info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Beginilah Saya Memutuskan Bergabung dengan Gerakan Indonesia Mengajar

Erwin Irjayanti 14 Januari 2011

"Ketika kau ingin memerdekakan suatu masyarakat, maka kau musti siap untuk kehilangan kemerdekaanmu itu sendiri." (Tan Malaka)

Dear Readers, yang saya share kali ini adalah sebuat private note yang saya kirim (awalnya) hanya pada 50 teman terdekat saya. Sekarang, notes ini anda baca. Cuma satu: dengan segala kerendahan hati, berharap dari seribu setidaknya ada satu yang terinspirasi.

Hari ini, satu langkah kecil kuayunkan....

On Tuesday, August 31, 2010 at 1:36am

Teman-temanku tersayang, catatan ini kutulis khusus buat kalian. Kenapa “khusus” dan kenapa “buat kalian”? Karena aku tahu, bahwa kalian adalah orang-orang pertama yang akan menanggapi—mendukung, mempertanyakan, melarang—keputusanku ini: tak lain tak bukan, semua itu kutahu, karena kalian menyayangiku. Aku tidak tahu bagaimana harus mengawali. Tapi begini…

1. Telah kuputuskan bahwa, tak lama lagi aku akan meninggalkan pekerjaan dan posisiku di perusahaan lama yang alhamdulillah sudah cukup mapan dan meminjam istilah lebay-nya Mona, “gajinya menandingi rekening Gayus.” Hahhaahah… Mona alay…Gak segitunya kali Bonce...

2. Saat memutuskan hal ini, aku mengenang kata-kata Lukman untuk, “Think out of the box.” Dan nasehat bijak Meita bahwa, “Selalu ada tempat bagi orang baik yang berniat tulus.” Aku juga mengenang saat-saat emosionil dan heroik—ijinkan aku menyebutnya begitu—sewaktu bersama Mona, dan beberapa periode sesudah itu bersama Abang, naik turun angkot seminggu dua kali ke panti asuhan untuk mengajar anak-anak yatim yang rindu motivasi dan kasih sayang: kita kenalkan mereka pada mimpi dan rasa percaya diri.

U remember it, Mon? Bang?   *Aku tidak mau melupakan mata mereka yang berbinar, cara mereka mencium tangan kita, kekonyolan mereka dalam mengintip ruang “Ibu Panti” saat kita menyerahkan hasil saweran teman-teman dan saudara yang telah menyisihkan dan mewujudkan sedikit rizqi dalam bentuk susu bubuk, sabun, gula, diktat-diktat, buku tulis, dll.

3. Sahabatku, setelah melalui proses seleksi yang "luar biasa" selama sebulan kemarin, tak lama lagi aku akan bergabung dengan Gerakan Indonesia Mengajar. Kalau kalian ingin tahu lebih banyak, ini link-nya http://www.indonesiamengajar.org/.

Tetapi singkatnya, kurang lebih begini: …dicetuskan oleh Anies Baswedan, gerakan ini merekrut lulusan-lulusan terbaik dari universitas-universitas terbaik di Indonesia untuk terjun ke “remote area” menjadi Guru selama setahun, yang selanjutnya dinamai dengan Pengajar Muda. Di tempat-tempat terpencil itu, para Pengajar Muda menorehkan jejak, menitipkan pahala. Mengenalkan mimpi pada anak-anak di daerah yang terbelakang sarana pendidikannya. Membuka wawasan mereka mengenai arti “cita-cita” dan bagaimana mewujudkannya.

Setahun mengabdi, seumur hidup memberi inspirasi--begitu jargon Gerakan Indonesia Mengajar ini. Bagiku sendiri, ini akan menjadi sekolah kehidupan yang akan memberi warna lain dalam perjalanan 23 tahun hidupku. Selanjutnya, apa-apa yang kudapat kelak, bisa jadi adalah hal-hal yang belum pernah kudapatkan di bangku sekolah, kuliah, maupun di dunia kerja. Maka biarlah itu semua saling melengkapi dan menjadi simpanan kekayaan bagi kita. Ya, bagi kita.

Insyaallah, jika kalian tak keberatan, ijinkan aku berbagi dengan kalian tentang pengalaman ini suatu hari nanti. Lewat buku mungkin,...mmm... pastinya.   :D

Pada proses seleksi Pengajar Muda ini sendiri, aku mendapatkan pengalaman yang tak ternilai harganya. Di sana, aku bertemu anak-anak muda hebat dari universitas2 terkemuka. Didominasi oleh UI, ITB dan UGM, aku menemukan juga mahasiswa Monash University. Al-Azhar University. Linz University Germany, Rotterdam University... Sebagian mereka berasal dari kelas ekonomi atas, dan sebagian lainnya dari kalangan menengah bawah. Tetapi hal yang merata adalah, bahwa mereka "berprestasi." Juara PKM, Juara Essay Economic World Bank, Duta Asean yang mewakili pertukaran pelajar di MIT, USA...Penerima beasiswa bergengsi dari Jepang (aku lupa namanya)... Mereka berkarakter, ber-IPK di atas 3,3, berpengalaman sebagai "pemimpin organisasi" dimana-mana...

Aku minder. Aku bukan siapa-siapa di sana. Aku hanya membawa niat murni, bahwa aku ingin, ingin sekali berbuat untuk kemaslahatan orang banyak. Aku punya mimpi jika telah kaya suatu hari nanti, aku akan membangun Sekolah Gratis dan panti asuhan. Permasalahannya adalah, aku tak pernah tahu kapan aku akan "kaya"--karena itu subjektif sekali, dan apakah aku akan tua: aku tak pernah tahu kapan akan mati.

Aku percaya bahwa panjang pendeknya umur seseorang, sejatinya tak ditentukan oleh hitungan tahun, melainkan oleh kualitas hidupnya: apapula arti kita hidup 100 tahun tapi tak pernah berbuat "sesuatu."

Dalam keadaan seperti itu, kita tak benar-benar berumur lebih panjang dari RA Kartini--misalnya--yang telah menginspirasi ribuan perempuan di masa hidupnya, yang dia sendiri mati di usia awal 20-an. Untuk itulah aku tak menunda: mumpung ada kesempatan dan restu. Lalu ketika ditanya, apa yang membuatmu ingin bergabung? Aku bahkan tak menemukan kata-kata yang dahsyat untuk menunjukkan betapa besar keinginanku.

Terlalu naifkah ini, ketika kujawab, "saya percaya bahwa setiap manusia diciptakan untuk berguna bagi orang lain. saya ingin hidup saya bermanfaat tidak hanya untuk saya dan keluarga saya, tapi juga untuk kemaslahatan umum. saya butuh uang, tapi saya tidak mau diperbudak oleh uang. saya ingin kaya, tapi saya tidak ingin sendirian kaya. saya ingin memiliki emas: lebih baik segenggam tapi kunikmati bersama orang-orang di sekitarku daripada segunung tapi sendirian jadi milikku. saya punya sedikit pengetahuan, dan saya ingin berbagi.

Pada kesenangan berbagi inilah saya menemukan kedamaian: bahagia, sebahagia-bahagianya." Aku ditanya, "apa arti pekerjaan buatmu?" Kujawab, "pekerjaan semestinya adalah kesenangan. juga tanggungjawab dan kesepenuhan hati. berarti pula dua: mengumpulkan pundi uang untuk hidup yang bersahaja, sekaligus menabung amal untuk hari akhir nanti." Alhamdulillah, setelah melalui serangkaian tes yang "mengesankan", aku dinyatakan lulus.

Teman-teman, kalian penghangat jiwaku. Kumohon doa kalian, semoga segalanya berjalan lancar. Begitu pun dengan kalian, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebahagiaan, rizqi, kesehatan dan kebaikan atas kalian. Aamiin ya rabbal’alamin.

With love, Kawan yang senantiasa mengingat dan merindukanmu.


Cerita Lainnya

Lihat Semua