BHINEKA TUNGGAL IKA

Ester Dwi Wulan Nugraheni 19 November 2011

    Cerita ini dimulai dari MTC, tempat diadakannya pelatihan untuk Calon Pengajar Muda Angkatan III. Jelang minggu terakhir pelatihan kami sebagai Pengajar Muda, pengumuman lokasi penempatan pun disosialisasikan. Saya mendapatkan lokasi di Halmahera selatan. Hati merasa bahagia karena menurut cerita tempat tersebut memiliki pemandangan yang indah. Namun, di balik kebahagiaan ini terdapat rasa sedikit khawatir. Pasalnya, saya akan bertempat tinggal di masyarakat yang seratus persen beragama Muslim, sedangkan saya beragama Kristen. Menurut informasi yang saya dapat saat itu pula, bahwa saya menjadi tokoh masyarakat pertama di desa tersebut yang beragama Kristen.Berbagai persiapan pun saya lakukan termasuk membeli pakaian yang bernuansa Muslim serta melatih lidah untuk mengucapkan salam dengan bahasa Arab.    

Sabtu, 05 November 2011 menjadi salah satu hari bersejarah dalam hidup saya. Hari itu saya menuju ke desa Pelita. Desa Pelita yang merupakan bagian dari Kecamatan Mandioli Utara Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara ini secara geografis merupakan daerah kepulauan. Siang itu, sekitar pukul 11.00 WIT saya langkahkan kaki dari perahu menuju desa ini. Beberapa anak menyambut kedatangan saya, merekalah kelak yang akan menjadi anak didik saya. Tangan mereka yang kecil menyambut kedatangan saya dengan salam hangat untuk guru baru. Kali itu saya juga dijemput oleh Kepala Sekolah SD N Ambatu Pelita, SD di mana saya akan bertugas mengajar selama setahun ini. Saya berjalan menuju ke dara --sebutan arah menjauhi lokasi pantai dalam bahasa lokal Halmahera Selatan-- ke arah rumah bapak kepala sekolah SD N Ambatu Pelita yang akan menjadi tempat tinggal saya selama di desa ini.Dengan badan agak lelah serta beban tas punggung yang cukup berat saya melangkahkan kaki.    

Hati serasa terkejut ketika sampai di rumah Bapak Kepala Sekolah. Beberapa orang tengah duduk di teras rumah menunggu kedatangan saya. Sungguh jauh dari dugaan saya, mereka ini ternyata para tokoh masyarakat desa yang dengan sengaja menunggu kedatangan saya."Sungguh luar biasa..." kata saya dalam hati, saya merasa menjadi artis mendadak yang ditunggu penampilannya. Kami pun mengobrol dan saling memperkenalkan diri. Tibalah pada suatu perbincangan yang sudah cukup membuat saya agak khawatir sejak beberapa minggu ini, yaitu perbincangan tentang agama. Saya berusaha membuang jauh segala pikiran negatif. "Semua akan baik-baik saja..." doa saya dalam hati. Dengan mantap, saya pun mengatakan bahwa saya seorang Kristen. Sejenak mereka cukup terdiam mendengar kata-kata saya meski mereka sudah tahu sebelumnya jika Pengajar Muda yang akan datang beragama Kristen.Saya pun meneruskan cerita dengan mengatakan bahwa saya sudah terbiasa hidup di lingkungan Muslim bahkan keluarga saya memiliki agama yang beragam, yaitu Islam, Katolik, Kristen, dan Budha. Pernyataan saya ini cukup mencairkan suasana dan bahkan mereka terheran-heran dengan keberagaman yang saya miliki. Alhasil, saya pun diterima dengan baik-baik.    

Belum sampai hingga cerita di atas, perkenalan antara saya dan masyarakat secara umum pun tiba. Di hari Senin, 07 November 2011, masyarakat Desa Pelita mengadakan acara perpisahan dengan Pak Andika (Pengajar Muda Angkatan I) dan penyambutan saya. Di acara ini, kembali saya diberi waktu untuk berkenalan dengan masyarakat.Saya pun memperkenalkan diri dan mengatakan bahwa saya seorang Kristen. Seperti sebelumnya, saya pun menjelaskan bahwa saya hidup di lingkungan yang beragam namun kami tetap hidup rukun dan damai. Pada kesempatan itu, saya juga menjelaskan bahwa meskipun kita berbeda-beda, tapi tetap satu bangsa Indonesia, "Bhineka Tunggal Ika". Serentak, masyarakat mengangguk-angguk sambil tepuk tangan dan tertawa. Saya merasa bahagia karena masyarakat Pelita menyadari bahwa perbedaan itu bukan halangan untuk tetap bersatu.Saya juga yakin bahwa mereka juga berusaha beradaptasi dengan saya seperti saya beradaptasi dengan mereka. Akhir dari perkenalan ini saya tutup dengan memperkenalkan diri dalam bahasa Ternate yang merupakan bahasa lokal masyarakat setempat, "Ngori rironga Ester...." (nama saya Ester), masyarakat pun makin kencang tertawa. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua