info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

OLIMPIADE KUARK

Fatia Qanitat 21 April 2011
Minggu, 20/02/2011 Akhirnya, kegiatan yang awalnya sempat kami anggap tidak akan sanggup kami jalankan, alhamdulillah, ternyata terlaksana juga. Dengan pola pengerjaan yang belum diatur dengan cukup baik, saya sebanarnya merasa ragu untuk menjalankan kegiatan ini. kegiatan ini berlangsung hampir bersamaan dengan olimpiade nasional. Yangv sebenarnya perhatian saya lebih banyak dituangkan pada kegiatan tersebut. Tapi, bismilahirrahmanirrahim, secara tim akhirnya sepakat memutuskan untuk menyelenggarakan juga olimpiade kuark (berbeda dengan olimpiade nasional) di gugus masing-masing. Entah bagaimana ceritanya, ternyata kawan-kawan saya dalam satu tim hanya menyelenggarakan olimpiade ini di sekolah masing-masing, tanpa melibatkan gugus mereka. Dan entah bagaimana ceritanya, kenapa saya bisa menjadi satu-satunya yang akhirnya menyelenggarakan olimpiade dalam tingkat gugus, yang artinya melibatkan 5 buah sekolah, termasuk sekolah yang saya tempati. Alhasil, saya menjadi sibuk, buk, buk. Olimpiade kuark ini adalah olimpiade yang diselenggarakan oleh sebuah perusahan, atau sebuah yayasan atau malah LSM (saya kurang tahu secara pasti). Artinya perusahaan atau yayasan atau malah LSM ini sangat peduli dengan pendidikan. Setiap tahun, Kuark mengadakan olimpiade (khusus pelajaran Sains atau IPA) tingkat nasional di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Di mana, tahun ini daerah-daerah yang sebelumnya tidak terjangkau, akhirnya dapat juga melaksanakan olimpiade dengan kami sebagai pengajar muda yang dilibatkan secara langsung sebagai mitra mereka. Akhirnya, kami terlibat untuk menyalurkan semangat anak-anak di daerah yang turut serta berpartisipasi dalam olimpiade ini. Tepat pada tanggal 19 Februari, kegiatan ini dilaksanakan. Sebelumnya, saya menghubungi kepala gugus untuk membatu saya menginformasikan kegiatan ini kepada sekolah-sekolah dalam gugus saya. Sekolah-sekolah yang ikut serta adalah SD N 25 Bantan Air (tempat saya bertugas), SD N 9 Bantan Air, SD N 27 Teluk Ondan, SD N 14 Papal, dan MIS Papal. Berhubung ini murni kegiatan yang diselenggarakan oleh pengajar muda, akhirnya diputuskan yang menjadi tuan rumah adalah SD N 25 Bantan Air. Selain itu, keputusan ini juga berdasarkan pertimbangan bahwa seluruh siswa dari kelas 3 -6 SD N 25 Bantan Air, secara otomatis menjadi peserta kegiatan ini, di mana jumlahnya mencapai lebih dari 120 siswa. Sekolah saya letaknya paling ujung bila dibandingkan dengan sekolah lainnya. Sebagai sekolah yang letaknya paling jauh (20-30 menit perjalanan naik motor), SD N27 Teluk Ondan, SD N 14 Papal, dan MIS Papal awalnya enggan untuk mengirimkan perwakilan dari sekolah mereka masing-masing. Jadilah sampai masa akhir pendaftaran, hanya terdapat nama-nama yang berasal dari SD saya dan SD N 9 Bantan Air. Sampai hari pelaksanaan, saya hanya mendapatkan kabar dari SD 27 yang kabarnya akan mengirimkan 2 orang siswanya. Namun, jreng-jreng-jreng-jreng..... saya terkaget-kaget, karena pada tanggal tersebut, SD saya diserbu oleh siswa-siswa yang datang dari ke empat SD lainnya. Saya bingung, panik, karena khawatir lembar soal dan jawaban tidak cukup. Saya bingung, panik, karena tidak ada persiaapan akan adanya penambahan peserta sekitar 35 orang. Ditambah catatan, mereka semua belum terdaftar!!!! Bagaimana ini, bagaimana ini??? Dengan melibatkan guru lain, entah bagaimana ceritanya , alhamdulillah kegiatan ini berjalan sesuai jadwal, tertib, dan lancar. Semenatara saya, kelelahan luar biasa. Pengaturan ruang tambahan, pendaftaran ulang, di tambah dengan koordinasi pengawasan dan lain-lain, masyaAllah rasanya kegiatan yang hanya berlangsung sekitar tiga setengah jam ini memakan habis energi saya. Saya nyaris melupakan satu hal yang sangat penting, yaitu dokumentasi acara. Dari sekian banyak rangkaian acara, mulai dari pembukaan, pembagian kartu peserta, pendaftaran ulang, pembagian kelas, proses pengerjaan soal dan pengawasan, saya hanya bisa mengabadikan moment menit-menit terakhir pengerjaan soal dan saat siswa keluar dari ruangan. Dan dengan terpaksa, saya bahkan meminta siswa kembali masuk ke dalam kelas, berpura-pura sedang mengerjakan soal. Maaf, kali ini betul-betul disebabkan atas kelalaian saya. Walaupun begitu, rasanya saya sangat bersyukur. Melihat betapa bersemangatnya mereka mendengar kata olimpiade, membuat saya pun menjadi ikut bersemangat. Mereka yang tidak pernah sekali pun mengikuti kegiatan seperti ini, memunculkan kebanggaan sendiri dalam diri mereka juga guru-guru di sini. Soal yang sulit pun tidak menjadi halangan. Sejak awal, saya sudah membisiki mereka, “Kalau tidak bisa, berdoa saja. Pilih mana-manalah,” sssttt ini rahasia kita ya....^_^

Cerita Lainnya

Lihat Semua