info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

DIHANTUI RPP

Fatia Qanitat 1 Februari 2011
20/01/2011, kamis Ini dia hantu yang tidak pernah lepas dari pundak saya, dan saya rasakan semakin berat saja. Ini merupakan kegiatan rutin yang selalu membuat saya tidak bisa tidur dengan tenang. RPP alias Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, menuntut saya sebagai seorang guru yang tiba-tiba beralih profesi sebagai maestro yang merancang sebuah pertunjukan, sutradara yang merancang sebuah skenario, arsitek yang merancang sebuah bangunan, peluskis yang merancang sebuah sketsa, juga seorang penulis yang sedang merancang sebuah kerangka tulisan. RPP inilah yang menjadi kerangka kerja saya. Kerangka yang dirancang sehingga membentuk sebuah pertunjukan yang memukau, film yang berhasil sampai ke box office, gedung yang kokoh, lukisan yang indah, dan buku yang menjadi best seller. Hasil-hasil tersebut tergantung bagaimana saya mampu membuat sebuah perncanaan yang baik. Bukan sekadar syarat memenuhi administrasi sekolah, tapi inilah kewajiban yang menjelaskan betapa pentingnya pekerjaan seorang guru. Saya berusaha untuk tidak terjebak dalam administrasi sekolah. Melalui pembuatan RPP ini, saya berusaha mengoptimalkan diri saya untuk membuat rancangan yang paling tepat sehingga dapat efektif untuk diterapkan kepada siswa-siswa nantinya. Tapi, MasyaAllah...... sulit sekali. Dengan latar belakang saya yang tidak bersentuhan secara langsung dalam dunia pendidikan, ini benar-benar menjadi pekerjaan yang berat. Dalam tidur, saya selalu membayangkan bagaimana? metode apalagi? apa yang bisa membuat anak-anak bersemangat di kelas? bagaimana membuat anak-anak yang belum paham menjadi segera paham? bagaimana saya harus memulai kelas? bagaimana saya harus mengakhiri kelas? bagaimana kalau waktu sudah habis padahal materi belum tuntas saya sampaikan? bagaimana kalau ada indikator yang tidak tercapai? bagaimana kalau anak-anak tidak paham? bagaimana kalau mereka sulit dikendalikan? apa yang harus saya berikan untuk mengejar ketertinggalan mereka di semester satu? bagaimana membuat kelas menjadi bersemangat? bagaimana membuat murid bertahan untuk berkonsentrasi lebih lama? bagaimana membuat mereka merasa senang untuk belajar hari ini? dan pertanyaan yang paling besar adalah bagaimana caranya membuat anak-anak mampu mengkonstruk sendiri pelajaran yang ada? haduuuuuuuhhhhhhhhhhhhh pertanyaan di otak saya tidak ada habisnya. Ini benar-benat tidak mau berhenti, dihantui terus-menerus. Dan masih panjang lagi daftar-daftar pertanyaan yang terus muncul tiada habisnya. Tidakkkkk. Bahkan bukan hanya RPP, tapi seluruh kegiatan yang saya lakukan menuntut saya hampir tidak pernah berhenti berpikir, berusaha mencari hal-hal atau metode yang lebih baik sehingga mereka tertarik dan bisa memahami pelajaran yang saya berikan, baik itu dalam pelajaran di kelas, les baca tulis, klub matematika, les sore, atau pun manajemen untuk kontrol kelas. Yang nantinya insyaAllah akan ditambah lagi oleh les persiapan olimpiade dan ektrakurikuler majalah dinding, ya Allaaahhh... Saya senang sebenarnya karena penuh dengan kegiatan, dari pada menjadi pengangguran... hehehe... Tapi, kegiatan yang di luar dari kebiasaan ini, benar-benar menjadi sebuah hal baru dan sepertinya masih membutuhkan waktu lebih untuk bisa menyesuaikan diri. Ditambah lagi, saya sebagai mantan mahasiswa yang masih fresh graduate, yang belum pernah merasakan dan tidak ada pengalaman bekerja sama sekali, terus terang sedikit merasa kewalahan dengan ritme kerja yang begitu padat seperti ini. Pekerjaan sebagai guru tidak pernah terbayangkan sebelumnya akan seperti ini. Saya betul-betul baru mengenal istilah yang disebut program tahunan, program semester, kalender pendidikan, target pencapaian, dan sistem penilaian. Baru terasa bahwa bekal yang diberikan pada masa pelatihan kemarin mengenai silabus dan RPP baru sebagian yang sangat kecil dari apa yang akan dilalui di sini. Secara sadar saya rasakan sendiri kalau menjadi guru adalah sebuah pekerjaan yang sangat menantang. Dalam apa yang pernah saya rasakan, berkali-kali RPP yang saya rancang tidak berjalan seperti apa yang sudah saya rencanakan. Begitu banyak kondisi kelas yang bergerak di luar prediksi saya, dan terpaksa membawa saya ke luar dari jalur yang telah saya buat. Misalnya saja karena ada yang bertengkar, menangis, perhatian lebih pada siswa-siswa tertentu yang sulit menangkap pelajaran, atau keramaian di dalam kelas yang sulit untuk dikendalikan. Banyak waktu-waktu yang pada akhirnya termakan oleh hal-hal seperti itu, sehingga pencapaian yang ada tidak sesuai target yang telah ditetapkan. Walaupun ini saya rasakan sulit, alhamdulillah luar biasa sekali rasanya saat mendengar anak-anak yang berteriak “Senang bu,” atau “Mudah betul bu,” juga mereka yang berkali-kali mampu menyelesaikan soal-soal yang saya tulis di depan kelas, mereka yang bersemangat untuk terus mencoba, mereka yang tak bosan-bosan untuk mengangkat tangan mereka dan berebut  mendapat kesempatan maju dan menyelesaikan setiap tugas yang saya berikan. Perasaan inilah yang menjadi candu bagi saya sehingga saya terus bergerak dan berjalan maju, bersama mereka yang juga tidak pernah berhenti untuk melangkah.

Cerita Lainnya

Lihat Semua