Belajar Seni Musik - Recorder
Faisal Jamil 23 September 201229 Agustus 2012
Hari ini adalah hari pertama anak-anakku belajar seni musik. Dalam pelajaran SBK, aku mencoba mengisinya dengan pelajaran seni musik. Aku berpikir, pasti mereka selama ini hanya belajar SBK dengan menggambar dan membuat prakarya. Saat ini aku mau mengajarkan mereka alat musik. Betul saja. Saat aku tanya mereka, mereka belum pernah diajarkan seni musik oleh gurunya. Baru kelas 5 dan 6 yang pernah diajarkan oleh Pak Habib yang pernah belajar mengenai nada.
Pertama-tama aku mengajak mereka bernyanyi lagu Anak Tambora, karya seorang peneliti Arkeologi dari Jawa yang datang ke sekolah waktu itu. Anak-anak ternyata masih ingat dengan lagu itu, meskipun nadanya sedikit berubah saat ku dengar. Terlebih lagi, Rizal, anak kelas 6 itu juga menyatakan bahwa dia rindu dengan Mbah No, penulis lagu itu. “Jadi kangen sama Mbah No saya pak”, kata Rizal. Aku tersenyum saja mendengarnya. Semoga Allah menyampaikan rindumu, Rizal.
Setelah mengajak bernyanyi, aku menjelaskan mengapa perlu belajar lambang nada. Gunanya adalah agar lagu yang dinyanyikan tidak berubah meskipun dinyanyikan oleh orang lain. Sebagai contoh adalah lagu yang dituliskan oleh Mbah No. Dulu beliau memberikan catatan lagu kepadaku lengkap dengan Nadanya. Tampaknya beliau terbiasa bermain musik, sehingga tahu betul harus menuliskan nadanya di atas teks lagunya.
Aku tuliskan Angka-angka Do Re Mi Fa Sol La Si Do di papan tulis. Aku ajak mereka melafalkannya dan mengubah nadanya. Setelah beberapa kali berulang, mereka sudah mulai hafal lambang angka Do, Re, Mi dan seterusnya. Tapi nadanya belum berubah. Masih datar semua, hanya pengucapannya saja yang berbeda. Tak apalah, kupikir. Belajar musik memang tak cukup hanya satu kali pertemuan saja. Harus berulang kali, dan berulang-ulang kali.
Setelah aku rasa cukup, aku mengeluarkan senjataku. Dua buah recorder (suling). Aku membelinya sewaktu di Bima tempo hari. Aku mencontohkan bagaimana sebuah nada dapat dihasilkan. Mereka ingin mencobanya. Karena hanya ada dua, aku meminjamkan satu untuk mereka dipakai secara bergantian, sementara aku memegang satu sebagai model cara memegang dan menghasilkan nada. Satu persatu mereka maju ke depan dan mencoba menggunakan Recorder untuk menghasilkan nada. Mereka terlihat kesulitan dalam menutup semua lubang untuk menghasilkan nada dasar Do. Haha. Saat mereka meniup, ada saja lengkingan yang keluar dari Recorder itu karena tidak tertutup rapat ataupun tiupannya yang terlalu kuat. Lucu sekali. Mereka menertawakan dirinya sendiri.
Saatnya giliran Rizal mencoba. Dia tampak tidak kaku dalam memegangnya. Setelah beberapa kali gagal, dia akhirnya bisa menghasilkan nada Do dengan benar. Dia langsung saja membuka jari-jarinya untuk menghasilkan nada lain. Aku ajarkan bahwa harus membukanya secara urut untuk mendapatkan nada yang sesuai. Dia langsung mencoba, dan ternyata bisa. :) Rizal-rizal, ternyata dia ada bakat untuk bermain musik.
Setelah itu, Rizal pulang paling lama karena merasa bisa untuk memainkannya. Dia penasaran untuk menggunakannya lagi. :)
Minggu depan kita akan bermain lagi, nak. Bersabarlah. :)
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda