghadapi keterbatasan fasilitas. Ada yang menghadapi kesulitan adaptasi dengan lingkungan tempat tinggal. Ada yang menghadapi pertentangan suku antarsiswa. Ada yang menghadapi siswa-siswa yang kesulitan ekonomi. Ada yang menghadapi kebiasaan guru-guru yang merugikan siswa. Dan masih banyak lagi daftar yang masih berjejer di belakang. Terima kasih Bu Wei. Melalui pelatihan ini, saya khususnya merasakan begitu banyak masukan yang saya dapatkan. Semoga sisa hari ke belakang tetap dipenuhi oleh semangat dalam upaya meningkatkan kepedulian masyarakat terpadap pendidikan. Maju bangsaku!

Cerita Lainnya

Lihat Semua