info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

MEMBUAT BUKU DIARY

Fatia Qanitat 21 April 2011
16/02/2011 Seharusnya kalian tahu dari mana saya mengadaptasi kegiatan ini. Yup dari sebuah film. Film yang sangat terkenal yaitu, jreng-jreng-jreng-jreng FREEDOM WRITER. Ini memang saya contek dari film tersebut. Walaupun begitu, lebih banyak lagi dipengaruhi oleh harapan saya yang begitu ingin menumbuhkan kebiasaan menulis kepada siswa-siswa saya. Berhubung saya adalah seorang lulusan dari sebuah jurusan yang begitu banyak terlibat dalam dunia tulis menulis, sedikit banyak ini mempengaruhi saya dalam proses pengajaran. Saya ingin nantinya mereka berani mengeluarkan suara lewat cerita dalam tulisan mereka melalui buku diary ini. Buku diary ini istimewa. Hasil karya mereka sendiri. Kami bersama-sama membuat buku diary ini hari sabtu yang lalu. Hasilnya berwarna-warni dan penuh dengan gambar. Ada yang menggambar bunga, awan, rumah, kapal dan lain-lain pada sampul buku diary mereka. Meriah seperti pelangi. Setiap minggunya, pada hari sabtu, mereka akan menuliskan cerita. Cerita yang seperti apa? Cerita yang menjawab pertanyaan yang telah saya ajukan sebelumnya. Kalau saya bebaskan mereka untuk menulis apa saja, mereka cenderung akan kebingungan. Tidak tahu apa yang mau ditulis. Oleh karena itu, sangat penting untuk memandu mereka lewat pertanyaan yang saya ajukan. Isi pertanyaannya akan bermacam-macam. Pertanyaan yang pertama kali saya ajukan adalah, “Perbuatan baik apa yang telah kamu lakukan dalam satu minggu ini? Ceritakan kepada ibu!” Bermacam-macam jawaban mereka. “pergi ke kedai saat disuruh ibu, mencuci piring, mencuci sepatu, menjaga adik, menyapu, mendengarkan ibu guru, dan lain-lain”. Kalau membacanya selalu membuat saya menjadi tersenyum-senyum sendiri. Seorang murid saya bernama Fitra bercerita bahwa ia sangat suka sekali membantu ibunya di rumah. Saya lalu menyuruhnya bercerita di depan kelas. Fitra berkata dalam ceritanya,” Saya suka membantu ibu di rumah. Saya suka mencuci piring, mencuci sepatu. Saya suka mencuci.” Lalu salah seorang temannya menyahut dalam ceritanya, “Fitra, cucikan sepatu saya ya....” teriaknya. Saya ikut menimpali, “Oiya, betul. Karena Fitra sangat suka mencuci, siapa yang di kelas ini mau memberikan sepatunya untuk dicucikan oleh Fitra? Biar Fitra menjadi senang.” Siswa mulai saling bersahut-sahutan. Saya mendengar ada yang berkata, “Fitra ke rumah saya ya, di rumah banyak piring kotor. Nanti kamu yang cucikan,” ucapnya disertai dengan tawa. Sementara Fitra sibuk mengibas-ngibaskan tangannya menyatakan ketidaksetujuannya. Saya hanya tertawa. Buku diary ini sangat istimewa. Setiap kali mereka menulis, nantinya akan dikumpulkan dan diberikan kepada saya. Mereka akan mendapatkan buku diary hanya setiap hari sabtu disertai dengan pesan balasan yang selalu saya tulis untuk menanggapi setiap cerita yang mereka sampaikan. Karena merasa tidak sabar membaca pesan balasan dari saya, seringkali mereka meminta untuk menulis diary lebih awal. Buku diary ini menjadi penghubung secara tidak langsung antara saya dengan siswa-siswa saya. lewat buku inilah mereka mempunyai kebebasan untuk bercerita tentang hal apapun kepada saya. lewat buku ini pulalah akhirnya saya mengetahui apa yang mereka sukai dan apa yang tidak mereka sukai. Buku ini sangat efektif untuk mengenal mereka secara lebih dekat lagi. Buku inilah yang selalu menjadi baterai cadangan untuk saya. Ketika perasaan sudah merasa jenuh dengan rutinitas, ketika rasa lelah melanda karena kesibukan, juga ketika rasa rindu datang kepada orang-orang tersayang, buku inilah yang kemudian menjadi obat paling mujarab. Baterai saya selalu siap pakai karena sudah diisi ulang setelah membaca cerita-cerita yang disampaikan oleh mereka. Semangat saya bangit setelah membaca tulisan-tulisan penuh kasih sayang yang keluar dari tangan mungil mereka. Bagaimana mungkin saya bisa menahan senyum saat membaca salah satu diary yang menuliskan, “I lov yu ibuk fatiah”. Setiap minggunya, buku-buku ini selalu berhasil menelan kelelahan saya, melipatgandakan lagi dan lagi rasa sayang saya kepada mereka, “I love u too, sayang” ^_^.

Cerita Lainnya

Lihat Semua