DUA MINGGU DI KELAS TIGA

Fatia Qanitat 1 Februari 2011
17/01/2011, Senin Akhirnya saya mempunyai jadwal tetap untuk mengajar. Alhamdulillah saya sudah dua minggu ini diberi kepercayaan mengajar Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA di kelas tiga. Rasanya? Luar biasa. Mulai mengenal mereka satu per satu, dan semakin mencintai masing-masing malaikat yang mengisi hidup-hidup saya di desa ini. Sering, sangat sering sebenarnya mereka membuat saya jengkel akibat kelelahan mengimbangi tenaga yang tidak ada habisnya dan suara yang tidak ada redanya. Kelelahan, karena mulai bingung mencari metode belajar yang paling efektif untuk mereka. Mulai sedih saat melihat di antara mereka masih ada yang mendapatkan nilai buruk dan membuat saya merasa bersalah atas hal tersebut. Mengapa nak? Apa yang kalian tidak bisa? Apakah ada hal yang kalian tidak mengerti dari apa yang telah ibu sampaikan? Tapi alhamdulillah, kejengkelan, kelelahan dan kesedihan yang muncul, selalu mampu mereka obati dengan canda tawa, tingkah laku dan semangat mereka yang tidak pernah padam. Sayang ini tumbuh, dan meresap hingga ke dalam. Saat ini saya hanya akan memperkenalkan mereka secara garis besarnya. Insyaallah nanti saya akan membuat cerita satu per satu tentang mereka. Jumlah murid di dalam kelas ini ada 31 anak, dengan 11 orang laki-laki, dan 20 orang perempuan. Sebagai pembuka biar saya perkenalkan ketua kelas yang luar biasa penurut, yaitu Fitra. Ia adalah anak yang begitu rajin. Golongan anak rajin lainnya adalah Nurul dan Shofi yang duduk satu bangku, ditambah Sya juga Mala (si juara kelas). Khusus untuk Mala, ia sangat pandai membuat puisi dan bernyanyi. Ada satu anak lagi yang begitu suka membaca puisi, ia adalah Yeni, siswa perempuan yang badannya paling besar dibandingkan siswa lainnya dan juga merupakan anak dari Ibu Ema (wali kelas dua). Saya juga mengajar salah satu anak dari guru lainnya yaitu Pia, anak yang sangat cantik dan paling sering diganggu oleh kawan-kawannya yang laki-laki. Ada Mega yang karena selalu membantu ibunya mencuci piring di rumah, maka ia sering sekali terlambat datang ke sekolah. Putri yang sangat lemah kondisi fisiknya, tapi begitu pandai menguasai pelajaran matematika, sama seperti Santi. Kemudian ada dua siswi yang bersaudara dan berwajah kembar identik yang sampai saat ini belum bisa saya bedakan wajahnya, yaitu Sahira dan Satira. Satu nama lainnya yang begitu mirip dengan mereka yaitu Sapira, yang begitu bersemangat tapi bisa kehilangan semangat tiba-tiba. Ada Zira yang suaranya sangat nyaring, dikenal sebagai siswi yang paling banyak jajannya, karena satu hari bisa mencapai sepuluh ribu rupiah. Ada Puput, yang sering izin untuk pulang di tengah pelajaran karena tidak tahan menahan giginya yang sakit. Sementara golongan anak-anak paling aktif ada Pai, Dani, Ubbad dengan Putra sebagai pemimpin pasukan ini. Dedi dan Jihan yang selalu tertinggal dengan kawan-kawan lainnya, karena setiap saya suruh mencatat, biasanya mereka berdua paling terakhir selesainya. Serupa dengan mereka berdua, ada Umi. Teman sebangku Umi yaitu Wela yang begitu penurut dan pendiam. Berlawanan dengan Wela, ada Shintia dan Sonia yang betul-betul senang sekali berbicara saat pelajaran berlangsung karena mereka duduk sebangku. Lalu masih ada Akiok yang murah senyum. Ada dua anak yang sangat spesial yaitu Denni dan Epi, yang sering tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak jelas. Saya harap semangat mereka untuk bersekolah bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Lalu masih ada Amin dan Sabar, teman sebangku yang begitu rajin untuk saling membantu satu sama lain, terutama Sabar yang hampir selalu memberi contekan kepada Amin. Yang terakhir adalah Ikmal yang selain mempunyai daya tangkap yang cepat terhadap pelajaran, tapi juga mempunyai kecepetan yang sama untuk lupa terhadap pelajaran sebelumnya. Mereka semua istimewa. Saya sangat senang sekali bisa bertemu dan menghabiskan sebagian besar waktu saya di sini bersama mereka. Senyum-senyum yang keluar dari bibir mereka, menenangkan pikiran, walaupun celotehan mereka selalu membuat saya kewalahan. Baru dua minggu, dan mereka berhasil membuat saya jatuh cinta pada masing-masing individu yang ada. Sangat senang hati saya bila melihat mereka semua mengangkat tangan saat saya menuliskan soal di papan tulis. Sangat senang hati saya bila melihat mereka tidak pernah takut untuk mencoba. Sangat senang hati saya bila melihat mereka yang selalu berkata, “saya bu...saya bu....”. Sangat senang hati saya bila melihat mereka berkompetisi satu sama lain untuk mendapatkan nilai terbaik. Sangat senang hati saya bila melihat mereka yang selalu tanpa ragu mengatakan, “AKU PASTI BISA!”

Cerita Lainnya

Lihat Semua