RUTINITAS TAMBAHAN DI SORE HARI

Fatia Qanitat 28 Desember 2010
(mengakhiri masa magabut ^_^) 20/12/2010, Senin Magabut alias makan gaji buta saya alhamdulillah berakhir. Yah walaupun masih dibilang magabut juga, setidaknya sudah dua minggu, saya mempunyai jadwal les tetap dengan anak-anak. Les apa? Ya apa saja. Saya masih belum bisa membuat kegiatan les ini menjadi kegiatan yang tersturktur. Semoga nanti di semester dua, bisa saya susun secara jelas target yang ingin saya capai melalui kegiatan les ini. Sementara saat ini, saya hanya ingin bermain-main sambil belajar dengan anak-anak. Ibarat kalau orang pacaran, melakukan pendekatan dulu. Hal ini berawal dari niat saya memberikan les privat kepada Hakim, salah satu murid kelas dua yang mempunyai keterbatasan. Ia sangat sulit untuk menangkap apapun yang kita berikan padanya, walaupun begitu saya tetap optimis. Datanglah saya mengajukan diri kepada ibunda Hakim untuk mengajar Hakim secara privat. Saya disambut dengan senang hati, alhamdulillah. Pertemuan pertama hari senin dua  minggu yang lalu. Kedatangan saya ke rumah Hakim, diketahui oleh murid lainnya yang tinggal tidak jauh dari sana. Tiga orang anak langsung ikut masuk dan berkerumun di sekitar Hakim. Saya, langsung meminta mereka untuk ikut belajar. Jadilah sore itu kami belajar bersama. Hari esoknya, ada lagi anak-anak lain yang meminta untuk ikut serta dalam kegiatan les ini. Terpaksa saya harus membagi dua kelompok, karena jumlah anaknya sudah lebih dari sepuluh orang. Jadwal les dibagi dua. Senin-Rabu-Jumat dengan Selasa-Kamis. Kelompok pertama diisi oleh anak laki-laki dan anak-anak kelas dua dan tiga. Sementara kelompok kedua diisi oleh kelompok anak-anak perempuan dari kelas empat, lima, dan enam. Jumlah mereka terus bertambah dari hari ke hari. Dari satu orang, menjadi empat orang, lalu menjadi tujuh orang, bertambah lagi menjadi empat belas orang, terus bertambah lagi menjadi tujuh belas orang. Sementara sejak tadi pagi sudah lima orang anak yang  datang menghampiri saya dan meminta untuk bisa ikut les bersama. Haduuuhhhh, saya mulai pening (orang melayu terbiasa menyebut pening untuk menjelaskan kalau ia sedang pusing). Terpaksa niat saya untuk mengajar privat kepada Hakim harus saya urungkan. Hakim yang memang membutuhkan perhatian khusus, dalam kondisi les seperti ini terpaksa harus ikut serta belajar dengan kawan yang lainnya. Semoga waktu belajar tambahan ini, setidaknya sedikit membantu ia untuk berlatih membaca dan bersosialisasi dengan kawan-kawannya. Saya senang berjalan-jalan. Kami tidak belajar dan menetap di satu rumah saja. Setiap minggu, kami akan belajar berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lainnya. Hal ini sengaja saya terapkan guna mengenal lebih jauh lingkungan tempat tinggal saya, sekaligus bisa bersilaturrahmi dengan warga sekitar. Saya juga berharap, setidaknya orang tua di rumah mereka, bisa ikut belajar dan terbiasa membantu anak-anaknya untuk belajar di rumah. Seandainya saya diperkenankan untuk menerima bayaran dari kegiatan ini, saya rasa, uang tambahan saya sudah menumpuk. Orang tua datang menanyakan kepada saya. “Bu fatia, jadi perbulan saya bisa bayar berapa,” tanya mereka. Ada yang menawarkan seratus ribu sampai tiga ratus ribu. Bahkan ada yang meminta secara khusus untuk mengajar secara privat salah satu anaknya dan bersedia membayar lebih. Alhamdulillah, kalau dikumpul jadi satu, lumayan buat tambahan (hehehehe). “Ibu, tadi ada orang tua anak yang datang bertanya pada saya, kira-kira satu bulan bayar berapa kalau les dengan ibu,” tanya lagi salah satu orang tua murid kepada saya. Haduuuh...InsyaAllah saya ikhlas mengajar tanpa dibayar. Bahkan saya tergila-gila untuk bisa melakukan kegiatan apa pun. Dan les ini menghilangkan beban pikiran saya yang terjebak dalam ke-magabut-an saya sekian lama. “Tak payah lah bu, yang penting anak-anak mau belajar, rajin membaca,” ucap saya sambil tersenyum. Tapi pertanyaan seperti ini masih belum berhenti. Masih saja ada orang tua anak yang menanyakan hal ini pada saya. Yah, mau bagaimana lagi. Saya kembali memberikan jawaban yang sama pada siapa saja yang menanyakan masalah uang bayaran ini. Rutinitas ini menyenangkan. Anak-anak sering menjemput saya ke rumah, lalu sama-sama naik sepeda menuju rumah tempat di  mana kami melakukan kegiatan les nanti. Les ini tidak lama, paling hanya sekitar satu sampai dua jam. Sehari kami hanya membahas dua sampai lima soal. Malah, anak-anak lebih sering menjadikan tempat les ini ajang kumpul-kumpul lalu malah bermain di halaman.

Cerita Lainnya

Lihat Semua