3 Akses Kehidupan

Fardhady Himawan Kusumo Hanggara 20 Februari 2013

"Setiap anak adalah juara" begitulah yang dikatakan oleh Pak Munif Chatib disaat pelatihan Pengajar muda beberapa bulan lalu. Kami pun berkealan dengan multiple intelligent (kecerdasan jamak) yang sampai saat ini masih di bagi menjadi 8 jenis kecerdasan. Namun secara kebetulan tapi nyata, mungkin setiap pengajar muda yang ditempatkan pada daerah yang terpencil mulai memahami. Ada kemiripan kepribadian antara anak-anak di daerah kami. Yaitu fisik yang diatas rata-rata anak seusianya.

Saya ingat kemarin saat saya berlomba berenang menyeberangi sungai Kapuas. Jangan kira karena saya lebih besar dan lebih terlihat kuat, lalu saya bisa menang? Haha, tentu saja saya kalah telak.

 

Kemudian mungkin saya sedikit mengambil kesimpulan, kenapa anak di daerah yang agak terpencil rata-rata memiliki fisik yang kuat, serta mengapa anak-anak yang di kota rata-rata lebih banyak tahu?

 

Dalam hidup, kita dibesarkan dalam keadaan yang berbeda. Tanpa sengaja itu juga mengakibatkan perbedaan kepribadian, pola pikir, hingga kecerdasan tersendiri. Bagaimana menurutmu?

 

Dari perbedaan keadaan inilah, saya berpikir ada akibat dari akses ini, yang saya berinama akses kehidupan. Sambil meniti dan mengingat ingat keadaan dibeberapa tempat. Saya hanya terpikirkan untuk membagi akses ini menjadi 3, yaitu akses alam, akses informasi, akses kepribadian. Ketiga akses ini mempengaruhi beberapa aspek dalam perkembangan seorang manusia.

 

Akses alam mempengaruhi fisik dan naluri. Akses dengan alam memang memaksa manusia untuk bisa mengatur alam sehingga akan melatih fisik, sedangkan naluri akan terasah karena harus bisa menyatu dengan alam. Dimulai dengan naluri berburu, naluri akan cuaca, fisik untuk bekejaran dengan binatang, hingga kekuatan untuk menahan kejamnya cuaca di alam terbuka tanpa pelindung.

 

Akses informasi mempengaruhi ragam pengetahuan. Banyak informasi yang manusia dapatkan juga mempengaruhi kehidupan seorang manusia. Bahkan seringkali informasi yang seorang manusia dapatkan hanya sekedar teori hitam belaka tanpa mereka tahu sebenarnya itu apa. Misal saya baru benar-benar tahu arti "kuning langsat" setelah saya melihat buah yang namanya langsat (seperti duku). Malah yang dulu saya tahu arti "kuning langsat" yaitu kulit kuning seorang perempuan yang cantik seperti Dian Sastro. Haha. Banyak juga yang lain, dan selama ini manusia yang memperoleh akses informasi hanya mengeneralisasi informasi yang didapatkan, kerap kali hanya sekedar teori belaka. Contoh lain yaitu informasi tentang masyarakat dayak yang "makan orang" juga sering saya dengar. Namun dalam kelebihannya manusia yang mendapat akses informasi memang terlihat lebih banyak tahu dibanding manusia yang tidak memperoleh akses ini.

 

 Akses kepribadian ini lebih disebabkan pengaruh entitas perilaku asli dari masyarakat, mempengaruhi cara manusia berinteraksi dengan manusia lainnya. Akses ini tidak terpaut kepada suatu nilai, karena akses ini terpengaruh dengan kepribadian masyarakat. Jika masyarakat keras, maka kepribadian yang terbentuk juga keras, begitu juga sebaliknya. Saya ingat ketika dosen saya pernah cerita, beliau berencana punya istri 4. Yang pertama orang sunda, agar cantik katanya. Yang kedua orang jawa, karena penurut katanya. Yang ketiga orang minang, agar masakannya enak terus. Yang keempat orang batak, agar kalau mau berkelahi istrinya yang maju (Cuma bercanda, no offence lho ya :D ). Tapi dari gurauan dosen saya ini, saya bisa memetik terdapat perbedaan kepribadian antara suatu daerah dengan yang lain, dan ini mempengaruhi mereka.

 

Hingga kini, saya belum terpikirkan macam akses yang lain. Semoga pembaca punya ide. :)


Cerita Lainnya

Lihat Semua