Perpisahan Bukanlah Akhir dari Estafet Kebaikan

Fadiya Dina Hanifa 9 Oktober 2024

Lebih dari 365 hari telah dijalani, hingga sampailah pada masa akhir penugasan sebagai pengajar muda. Ada rasa bahagia karena sebentar lagi masa penugasan akan selesai dan sebentar lagi pula bisa pulang untuk bertemu dengan keluarga meskipun di dalam hati muncul rasa sedih karena akan berpisah dengan orang-orang baik yang sudah menemaniku di Onolimbu Raya. Sebelum pulang, salah satu syarat tidak tertulis yang perlu dipenuhi adalah pamitan kepada warga desa yang telah menemani perjalananku selama 1 tahun berada disini. Aku pun menyusun jadwal untuk berpamitan dengan masyarakat desa sembari menyesuaikan jadwal dengan kegiatan kelompok. Beberapa pihak seperti TK Swasta Desa Onolimbu Raya ku ucapkan kata pamit sebelum masa kegiatan transisi, sementara beberapa pihak aku ucapkan kata perpisahan beberapa hari sebelum aku berangkat ke pulau Jawa, yaitu di hari Kamis dan Jumat, tanggal 19-20 September 2024.

Sejak awal, aku berusaha untuk memanajemen emosiku supaya nantinya ketika berpamitan, aku tidak terlihat “ambyar”. Syukurlah, aku bisa mengelola emosi dengan cukup baik ketika berpamitan dengan beberapa masyarakat desa, seperti kepada aparat desa, TK desa, maupun KPPR gereja Onolimbu Raya. Pada hari Jumat saat pisah sambut sekolah pun aku masih bisa mengucapkan kata-kata perpisahan di depan para siswa dan guru dengan senyuman. Sampai pada titik ketika satu anak yang pernah aku antar pulang ke rumah keluuarganya memberikanku hadiah, air mataku langsung menetes. Air mataku terus menetes ketika aku melihat anak-anak melambaikan tangan mereka pada saat mereka pulang sekolah di hari Jumat siang itu. Aku juga menangis saat pamitan terakhir kali dengan mama piaraku. Ketika berpamitan dengan beliau, seketika aku teringat semua kebersamaan dan kebaikan yang sudah dilakukan oleh keluarga piara kepadaku.

Meskipun sudah berusaha untuk mengelola emosi pada saat berpamitan, tetapi emosi sedih memang tidak bisa ditahan untuk tidak keluar dalam bentuk air mata, terutama ketika melihat siswa-siswaku di SD Onolimbu Raya menangis ketika berpisah denganku di hari Jumat itu. Mereka mengatakan beberapa hal-hal kecil yang membuat mereka terkesan, seperti ketika mereka belajar bersamaku, ataupun ketika berjalan-jalan ke pantai Bersama-sama. Aku tidak menyangka bahwa hal kecil yang kita lakukan bisa berkesan bagi mereka. Aku merasa bersyukur bahwa kenangan yang aku tinggalkan pada siswa-siswa di sekolahku adalah kenangan yang baik.

Selama ini aku merasa harus melakukan sesuatu tanpa ada salah dan cela. Tetapi selama satu tahun berada di Onolimbu Raya, Nias Barat, aku belajar bahwa tidak apa-apa untuk menjadi manusia yang tidak sempurna. Tidak apa-apa untuk menjadi manusia yang melakukan hal-hal kecil dalam hidup dengan hati yang ikhlas. Hal-hal kecil mungkin bisa menjadi hal yang baik yang bisa kita tinggalkan di dunia ini. Yang terpenting, setiap perpisahan memunculkan pertemuan yang baru. Semoga dengan pertemuan siswa-siswa dan masyarakat desa kepada pengajar muda yang baru bisa melanjutkan estafet kebaikan, sehingga kebaikan-kebaikan yang mengalir di desa Onolimbu Raya bisa berlanjut dan bertumbuh.


Cerita Lainnya

Lihat Semua