Rosdiana - Mawar Hutan Tambora
Faisal Jamil 9 Februari 2013Rosdiana.
Itu nama anak itu. Anak yang menurutku, pantas mendapatkan perhatian. Setidaknya karena dia mampu berbeda.
Dia adalah seorang muallaf. Diana – nama panggilannya – muallaf sejak setahun yang lalu. Ibunya adalah keturunan lombok yang menikah dengan seorang bersuku timor. Ibunya pindah agama menjadi Kristen sampai akhir suaminya meninggal, sekitar 5 tahun yang lalu. Setelah baru tahun lalu, Ibunya bersama anak-anaknya kembali ke agama lahirnya. Agama Islam.
Kurang setahun waktunya. Keluarga itu berpindah ke agama Islam ketika ada mas Habib. Mas Habib yang membantu menguatkan dan memudahkan proses ‘kembalinya’ ke agama Islam. Setelah berpikir panjang, Mama Diana akhirnya memutuskan untuk kembali beragama Islam.
Belum sampai setahun waktunya, Diana sudah bisa lancar membaca Al-qur’an. Dia adalah anak yang paling rajin mengikuti tadarrus Al-quran saat bulan Ramadhan kemarin. Di dusun ini, yang mengikuti tadarrus tidak pernah lebih dari jumlah jari dalam satu tangan. Dan Diana selalu hadir ketika tidak berhalangan.
Dia berhijab. Berjilbab. Disaat semua warga disini tidak ada yang berhijab selama kegiatan sehari-hari, maka dialah satu-satunya yang berjilbab diantara semua anak-anak, bahkan diantara semua wanita dalam satu dusun. Tidak hanya saat sekolahnya. Tetapi selama hidupnya sehari-hari.
Dia adalah anak yang cerdas. Dia dulu pernah bersekolah di SMP 3 Pekat. SMP di desa sebelah, desa yang sudah masuk ke kabupaten berbeda dengan tempatnya tingga. SMP yang cukup favorit dan mempunyai tingkat daya saing yang tinggi untuk dapat bersekolah disana. Dan Diana menjadi salah satu pemenangnya. Dia bersekolah disana. Hingga sampai satu saat, dia harus pindah sekolah ke MTs di dusun tetangga. Satu-satunya sekolah tingkat menengah pertama di desa kami.Yang kehadiran gurunya jika dibandingkan kehadiran muridnya seperti membandingkan jumlah hari jum’at dalam satu pekan. Anak-anak yang sering belajar sendiri – bermain tepatnya – dibandingkan di ajar oleh gurunya.
Mengapa dia pindah dari SMP 3 ke MTs?
Faktor biaya menjadi alasannya. Meskipun sekolah tidak memungut biaya apapun, tetapi tetap saja, kemiskinan tidak hanya berhenti pada hal itu saja. Kehidupan sehari-hari tetap membutuhkan ‘beras’ untuk dimakan. Ketika bersekolah di SMP 3, dia tinggal bersama keluarga jauhnya. Keluarganya menyumbang beras ke keluarga jauhnya. Dan suatu saat, Ibunya tak mampu lagi memberikan jatah diana ke keluarga jauhnya. Setelah hal ini terjadi beberapa kali sampai akhirnya Mama Diana meminta Diana berpindah sekolah di desa kami kembali ,agar tidak perlu lagi ada jatah beras untuk yang di sumbang ke keluarga tumpangannya. Begitu ceritanya.
Aku salut padanya. Suatu malam, aku sedang menelpon temanku. Dari rumahku, aku lihat sedikit cahaya lampu api dari dalam masjid. Di masjid yang tak pernah ada penghuninya sama sekali, kecuali ramadhan, hari jum’at dan hari raya Islam. Aku penasaran, aku lihat kesana. Ternyata diana sedang shalat Isya sendirian di dalam sana. Aku kembali ke rumah. Aku ambil Al-qur’an yang memang kusiapkan untuknya nanti saat dia ingin pindah ke lombok. Aku ambil saat itu juga. Tidak usah menunggu lagi. Aku salut padanya.
Dia ingin pindah?
Ya, dia berencana pindah ke lombok. Seluruh keluarganya. Dia pernah bercerita sewaktu di perpustakaan. Mamanya sudah lelah menjadi kuli babat perkebunan sejak suaminya meninggal. Sejak saat itu, Mamanya menjadi tumpuan keluarga. Dia ingin kembali ke kampung halaman, Lombok. Meskipun disana, kehidupan tidak pasti lebih baik dibandingkan disini.
“Mungkin bisa jadi kuli cuci baju orang disana”, cerita Diana.
Diana, sebagai anak pertama juga turut merasa bertanggung jawab. Pernah sekali waktu aku lihat dia tidak masuk sekolah selama satu minggu. Rumahnya yang sangat dekat dengan sekollah membuat aku tahu dia tidak masuk sekolah. Aku tanya dia mengapa tidak masuk sekolah.
“Bantu leles (pungut) kopi pak guru. Untuk bantu bayar hutang mama sebelum pulang ke lombok.”, jawabnya.
Diana. Seorang mawar di tengah hutan Tambora. Sebuah cahaya ditengah kegelapan siang dan malam Tambora. Semoga Allah memberkahimu selalu. Aamiin.
* Tulisan ini ditulis tanggal 13 November 2012
** Saat ini, Diana dan Keluarganya sudah pindah ke Lombok. Tak lama dari tulisan ini dibuat, keluarganya berangkat ke Lombok.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda