10 NOPEMBER

Fatia Qanitat 21 November 2010
Sabtu, 13 Nopember 2010 Akhirnya waktu ini tiba. Tujuh minggu masa pelatihan rasanya terlewat begitu saja. Ini hari spesial bagi pengajar muda. Berulang tahun dihari keberangkatan membuat hari ini makin spesial bagi saya. Di dalam kontrak, dituliskan bahwa kami akan menjalankan kegiatan pengajaran di daerah pelosok mulai dari tanggal 10 Nopember 2010 sampai dengan 10 Nopember 2011.. Oleh karena itu, hari ulang tahun ini menjadi hari perpisahan sekaligus menjadi hari pertemuan kembali nantinya. Saya menangis karena perpisahan itu tiba. Saya hampir tidak merasakan moment spesial layaknya perayaan hari ulang tahun. Yang sangat saya sadari adalah hari ini saya berangkat, hari ini saya memulai tugas saya, hari ini saya akan sampai di tempat penugasan, dan hari ini saya akan berpisah dengan pengajar muda lainnya, sahabat-sahabat saya. Tidak ada yang tidur. Tepatnya, mulai dari tanggal sembilan, masing-masing dari kami sibuk merapikan berbagai barang yang perlu disiapkan menjelang keberangkatan. Dengan satu buah tas ransel, dan satu buah koper dengan ukuran yang sangat besar, saya siap sejak siang hari. Sementara tiga buah kardus sudah dikirimkan sehari sebelumnya. Beberapa teman ada yang membawa begitu banyak barang, sampai melebihi muatan yang seharusnya. Menjelang pergantian hari, kami semakin sibuk. Pukul 22.00 WIB kami dikumpulkan oleh Pa Sjahid. Kami diminta untuk mempersiapkan diri dan berkumpul di aula asrama pukul 23.00 WIB. Saya memutuskan mandi, karena tidak tahan dengan gatal akibat keringat karena rasa lelah setelah mengemasi barang. Pukul 23.00 WIB, sesuai instruksi, kami berkumpul. Banyak yang belum siap. Saya bingung tidak tahu mau melakukan apa. Menjelang pukul 01.00 WIB, sudah berganti hari, barang-barang dimasukkan ke dalam mobil. Bus meninggalkan asrama pukul 01.30 dini hari. Hati saya berdesir. Tak beberapa lama kemudian, kantuk mulai menyerang. Hampir setiap anak, termasuk saya tenggelam dalam tidur. Bus berjalan mulus menuju bandara Soekarno-Hatta. Di hari ulang tahun ini, saya mendapat kado spesial. Spesial dari kelarga di kamar air. Sebelum berangkat, saya dihadiahkan satu buah bingkisan berisi makanan kecil yang dikumpulkan oleh teman-teman dari kamar air (saya begitu rindu suasana di kamar ini... – apa kabar mba ayu, yuni, pipit, munah, mutia, alin, ais, diah, intan, sakti, nila, dan zaki??). Hadiah seadanya, dikemas seadanya. Isinya, ada kopi instan, coklat dengan berbagai macam merek, dan lain-lain. Yummy... terima kasih untuk semuanya. Terima kasih juga untuk setiap ucapan dan doa yang datang melalui telpon, sms, facebook, dan twitter. Saya kesulitan untuk membalas ucapan kepada satu-persatu dari sahabat-sahabat semua. Tapi tulus dari hati ini juga mendoakan kalian semua ^_^ Sekitar pukul 04.00 WIB, kami tiba. Saya siap melepas satu persatu sahabat-sahabat mulai dari Halmahera yang akan terbang pukul 05.30 WIB, Paser 06.00 WIB, dan Tulang Bawang 06.30 WIB. Karena pesawat tujuan Bengkalis terbang pukul 07.00 WIB, saya tidak sempat melepas kepergian kawan-kawan yang akan ke Majene yang baru terbang pukul 09.00 WIB. Foto-foto, cetrak-cetrek, klak-klik, jeprat-jepret . Masing-masing dari kami sibuk mengabadikan moment terakhir menjelang perpisahan. Satu-persatu saya minta untuk mengambil gambar berdua dengan saya. Saya masih senyum-senyum, tertawa-tawa, lincah bergerak dari satu kawan ke kawan yang lainnya. Waktu yang tinggal sebentar berlalu cepat. Upacara perpisahan yang dipimpin oleh Pa Hikmat berlangsung singkat. Tangis saya menyeruak seketika. Pelukan dari mba ayu dan ais membuat air mata saya menetes tak terbendung. Mereka yang ke Halmahera pergi begitu saja. Satu-persatu saya memeluk dan mendoakan mereka. Selamat jalan Mba Ayu, ais, engkong, doble adi, masbay, jun, dani, aheng, dan ajip. Belum sempat menarik napas, kawan-kawan yang akan ke Paser menyusul pergi. Saya terus terisak dalam pelukan sahabat-sahabat saya satu-persatu, munah, diah, jaim, gilang, patrya, ridwan, mansyur, ims, mutia, nyunyun, dan zaki. Tak sampai setengah jam, kepergian kawan-kawan (asti, selly, faisal, riza, asril, rusdi, nila, inay, yuni, dan hasan) yang akan ke Tulang Bawang memicu kembali air mata saya yang sempat berhenti sebentar. Tiba giliran saya yang pergi, kondisi hati saya lebih stabil. Itu pikir saya, karena air mata saya tampak sudah mulai mengering. Memeluk satu persatu kawan-kawan (nisa, wiwin, alin, BK, ujan, arrum, sakti, atika, soleh, dan agung) yang akan kami tinggalkan. Kawan-kawan yang akan ke Majene akhirnya mendapat kehormatan untuk melepas kepergian kami satu per satu. Tapi saya salah. Pertama kali memeluk bapak saya tercinta, Pa Sjahid akhirnya sukses membuat saya kembali menangis, lagi. Nisa berkata, “Udah fat, jangan nangis lagi,” sambil menempuk-nepuk pudak saya yang berada dalam pelukannya. Berpisah dengan Ujan, yang sudah saya anggap sebagai kakak sendiri membuat tangisan saya semakin deras. Saya lelah, mata saya tampak hitam dan bengkak, terlalu banyak menangis. Saya merayakan ulang tahun dengan tangis, dalam perjalanan bersama intan, wildan, babe, mba tika, nanda, pipit, nene, agus, dan roy, menuju Riau.

Cerita Lainnya

Lihat Semua