info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

DOOR TO DOOR

Fatia Qanitat 1 Februari 2011
21/01/2011, Jumat Metode les door to door menjadi kegiatan favorit saya di sini. Les door to door artinya kegiatan les yang dilaksanakan dari satu rumah ke rumah lainnya, tidak menetap di satu tempat saja. Sambil jalan-jalan, kami belajar, ditambah bonus bisa berkenalan langsung dengan orang tua maupun warga desa ini. Bagi saya, ini merupakan metode pembelajaran masyarakat yang sangat efektif. Melalui kegiatan ini, saya bisa memberikan pelajaran tambahan pada siswa-siswa sekaligus mempengaruhi orang tua agar lebih peduli lagi terhadap pendidikan anak-anak mereka. Mengenai garis besar kegiatan ini sudah saya ceritakan dalam judul “Rutinitas Tambahan di Sore Hari”. Karena banyaknya anak-anak yang ingin ikut dalam kegiatan ini, terpaksa saya membagi les ini ke dalam dua kelompok. Seperti yang sudah saya samapikan sebelumnya, bahwa jumlah anak-anak yang ikut serta memang semakin lama semakin bertambah. Kelompok pertama saat ini berjumlah 15 orang dan kelompok dua berjumlah 12 orang. Saya harap jumlah masing-masing kelompok tidak lebih dari 20 orang. Saya khawatir kalau sampai di atas 20 orang, kegiatan ini kurang efektif. Saya masih belum percaya diri dengan kemampuan saya memanajemen proses pengajaran dengan jumlah siswa yang besar. Terlebih lagi, siswa masing-masing kelompok bervariasi tingkat kelasnya. Misalnya untuk kelompok satu, merupakan campuran dari kelas satu, dua, tiga, empat, dan enam. 15 orang yang tercampur dari lintas kelas saja sudah membaut saya pusing, apalagi sampai di atas 20 orang? Saya tidak yakin. Masing-masing kelompok mempunyai jadwal les dua kali dalam satu minggu. Kelompok pertama setiap hari Senin dan Rabu, sementara kelompok dua setiap hari Selasa dan Kamis. Saya berputar dari satu rumah siswa, ke rumah siswa lainnya setiap minggunya. Jadi, masing-masing rumah siswa dijadikan sebagai tempat les selama dua hari dalam satu minggu. Sejauh ini, saya sudah pergi ke sebelas rumah siswa. Sangat menyenangkan, karena selain saya senang, anak-anak juga ternyata senang sekali diajak untuk berkeliling, bermain ke rumah kawan-kawannya yang lain. Biasanya, kegiatan ini baru saya mulai sejak pukul empat atau sekitar pukul setengah lima sore. Dan setiap pukul enam baru selesai. Apa yang saya ajarkan dalam setiap kesempatan sesuai dengan kesepakatan yang dibuat dengan siswa. Tapi, seringkali saya mengikuti apa yang mereka ingin kerjakan. Kalau mereka ingin belajar matematika, maka hari itu kami belajar matematika. Kalau mereka ingin belajar bahasa, maka hari itu kami belajar bahasa. Tapi, yang paling membuat saya bingung adalah kalau terjadi ketidaksamaan keinginan antara siswa satu dengan yang lainnya. Beberapa orang ingin bahasa, yang lain ingin matematika, ada lagi yang ingin belajar ips, juga ipa. Kalau sudah begini, dan memang seringkali selalu seperti ini, maka saya harus siap sedia untuk bisa menyediakan bahan les sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Inilah kegiatan saya. Les ini tidak seperti kegiatan yang saya selenggarakan di sekolah. Tujuan utama saya melalui les ini selain meningkatkan semangat anak-anak untuk belajar, saya sangat berharap bisa mengenal secara dekat orang tua mereka masing-masing. Saya menggunakan kesempatan ini untuk berbincang-bincang dengan orang tua sambil menjelaskan bagaimana kebiasaan ataupun kemampuan anak mereka di sekolah. Saya sekaligus memaparkan betapa penting adanya pengawasan dari orang tua terhadap proses pendidikan anak mereka, terutama di rumah. Dan inilah kesempatan saya untuk secara langsung mengajak orang tua dan berbicara secara intensif kepada mereka. Tanpa pernah saya pikirkan sebelumnya, alhamdulillah kegiatan ini ternyata memberikan manfaat lebih. Saya bisa mengenal siswa-siswa saya lebih dekat melalui cerita yang dipaparkan oleh orang tua mereka. Saya akhirnya jadi tahu hal yang mereka suka atau tidak sukai, juga bagaimana kebiasaan mereka di rumah. Dari sini, saya sebagai guru dengan orang tua bisa menjalin kerja sama demi kemajuan potensi setiap siswa. Saya harap interaksi seperti ini bisa membawa pengaruh positif kepada siswa maupun orang tua mereka untuk bisa sama-sama peduli terhadap pendidikan. Dan bonus tambahan yang tidak kalah menyenangkannya adalah makanan-makanan yang alhamdulillah tidak pernah alpa dalam setiap pertemuan....hehe...... Pasti ada saja yang orang tua sajikan untuk memasok tenaga kami yang sudah banyak dikeluarkan saat belajar seperti, bubur kacang hijau, sirup beraneka warna, bolu, keripik, opak, dan lain sebagainya. Sajian-sajian ini menambah motivasi belajar siswa. Terlebih lagi dengan syarat yang harus mereka lewati bila ingin menikmati makana-makanan tersebut yaitu harus menyelesaikan tugas yang telah saya berikan, maka belajar mereka menjadi lebih bersemangat.

Cerita Lainnya

Lihat Semua