Leadership Lesson dari Bapak

Fajrie Nuary 3 April 2014

Setahun di sini memang pengajar muda akan belajar banyak sekali dari masyarakat, tak terkecuali diriku. Sebelum menjadi pengajar muda aku tidaklah aktif dalam kegiatan masyarakat di tempatku tinggal, aku hanya aktif di luar rumah saja. Di sini aku dituntut untuk aktif dalam kegiatan kemasyarakatan karena itu termasuk dalam 4 dimensi yang harus dilakukan seorang pengajar muda, yaitu pembelajaran masyarakat. Di sini aku tinggal dengan kepala kampung, dan hingga kini aku bersyukur sekali karena dari seorang bapak piaraku inilah aku belajar banyak tentang kepemimpinan.

Bapak piaraku yang seorang kepala kampung ini sangatlah visioner. Pertama kali aku tiba di rumah aku penasaran dengan denah kampung yang dibuat sangat detail, bak seorang arsitek bapakku lah yang menggambar denah kampung tersebut. Bahkan bapak menggambar rencana pembangunan taluk di depan kampung yang entah kapan bisa terealisasi, karena memang dana yang dibutuhkan tidak sedikit. Tapi itulah bapak, ia seorang yang berpikir jauh ke depan dalam mengambil setiap keputusan bahkan dalam membuat rencana pun ia sudah berpikir jauh ke depan.

Sering kali aku menghabiskan malam berdua saja dengan bapak, ceritanya banyak hal mulai dari cerita kampungku yang begitu kaya akan nilai budaya, cerita sekolahku, cerita kegiatan2 di kampung, semuanya diceritakan oleh bapak sepanjang aku bertanya. Dari cerita malam2 itulah aku tau bahwa bapak memang seorang pemimpin yang sangat amanah.

Bapak pernah menceritakan tentang perjuangannya membuat MCK umum di kampung untuk warga. Mungkin sebagian dari kita berpikir alasan bapak memperjuangkan MCK itu adalah untuk kebersihan semata, padahal tidak. Hal ini dilakukan bapak karena bapak yang dulunya menjabat sebagai ketua Baperkam sering mendapat pengaduan dari masyarakat yang merasa diintip ketika buang hajat di pantai. Ya, sebelum ada MCK warga di sini pergi ke pantai untuk buang hajat. Peristiwa kecurigaan intip mengintip ini seringkali menjadi masalah yang besar. Nah, di situlah bapak mengatasi masalah langsung ke sumbernya. Kalau orang yang tidak peka tentu menyelesaikan masalah hanya sebatas kepada orang yang berselisih, tapi bapak tidak. Dengan kepekaannya terhadap akar masalah, ia memperjuangkan MCK itu agar tidak ada lagi kecurigaan intip mengintip. Hasilnya? Sesuai yang diprediksi bapak, kasus2 pengaduan masyarakat jadi berkurang drastis, bapak sebagai kepala kampung pun berkurang beban pikirannya.

Bapak bsia dibilang orang yang sangat nasionalis. Bapak masih merasakan betul perjuangan kakek dan buyutnya bersama pejuang lainnya untuk mempertahankan daerah Irian Barat ini dari penjajah Belanda. Pernah ketika kami sedang makan siang tiba2 dari radio diputar lagu Tanah Air Beta, bapak saat itu langsung terdiam dan mukanya seperti sedang memikirkan sesuatu. Aku penasaran dan kutanyakanlah dirinya kenapa. Dia bilang setiap mendengar lagu itu memang badan rasa merinding, karena teringat jasa para pahlawan ketika memperjuangkan kemerdekaan. Kata-kata dalam lagu itu bak menusuk segala sendi dan tulang-tulang bapak, begitu pengakuan bapak.

Ada lagi ketika bapak menunjukkan denah kampung yang bapak buat. Disitu ada gambar taluk yang entah kapan bisa terwujud karena anggaran besar yang dibutuhkan untuk membuatnya. Bagi orang pada umumnya mungkin menganggap taluk hanya untuk mempercantik kampung dan memecah ombak agar tidak abrasi, tapi bapak berpikiran lain. Ide taluk itu muncul ketika bapak mengalami sendiri sulitnya perkara tanah di kampung. Tidak jarang warga saling bersitegang masalah tanah, sehingga untuk membangun pun kadang bisa menghambat. Dari situlah ide taluk muncul, dengan adanya taluk akan ada wilayah laut yang dapat digunakan siapapun untuk membangun rumah. Kalau wilayah laut tentu tidak ada yang mengklaim miliknya, berbeda dengan di darat. Ketika mencetuskan ide ini bapak kepikiran para pasangan muda yang butuh tempat untuk buat rumah, karena itu bapak pikir rumah panggung di pantai adalah solusi buat para pasangan muda. Taluk itu dapat memperluas wilayah pantai karena menahan air dari laut.

Di malam ulang tahunku yang bertepatan dengan pertemuan warga kampung untuk membahas 1 masalah, bapak lagi-lagi mempertunjukkan kepadaku pelajaran tentang kepemimpinan. Ketika bapak harus tidak mengungkapkan kebenaran karena lihat dari situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan. Mungkin sebagian kita yang terkadang mengklaim diri idealis, segala bentuk kebohongan adalah salah, katakan kejujuran meski pahit rasanya. Tapi tidak dengan bapak, bapak mengenal watak masyarakatnya, karena kondisi sedang panas dan bisa membuat masalah semakin rumit jika mengatakan kejujuran bahkan bisa membuat salah satu marga di kampung keluar dari kampung secara serentak, akhirnya bapak menggunakan kalimat diplomatis yang hanya bisa ditangkap oleh orang yang memang terbiasa dengan komunikasi implisit. Ya, aku semakin kagum dengan bapak saat itu. Di sini lah aku banyak belajar dari bapak piaraku yang seorang naturalis sejati.


Cerita Lainnya

Lihat Semua