Pak Tata (From Zero to My Hero#3)

Fandy Ahmad 6 Juni 2013

Salah satu guru luar biasa di Kecamatan Cimarga namanya Pak Tata. Lengkapnya Tata, S. Pd, M. Pd. Nama panjangnya Taaaaaataaaaaa. Guru PNS biasa. Bukan Kepala Sekolah, bukan Kepala UPT, bukan Pengawas, Bukan Penilik, Bukan Pustakawan, pokoknya bukan orang yang punya jabatan strategis di level Kabupaten Lebak, di Level UPT, atau Gugus KKG. Tapi bukan berarti dia tidak melakukan apa-apa. Atau tidak bisa diandalkan dalam hal apa-apa.

Pak Tata bukan asli lebak, aslinya Ciamis. Ya, Ciamis punya. Datang dengan modal nekat ke Lebak tahun 1990-an ikut Kakaknya jadi sales piring, gelas dan sendok. Memikul barang dagangannya dari rumah ke rumah. Pak Tata waktu itu menarget jumlah rumah yang dikujung dalam satu hari. Setelah beres keliling Pak Tata mampir di tempat kursus untuk kursus akuntansi. Pelajaran yang di dapatkannya dari kursus di terapkan ke pekerjaannya sebagai sales. Karena manajemen keuangannya bagus (ngalah-ngalahin aku yang lulusan ekonomi) Pak Tata berhasil menabung dan dipakai untuk kuliah di salah satu universitas di Jakarta. Pak Tata juga sempat kursus komputer, waktu itu komputer masih pakai sistim operasi DOS (Disk Operating System) layar biru jaman bauhela yang sekarang sudah tidak laku. Aku tanya ke Pak Tata, bagaimana rasanya mikul piring dan gelas. Jawabannya, rasanya mikul piring dan gelas luarrr biasa! Tapi saya tidak gengsi.

Lulus kuliah Pak Tata mendaftar jadi guru honorer di Pemda Lebak tahun 2000an. Sekitar tahun 2000an itu (aku lupa tanggal pastinya yang diceritakan Pak Tata) mengajar di Kadulisung Sekolah Fialial SDN 1 Sangiangjaya. Kampung Kadulisung masih masuk daerah administratif Desa Sangiangjaya. Seperti yang pernah aku ceritakan Desa Sangiangjaya punya 4 Kampung; Kampung Lebuh (Ibu Kota), Kampung Roke, Kampung Bubur Sabrang, dan Kampung Kadulisung.

Pertama kali menginisiasi Filial Kadulisung bersama warga, Pak Tata melewati masa yang serba sulit. Karena nuansa Kejawaraan (jagoan silat) di Kampung ini masih sangat kental. Pendekatan yang dilakukan Pak Tata cukup komunikasi yang santun. Maksudnya, tidak santun ya kena bacok! Tapi Pak Tata berhasil membangun optimisme dan pola pikir warga soal pendidikan. Berhasil. Bersama warga pak Tata membangun sekolah dengan gotong royong, tanpa fulus (dana) sedikitpun. Bambu dan rumbia, makanan dan minuman yang menjadi bahan membangun sekolah adalah sumbangan dari warga.

Sekolah Filial Kadulisung SDN 1 Sangiangjaya berdiri dengan gagahnya. Tidak ada korban jiwa dalam pembangunan sekolah ini. Kerena dibangun dengan ketulusan kolektif dari warga. Palng-paling hanya keringat warga yang berjatuhan untuk membayar pembangunan sekolah ini.  Selama mengajar di Filial Kadulisung Pak Tata kesulitan mencari warga lokal yang lulusan SMA untuk menjadi guru honorer di Filial ini. Karena yang sekolah hanya dihitung jari. Itupun putus sekolah dasar. Dan selama mengajar di SD ini, Pak Tata seperti tuna wisma yang tidak punya rumah. Tidur di sekolah yang beratap rumbia dan berdinding bambu. Sesekali numpang di rumah warga yang sedang baik hati kepadanya.

Pak Tata juga mengajar di SD induk SDN 1 Sangiangjaya. Jadi kalau Pak Tata menuju SD Filial, harus jalan kaki sejauh 7 Km melewati hutan. Pernah Pak Tata pulang pergi dari Lebuh ke Kadulisung untuk mengambil absensi muridnya yang ketinggalan. Pak Tata diangkat jadi PNS. Gaji pertamanya tentu saja digunakan untuk membeli motor. Tapi motor tua, tidak baru.

Jadi PNS yang ditempatkan in the place of no ware, dapat Dacil donk. Dacil (dana khusus untuk guru daerah terpencil) pertama yang diterima Pak Tata digunakan untuk membeli laptop. Barang yang menurutnya sangat diinginkannya, dan barang itu berhasil meubah hidupnya. Laptop itu entah bagaimana ceritanya (tapi jadi cerita nyata) mengantarkannya bisa kuliah S2 di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Seperti mahasiswa S2 pada umunya dia mendapati dosen-dosen yang tidak bisa diajak kompromi. Tapi akhirnya lulus. Pak Tata menikah pada umur 36 tahun. Syukurlah Pak Tata mendapatkan istri yang bisa mengerti pekerjaannya. Yang merelakan sering ditinggal menginap di Kadulisung atau Lebuh untuk mengajar. Saat ini Pak Tata punya dua anak yang masih kecil umur 10 tahun dan 6 tahun. Pak Tata tinggal di Rangkasbitung, waktu tempuhnya (sekarang sudah aspal) 1 jam perjalanan ke Lebuh.

Filial Kadulisung akhirya menjadi SD Negeri 2 Sangiangjaya. Namun, yang membuat aku tidak rela, bukan Pak Tata yang menjadi kepala sekolahnya. Ya, aku tidak rela, karena Pak Tata yang menginisiasi dari awal. Dan Pak Tata sangat…sangat…sangat memenuhi syarat jadi kepala sekolah. Pak Tata menanggapi ketidakrelaanku dengan jawaban; biasa aja tuh! Pak Tata sampai saat ini mau menjadi guru tetap di SD Negeri 2 Sangiangjaya. Beda dengan guru-guru pada umunya, terlebih yang sudah S2. Mentang-mentang sudah S2 tidak mau mengabdi di tempat yang kekurangan guru secara kualitas. Pasti minta pindah ke kota atau memilih megajar SMA. Atau memilih tempat yang basah dan nyaman.

Tahu tidak menjadi kepala sekolah di SD yang dinisiasinya dari awal, Pak Tata tidak ngambek atau melayangkan protes seperti orang-orang yang merasa dihianati dan sakit hati. Pak Tata selalu menjadi pemateri di kegiatan KKG (kadang duet dengan aku), karena tidak ada lagi yang lain. Pak Tata jadi kiblat pengembangan kurikulum KTSP, dan sedang mendalami kurikulum 2013. Pak Tata satu-satunya reverensi pendidikan di Kecamatan Cimarga. Tidak ada lagi. Ada sih, Pak Muhidin, Kepala Sekolah SD Negeri 3 Sangiangjaya, namun beliau masih dalam tahap belajar.

Saat ini aku sedang membantu Pak Tata mencari beasiswa kuliah S3 di luar negeri. Aku coba carikan di Australia, dan universitas di Belanda. Pak Tata meminta tolong kepadaku dengan timbal balik Pak Tata akan tetap mengajar di SD Negeri 2 Sangiangjaya. Tidak akan pindah ke kota atau mencari tempat yang basah dan nyaman. Tapi sebenarnya aku tidak pernah meminta imbalan seperti itu, itu tawaran timbale balik dari Pak Tata

Ya itu Pak Tata. Sudah S2 tapi masih mau ngajar di tempat yang paling dihindari dan ditakuti oleh guru-guru pada umunya. Pak Tata yang selalu semangat berbagi kepada guru-guru lain. Pak Tata yang jadi teman baikku selama di Lebak. Pak Tata yang dicintai murid-muridnya karena secara kualitas mumpuni. Ayo doakan Pak Tata biar bisa dapat beasiswa S3. Amien!


Cerita Lainnya

Lihat Semua