info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Mimpi Menyala

Enggar Putri Harjanti 4 Oktober 2014

Siapapun yang berada atau mendengar beberapa hal tentang Halmahera Selatan pasti tahu kalau kota ini sedang berubah. Kota ini sedang beranjak untuk memerdekakan diri dari segala keterbelengguan.

Keterbelengguan? Bagaimana tidak? Bagaimana mungkin kalau di suatu kesempatan, aku mengobrol dengan seorang Jawa yang sudah turun-temurun berada di tempat ini. Punya usaha warung makan dan bengkel yang cukup ternama, membawa beberapa saudaranya untuk juga mengambil bagian di tempat ini dan sudah berada di sini selama lebih dari 20 tahun! Wow, apa yang orang-orang Halmahera Selatan lakukan dengan tanah mereka sendiri ya, sehingga banyak pendatang sukses yang beranak pinak di tempat ini. Pikirku. Dalam banyak kesempatan, aku membahasa mama piaraku.

“Ma, barang orang Jawa kan banyak to, dong bisa hidup di mana saja, dong mau kerja keras kong”, aku, tidak bermaksud menyombongkan orang Jawa, tetapi memang benar begitu kan (meskipun tidak semua)?

Kadang, aku sungguh tak bisa mengerti, bagaimana bisa, orang yang tinggal di tepi laut, yang tinggal loncat saja sudah sampai ke laut, harus membeli ikan dulu di kota, yang bisa menghabiskan waktu 30 menit perjalanan ketingting?

Bagaimana bisa, di depan desa dipenuhi dengan banyak bagang (pencari ikan) yang mencari ikan ngafi (sejenis ikan teri), dan tidak ada satupun yang adalah milik warga desa?

Tapi kurasa, ini perjalanan. Jika tempat tujuan masih jauh di depan sana, paling tidak, kita sudah melihat nyala lampunya. Desa Belang-Belang, desa tempat saya ditempatkan, sedang berubah.

Beberapa pemuda sudah melanjutkan kuliah ke Jakarta, beberapa pemuda sudah melanjutkan ke perguruan tinggi. Beberapa anak-anak SD dan SMP sudah melihat Jakarta, ibu kota negara Indonesia yang semula dikira luar negeri itu. Halmahera Selatan pun berubah. Beranjak.

“Sejak ada IM ini, saya merasa Jakarta itu dekat”. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Halmahera Selatan pernah mengatakan ini.

Jika Bapak merasa begitu, bagaimana tidak dengan murid-muridku yang lain?

Jakarta memang sedekat itu, sedekat mimpi yang sudah bisa kau lihat nyalanya.


Cerita Lainnya

Lihat Semua