info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Inspirasi Dari Surga

Enggar Putri Harjanti 4 Oktober 2014

Sejak beberapa hari yang lalu, aku membaca satu per satu cerita Pak Hendra, Pengajar Muda pertama di desa Belang-Belang. Selama ini, aku hanya mengenal beliau dari cerita anak-anak, cerita warga. Cerita yang sangat berwarna.

“Ibu, Pak Hendra to kalau berjalan, kita semua so tahu kalau dong yang lewat, buumm-bumm-bumm.. baru de pe kepala muncul dari jendela itu. Itu jendela tinggi, tapi dong mase lebeh tinggi”.

“Ah, ibu penako, tara pemberani seperti Pak Hendra. Kalau Pak Hendra to, dong berjalan sendiri malam-malam ke jembatan. Dong bilang kalau ada fit-fit, itu suara burung saja”. Fit-fit, yang disebut orang-orang sebagai siluman hantu.

“Pak Hendra suka telepon deng dong pe cewek. Kasiang, dong bilang mau menikah, baru datang ulang di Belang-belang. Kalau dong telepon to ibu, dong pakai bahasa Inggris, supaya kita tara tahu to. Dong telpon di bawah itu sampai di masjid. Sandiri ibu”.

“Pak Hendra to ibu, suka sekali dengan anak-anak. Dong dukung anak kecil tu, anak-anak besar me masih dong dukung tu”. Dukung, gendong. “Pak Hendra to ibu, tara bisa batobo. Dong takut deng air laut”.

“Kalau Pak Hendra biar apa-apa, dong suka sarapan pagi. Kita kase nasi goreng atau apa begitu. Dong tara mau keluar macam ngoni ini, dong banyak-banyak di kamar terus”.

“Kita pernah satu kali cari dong Pak Hendra malam-malam tu, barang sampe jam 1 malam kong belum pulang tu dia. Dong batelpon sampi lat-lat ibu”.

“Ibu, waktu kita dengar Pak Hendra meninggal to, semua anak ni, sampe dong orang-orang tua, semua bakumpul di Kak Bachi pe rumah, semua menangis sampi. Kasiang”.

 

Pak Hendra yang di surga, masih tetap berbagi dengan ku, Pengajar Muda ke 4 di desa ini lewat ceritanya, lewat keoptimisannya dalam setiap ceritanya, dan lewat kenangan dalam hati anak-anak.

Pak Hendra, pasti melihat dari surga. Ia melihat setiap anak yang menerima beasiswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Ia melihat setiap anak yang bisa sampai Jakarta, tempat yang dulu hanya dia tunjukkan di peta. Ia melihat setiap perubahan kecil di desa, bagian dari jerih payahnya. Bagian dari mimpinya yang dia tanamkan kepada anak-anak. Pak Hendra pun selalu berada di posisi yang sama, selalu di sana, di hati setiap warga Desa Belang-belang.


Cerita Lainnya

Lihat Semua