Gelap dan Sunyinya Malam

Faisal Jamil 26 Mei 2013

Di sini aku mengerti mengambil hikmah dari setiap perkara kecil. Kebahagiaan bersama keluarga itu adalah saat gelap menyelimuti karena genset tidak menyala. Belum ada listrik PLN masuk di dusun kami. Alasan genset tidak menyala sederhana saja, tak ada uang untuk membeli bensin setiap harinya. Bensin di tempat seperti ini seharga Rp.7000,- per liternya. Cukup memberatkan tentunya jika harus menyala setiap harinya.

Tapi ketika dalam gelap itu, kami tidak ‘terganggu’ oleh serunya film sinetron stasiun televisi swasta yang sangat digemari oleh orang-orang disini. Selepas makan malam ba’da magrib, kami tetap bersama di kegelapan. Ditemani cahaya lampu senter yang sudah mulai redup, atau api lampu minyak di botol kecil. Bercengkrama. Bercerita apapun juga. Dari mulai pengalaman hari ini, ataupun kisah-kisah masa lalu.

Dari momen itulah, aku mengenal lebih dalam keluargaku. Di tengah kegelapan menghabiskan waktu inilah, aku mengenal karakter mereka lebih jauh. Karakter Ibuku yang sangat perhatian, meskipun terkadang berlebihan dalam bercerita. Karakter Bapakku yang senang bercerita, keras, meskipun pada dasarnya adalah pendiam. Dan yang menarik, ketika mereka ada disatu cerita yang sama, mereka terkadang berebutan berbicara bercerita kepadaku, hingga aku dibuat bingung mendengar cerita mereka berdua. Bingung membagi perhatian mendengarkan mereka yang bercerita bersamaan. Tapi pada dasarnya mereka sama. Sama-sama ingin membagi banyak hal denganku.

Aku pun demikian, sesekali aku bercerita tentang sekolah, tenang anak-anak, guru-guru dan keluarga di Jakarta. Aku juga terkadang menceritakan rencana-rencanaku yang mungkin terkait dengan mereka, sehingga mereka dapat memberikan masukan-masukan.

Kami saling bercerita, menimpali dan mendengarkan. Hingga tak terasa, kami sudah menghabiskan waktu 1 sampai 2 jam bercerita. Atau sampai salah satu dari kami merasakan kantuk yang sudah tidak dapat disembunyikan. Setelah itu, barulah kami masuk ke dalam kamar kami masing-masing. Menghabiskan malam dengan tidur lebih cepat. Ditengah kegelapan dan dinginnya rumah di lereng gunung Tambora ini.

Alhamdulillah.

 

3 April 2013


Cerita Lainnya

Lihat Semua