info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Lambang Wilayah Kuat Penjagaan Harapan “Tentang Mereka!”

Endah Astuti 24 September 2013

 

Rindu kampung, Frustasi, meneguhkan hati: saat para partner kerja sebelumnya melayangkan email dan menderingkan telepon konsultan  dan konsensus konferen penelitian gol untuk ke Medan dan Dubai November 2013 nanti, green card USA keluar Agustus,2013 ramadhan kareem ini keluarga memintanya cabut dan mengundurkan diri dari Indonesia Mengajar, ayah  jantung koroner  opname dan hasil MRI terjadi SOL di lobus temporal dengan kontras sagital saat H+2 Idil fitri, kakak menikah Oktober,2013 dengan riwayat kami satu saudara yang sudah terpisahkan 10 tahun sudah tidak jumpa belum bisa cuti juga. Sesuatu juga akan dialami ia sebagai pendatang baru, Pengajar Muda di Pulau Lipang, Sangihe. –Ia.

Tak ada yang diperoleh dengan mudah. Itulah pelajaran yang diberikan oleh hampir setiap peristiwa satu tahun nantinya di Lipang kepada ia pengajar muda yang kembali untuk melebur dengan kepedulian yang memang sudah menjadi keputusannya untuk pantang pulang sebelum tinggalkan karya.

Tempat yang kini dikelolanya,segera  menawarkan pilihannya untuk berjuang. Ia bangga terhadap kesederhanaannya di Lipang dan melepas atribut profesional intelektual “konferen” nya kali ini. Bagaimanapun, setelah  berjalan tiga bulan ia tetap merasa gelisah dan sedih. Ia merindukan orang tua dan sanak saudaraanya. “Di mana pun Anda berada, mustahil bahagia jika berpisah dengan keluarga”.

Namun ia sedikit lega dan tahu betul mengapa Pengajar Muda dipilih disyaratkan usia dua puluhan. Kerinduan dan frustasi mereka yang berusia belasan dan duapuluhan paling mudah untuk diadaptasikan. Sebab, jiwa pada usia ini tak segoncang orang-orang yang lebih tua yang pernah mengalami indoktrinasi kehidupan berkeluarga.

Yang juga sulit adalah bersosialisasi. “ di pesta-pesta, orang berjam-jam, berhari-hari menggemakan bunyi-bunyi musik, joget dan jamuan aneka makanan, minuman, cookies. Ia buru-buru pulang, jam 11 malam mencari berbagai macam alasan yang asertif untuk lain kali gabung lagi dan menyisakan tenaga untuk pesta hari kemudian. Kebanyakan, ia hanya tersenyum dan pura-pura menyenangi pesta semacam ini, “katanya.

Satu hal yang dijawab oleh ia adalah pertanyaan ini: “ mengapa aku datang?” dan ia menjawab tegas, “Untuk hidup seperti seorang manusia, yang mengarungi hari dengan menciptakan settingan pikiran yang menyenangkan. Namun kata menyenangkan tidaklah memadai untuk menggambarkan perasaan seorang yang punya daya juang baru pertamakalinya menjelajahi Nusantara Utara, Lipang, Sangihe”.  Kemudian “ Kepulauan itu sendiri merupakan dunia kecil... baik dalam ruang dan waktu, kita sepertinya dibawa mendekati fakta besar itu-misteri dalam misteri-kehadiran ia dipagelaran hidup baru di pulau ini”.

Dan ujung itu terlihat batas tegas “ Mengisi ruang dalam peta Utara Indonesia, menggambar sketsa masa depan anak-anak bangsa berusia lebih panjang, yang digali  dari batu-batu karakter diri mereka tepat di tahun ia disini. Takjub, manusia dengan peradabannya dan mencoba membantu melacak perjalanan kehidupan dari laut ke darat dan dari dunia ke akhirat dengan agama sebagai tali untuk dijabat erat. Di laboratorium semesta Lipang, ia mempelajari perkembangan struktur tubuh tentang apa itu bijak memanusiakan manusia, ia mengotak-atik gen yang pada manusia mempengaruhi pergerakan. Hasilnya adalah PERUBAHAN PERADABAN. –Mereka!


Cerita Lainnya

Lihat Semua