Sahabat Pena; dari Maybrat sampai ke Nias Barat

Fadiya Dina Hanifa 13 Agustus 2024

Ketika aku masih kecil, sekitar kelas 5 SD, aku sering main ke rumah temanku sore-sore. Pada suatu hari, saat bermain di rumahnya, temanku menunjukkan sesuatu yang menarik; surat-surat dari sahabat penanya. Aku terpesona dengan cerita-cerita dan keakraban antar sahabat pena yang tercermin dalam surat-surat itu.

Melihat ketertarikanku, temanku menyarankan agar aku juga mencoba mencari sahabat pena. Dia memberitahuku bahwa aku bisa menemukan calon sahabat pena di kolom surat pada majalah Bobo. Sesampainya di rumah, aku langsung mencari majalah Bobo dan membuka kolom surat yang dimaksud.

Dengan semangat, aku mulai menulis surat-surat dan mengirimkannya kepada beberapa calon sahabat pena yang ada di majalah. Itulah awal mula perjalananku menjalin persahabatan melalui surat. Setiap surat yang kuterima dan kukirimkan menjadi bagian dari kenangan indah masa kecilku.

Beranjak dewasa, aku sudah berhenti mengirimkan surat ke beberapa sahabat penaku. Budaya berkirim surat melalui pos juga mulai tergantikan dengan kemudahan berkirim pesan melalui aplikasi berkirim pesan secara daring dewasa ini. Sampai pada suatu hari saat menjalani tugas menjadi pengajar muda, Kak Ageng, teman sesama pengajar muda yang bertugas di Maybrat mengirim pesan padaku melalui whatsapp.

“Fad, iseng kita coba macam sahabat pena gitu yuk, anak aku kenalan sama anakmu pakai tulis surat.”

Aku langsung menyambut ajakan Kak Ageng dengan antusias karena teringat masa kecil ketika aku berkirim pesan dengan sahabat penaku. Ada memori perasaan senang yang tersimpan ketika menerima pesan-pesan dari sahabat pena dan juga perasaan senang ketika menuliskan cerita kepada sahabat pena.

Untuk menghemat waktu dan anggaran, kami berinisiatif menjadi kantor pos bagi anak-anak kami. Pertama, Kak Ageng meminta anak-anak muridnya untuk menuliskan surat sederhana kepada anak-anak muridku yang berada di Onolimbu Raya, Nias Barat. Setelah mendapat foto surat-surat dari anak-anak di Maybrat, aku cetak tulisan mereka. Kemudian aku berikan ke masing-masing muridku di kelas 4 SDN Onolimbu Raya.

Mereka antusias ketika menerima surat dari teman-temannya yang ada di Maybrat, Papua Barat Daya. Kemudian aku memberitahu mereka untuk menuliskan balasannya. Terlihat wajah antusias mereka meskipun ini adalah hal yang baru bagi mereka dalam mengetahui bagaimana menuliskan balasan surat. Mereka pun bertanya-tanya kepadaku, "Ibu, bagaimana cara menulis surat? Aku nggak pernah menulis surat, bu".

Akhirnya aku coba ajak anak-anak menuliskan hal dasar dalam perkenalan, seperti menuliskan nama, kelas, hobi, dan daerah rumah mereka. Mereka terlihat sungguh-sungguh dalam menuliskan balasan surat kepada sahabat pena mereka yang ada di Maybrat. Bahkan mereka juga menggambar diri mereka di surat balasan yang mereka buat. 

Aku sendiri merasa senang dan berterima kasih kepada Kak Ageng yang telah mengusulkan ide ini. Selain mengingat kembali memori masa kecil yang indah, aku juga bisa memberikan pengalaman pertama berkirim surat untuk anak-anakku di Onolimbu Raya kepada anak-anak yang berada di Maybrat. Mereka jadi mengetahui bahwa ada teman-teman mereka yang jauh di bagian timur Indonesia sana, bahwa ada banyak kesempatan untuk berteman dengan anak-anak di berbagai daerah Indonesia. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua