Kehadiran Yang Menguatkan

Eneng Shopiyyah Abdillah 8 Februari 2025

Di Pulau Hinako terdapat 6 desa. Meskipun cukup banyak jumlah desanya, namun masyarakat yang secara nyata tinggal di Pulau Hinako relatif sangat sedikit. Hal ini terjadi karena pasca bencana tsunami 2004 dan gempa 2005 lalu, banyak masyarakat yang memutuskan tinggal di sebrang atau di daratan karena rumah mereka yang di pulau sudah hancur.

Beberapa keluarga yang tinggal di Pulau Hinako beragama islam. Namun, selama 3 bulan saya di desa penempatan, kegiatan agama islam yang dilaksanakan hanya sholat jumat baik kaum laki-laki. Itupun jumlah jamaahnya tergolong sangat sedikit. Hanya 10-15 orang saja. Sebelum saya tiba di desa, katanya, setiap jumat ada jadwal pengajian ibu-ibu. Sayangnya, sejak Oktober hingga Desember saya di desa, pengajian itu belum dimulai kembali. Saya sering menanyakan terkait pengajian ini kepada ibu-ibu sekitar rumah yang saya temui, namun tidak ada jawaban pasti terkait waktu akan dimulainya kembali pengajian ini.

Di awal tahun 2025, kabar baik itu akhirnya datang. Tepat di hari jumat pertama di bulan Januari, ibu-ibu kembali memulai pengajian pekanan meskipun jamaah yang datang tidak lebih dari 10 orang. Saya pun turut hadir karena momen mengaji ini juga sangat saya rindukan. Setelah pengajian selesai, ibu-ibu urung untuk bergegas pulang. Mereka berdiskusi cukup panjang perihal pengajian. Singkatnya, dari obrolan panjang dalam bahasa Nias, para ibu ini ingin sekali mengaji yang juga diselingi dengan ceramah agama atau tausiyah singkat agar pengetahuan agama mereka meningkat. Sayangnya, belum ada yang merasa cukup kompeten untuk menyampaikan ceramah tersebut karena sebagian besar ibu yang hadir mengaji sudah sepuh. Pun terdapat penyuluh agama islam namun beliau sudah berbulan-bulan tidak bertugas di Pulau Hinako karena juga merupakan guru di daratan. Sebagai Pengajar Muda yang -katanya- harus serba bisa, saya pun diminta untuk mengisi tausiyah setiap kali mengaji. Alhamdulillah, saya melihat ini sebagai wadah untuk menasihati diri yang imannya juga kadang naik-turun.

Pada Januari lalu terdapat hari peringatan isra miraj. Saya juga menanyakan kepada para ibu apakah majlis talim di Pulau Hinako ini akan menyelenggarakannya atau tidak. Awalnya sedikit ragu karena masih bingung dengan rangkaian acaranya dan apakah masyarakat lain akan datang atau tidak. Namun, setelah berdiskusi, alhamdulillah kami menyepakati bahwa kegiatan isra miraj akan dilakukan dengan rangkaian agenda berupa ceramah agama, hiburan qosidah, doa, dan ditutup dengan makan kue bersama. Seluruh Pengajar Muda Nias Barat juga turut hadir dan membantu menjadi panitia pelaksana dalam kegiatan tersebut.

Peringatan isra miraj ini menjadi satu momentum yang berharga karena ternyata hampir semua masyarakat muslim perempuan di Pulau Hinako datang. Bahkan, beberapa ibu mengajak serta anak mereka yang masih balita. Harapannya, kegiatan keagamaan seperti ini akan terus hadir di tengah-tengah masyarakat Pulau Hinako agar keimanan mereka atas agama yang diyakini semakin kuat meskipun dalam berbagai keterbatasan yang ada. Setiap jumat, kehadiran PM di pengajian selalu dinantikan. Bukan karena untuk mengisi tausiyah, tapi karena "hadir" berarti masih ada yang mau untuk mengaji dan hal itu menyemangati para ibu yang lain untuk datang juga. Dari sini saya menyadari bahwa hadirnya kita di satu pertemuan ternyata bisa menguatkan mereka untuk terus melakukan pertemuan-pertemuan kebaikan lainnya. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua