“MAAF PA, SAYA TIDAK BISA”

Fatia Qanitat 28 Desember 2010
01/12/2010 Ini kisah singkat. Pada suatu hari, di suatu siang, di meja makan. Pa kepsek alias pa abu sedang duduk di meja makan, dengan saya di sisi sebelah kanannya. Perbincangan berlangsung. Bapak, “Fatia, kamu bisa drumband?” Saya, “eeee....duh pa maaf, saya tidak bisa.” Satu kali. Diam. Bapak, “Kalau main pianika?” Saya, “eeee.....maaf pa, saya tidak bisa,” Dua kali. Mulai gelisah. Makanan terasa mulai tak enak ditelan. Bapak melanjutkan makan sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Bapak, “Kalau rebana bisa?” Saya, “hehehe, ga bisa juga pa,” jawab saya sambil cengengesan. Tiga kali. Bapak tertawa. Terasa hambar. Saya tak enak hati. Makan selesai, saya masuk ke dalam kamar. Perbincangan selesai. Malam harinya, saya mengirim sms ke roy dan wildan (dua orang pengajar muda lainnya) menceritakan isi perbincangan tersebut. Wildan dengan begitu baik hatinya memberikan semangat pada saya, sementara roy, ini sms balasan darinya, yang membuat saya tak berhenti tertawa, “Kalau bersiul bisa kan fat?” sms diterima dari roy. “Ga bisa juga,” sms dikirim pada roy. “Tapi kalau tepuk pramuka bisa kan?” sms diterima dari roy. “Alhamdulillah Allah masih memberikan dua tangan sehingga gw bisa bertepuk,” sms dikirim pada roy. Saya mulai tertawa. Turun level  mulai dari drumband, pianika, rebana, bersiul, lalu bertepuk. Alhamdulillah, setidaknya saya tau apa yang bisa saya lakukan. Mari anak-anak, kita tepuk pramuka!!!

Cerita Lainnya

Lihat Semua