info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Sungaiku Kini Tak Tenang Lagi

Erma Purwantini 10 Maret 2012

“Yu’, besok bangunin saya ya kalau ayu’ udah bangun!” kataku kepada Ayu’ Noni  (ayu’ = panggilan kakak perempuan di Palembang) sebelum dia meninggalkan kamarku memastikan kenyamanan tidurku. Kepindahanku ke Sumatera Selatan ini menjadi momok bagiku atas kebiasaan bangun pagi di Waktu Indonesia Bagian Paling Barat. Sebelumnya di Aceh matahari mulai menampakkan diri baru sekitar pukul 07.00.

Suara diesel masih jelas terdengar menjelang mataku terlelap dengan senyum terbuai panorama perjalanan panjangku tiba di Kabupaten Musi Banyasin ini. Sebelum ku membuka mata, dalam sadarku telinga sudah mendengar ayam berkokok. Ketika ku buka mata, kulihat setitik cahaya dari lampu teplok  yang menerangi gelapnya malam di ujung kamar. Mencoba melawan dorongan kuat untuk tetap berada di tempat menikmati malam pertama di rumah baruku, tanganku meraih jam tangan yang kuletakkan di meja. Sambil bertanya di dalam hati “kok ayu’ belum terdengar suaranya membangunkan tidurku?”.Ohh ternyata...Jarum panjang tepat di angka 12 dan jarum pendek di angka 5. Segera kuambil senter yang dibekali oleh kakakku ketika bertemu di bandara dan menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Seusai memanjatkan doa syukur atas nikmat yang sudah banyak kurasakan, kulihat HP berkedip-kedip lampu merahnya. Ternyata ada sinyal yang bisa lalu lalang di kamarku walaupun entah itu kapan waktu tepatnya.

Aku mulai mencari baju di tas carrierku, mempersiapkan hari pertamaku untuk bertemu anak-anak berseragam merah-putih di SD penempatanku yang baru. Sepertinya warna-warna putih sudah mulai tampak di celah-celah jendela kamar yang terbuat dari kayu tersebut. Ya, ini pertanda saatnya kamarmu mendapatkan cahaya terang. Kubuka jendela bagian atas dan sedikit jinjit mataku langsung melihat tenangnya sungai yang masih segar dengan udara pagi. Belum tampak penghuni rumah rakit di pinggir sungai melakukan aktivitas.

Seusai aktivitas pembersihan diri, sambil menikmati dinginnya pagi ini, aku bersiap diri berpakaian rapi. Terdengar penghuni rumah sudah mulai bersuara menyambut hari yang baru. Ayu’ Noni pun sangat sibuk mempersiapkan dagangan di kantin sekolah untuk dijual hari ini. belum lagi membangunkan Dela putrinya yang semalam tidur denganku, dan lagi memandikan putra nomor duanya si Fajri. Menuju ke dapur, kubuat jahe hangat bekal dari ibu dan aku tergoda oleh makanan yang ada di atas meja. “Erma sarapan dulu, itu nasi goreng sllahkan ambil dan makanlah” kata Yu’ Noni kepadaku sambil terus sibuk dalam aktivitasnya. Hmm...kalau makanan seperti ini setiap pagi, tentunya pulang dari sini 4 bulan aku akan lebih gemuk dari sekarang J

Kembali menuju kamar, mengintip jendela bagian atas dan kulihat air sungai sudah bergelombang. Suara mesin sudah terdengar jelas lalu lalang. Perhatianku tertuju pada suara dengan nada riuh mulai mendekat dan ku bergegas menuju jembatan kayu yang berujung dengan dermaga kecil ini. kudapati pemandangan anak-anak berseragam merah-putih sedang seru mengayuh sampannya menuju ke arahku. Terus kagum pada suasana pagi ini yang tak pernah kudapati, anak-anak mulai memarkirkan sampan dan turun perlahan dari kendaraannya. Ya, dermaga kecil ini adalah tempat parkir sampan mereka. disini lah mereka menapakkan kaki menuju sekolah setelah tangan mereka mengayunkan dayung berulang-ulang. Semakin jam menuju pukul 08.00, semakin banyak gelombang yang dihasilkan sungai ini. Pasukan-pasukan sampan mulai menyerbu markas ilmu, begitu juga guru-guru mulai berdatangan dari dusun sebelah.

Sungaiku, kini tak tenang lagi....dan akan kembali tenang nanti di kegelapan sunyi....

Ditemani rintik hujan di malam ketiga,

Salam dari Salah satu guru yang dipindahtugaskan ke Kabupaten Musi Banyuasin

Erma Dwi Purwantini


Cerita Lainnya

Lihat Semua