THE ATJEHNGERS. Enam Pengelana Melancong ke Negeri Rencong

Elvira Rosanty 12 Oktober 2013

Ini bukan cerita tentang murid berbakat ataupun guru inspiratif. Ini bukan tentang motivasi, tapi semoga menginspirasi.

Alkisah, hiduplah enam orang pengelana. Jauh-jauh datang dari negeri Jawa ke negeri rencong.

Andhika Mahardika, biasa dipanggil Dhika. Lajang kelahiran 13 Desember 1988. Tanggal kelahirannya saja sudah tanggal sial, maka sampai sekarang masih melajang. Dia terpilih menjadi koordinator PM Aceh Utara secara aklamasi (aklamasi = semena-mena). Waktu itu asal main tunjuk aja siapa yang jadi koordinator, sama sekali tidak pernah mempertimbangkan siapa yang dekat jaraknya ke kota, atau siapa yang paling jago advokasi, terfikir pun tidak. Kemungkinan terbesar dan yang paling memungkinkan saat itu kami memilih Dhika adalah karena badannya gede, dan dia sipit. Kalau di sinetron, Dhika ini tipikal anak yang baik hati dan tidak sombong, tapi mungkin tidak rajin menabung, karena sebelum jadi PM gajinya sudah terlampau berlebihan, luber.

Kalau Dhika adalah bagian dari The Avengers, dia ini adalah Tony Stark sang Iron Man, the industrialist and ingenious engineer. Sejak katrol sederhana buatannya di-launching saat pelatihan, kami semua tunduk, meleleh di hadapannya, mengakui sepenuh hati bahwa ia adalah seorang Insinyur sejati. Begitu pula saat di penempatan, ia berhasil menciptakan sebuah water rocket. Sungguh, pesona ke-insinyur-annya akan menggugah hati siapa pun. Saking tergugahnya kami, sungguh kasihan ketika melihat sepeda motornya mogok di tengah perjalanan berbatu mendaki menuju Dusun Araselo di tengah malam. Saking engineer-nya dia, segala macam mesin di motornya diotak-atik, hanya untuk sejam kemudian mengetahui bahwa ternyata olinya yang habis, dan itu pun dikasih tahu orang desa yang kebetulan sedang turun bukit. Epic fail.

Dhika si manusia besi, dengan ke-jawa-annya dia sangat lembut, baik hati, penyabar, penurut, perhatian, dan memenuhi semua kebutuhan kami. Tipikal lelaki yang suami-able sebenarnya. Dia tahu jadwal Pre-Menstrual Syndrome (PMS) setiap perempuan di dalam timnya. Dia paling bisa berbasa-basi di hadapan orang, tapi paling gak bisa marah. Dia paling gak tahan lihat anak kecil, dan anak kecilnya pun gak tahan lihat dia, sungguh Bapak-able. Jadi, dia adalah pemimpin, koordinator, organisator, Ayah, dan cokiber (cowok kita bersama).

Cahaya Ramadhani, akrabnya disapa Cahoy. Lagi-lagi lajang. Tipikal perempuan yang who lives for the moment, neither for the past, nor the future. Cantik putih jelita menawan. Sekarang pun masih sama, cuma kulitnya sudah dikasih blackening lotion. Ususnya sangat pendek dan lambungnya tipis. Sedikit-sedikit pergi ke WC, dan beneran sedikit. Sekali pergi ke WC, paling lama 1 menit. Jangan sebut-sebut istilah teknologi terbaru, atau apa pun yang berhubungan dengan teknologi. Jangan. Seorang Cahoy tak akan paham. Dia pun beli handphone baru (yang padahal canggih) cuma karena warnanya kuning. Tablet Mito yang di bagian belakangnya ada speaker, dia pikir itu fan.

Cahoy si penyuka warna hijau. Tapi kalau warna hijaunya ada di lampu lalu lintas, dia gak tahu itu harus berhenti, jalan maju, mundur, putar balik, atau terbang. Cahoy hidup dalam hitam dan putih, dan segalanya bagi dia harus hitam atau putih, tidak bisa abu-abu. Cahoy bagaikan dewa Thor. Resistensinya terhadap physical injury sangat tinggi. Invulnerable. Buktinya? Setiap minggu kita akan selalu mendengar kabar Cahoy jatuh dari motor. Cahoy nabrak pagar. Cahoy terbang bersama papan triplek dari motornya. Kaki dan pahanya selalu penuh motif. Motif warna biru, ungu, dan merah.

Anneke Puspa Calliandra, panggilannya Neke. Iya, Neke. Aneh, kan? Memang. Nama yang paling susah diucap oleh anak-anak, yang paling susah diingat oleh stakeholder. Kasihan. Masih lajang? Oh, masiiiih...masih banget. Beware! Kalau lagi ngobrol sama dia, jaga jarak, kekuatan suaranya bisa mencapai 5 juta desibel. Apalagi kalau lagi teriak. Lihat foto komunitas tarinya sedang manggung, teriak. Lihat barang-barang berwarna pink, teriak. Dapat telepon dari semacam-pacar-tapi-bukan-pacar, teriak, dapet telepon dari sahabat, teriak. Habis mandi terus ngaca lihat pipi, teriak, lihat lipatan perut, teriak.

Oh, Neke...kalau gak ada dia mungkin The Atjehngers sepi. Dia ini seperti petasan, meledak-ledak, loncat kesana kemari. Dia ini adalah The Hulk, tapi warna pink. Ish...geli, ya? Tapi emang gitu. Kalau The Hulk itu large green humanoid, Neke ini ya large pink humanoid. Selalu merasa gendut. Setiap pagi minum susu WRP, jam 10 pagi makan biskuit WRP, jam 4 sore makan biskuit lagi, malamnya minum susu WRP lagi. Makan nasi cuma jam 1 siang, sebelumnya harus minum teh WRP. Setiap minggu skipping-an di dalam kamar. Bayangkan The Hulk, tapi warna pink, rambut panjang dengan segala aksesoris warna pink, pakai tutu, di dalamnya pakai legging. Iya, itu Neke.

Neke si tukang kepo, wikipedia berjalan, google berjalan, our googirl. Tanya apa pun, dia pasti tahu jawabannya. Kalau gak tahu, dia akan cari tahu, kalau gak ketemu jawabannya, dia stres. Kemampuan gosipnya melebihi detikhot.com. Dan dia juga sering minta maaf, seperti Mpok Minah di serial Bajaj Bajuri. Neke si penyuka Disney’s princess. Segala hal tentangnya adalah tentang princess, termasuk dirinya sendiri, princess gadget.

Ratih Dwiastuti, dipanggil Ratih. Nah, dia ini tim se-kecamatan saya. First impression ketika bertemu Ratih, pasti mikirnya anak alim, anak Ustad, hafal Al-Quran, mantan ketua Rohis atau guru ngaji. Realitanya? Anak basket, hobi main gitar, jago nyetir motor, penyuka Backstreet Boys, dan tidak bisa hidup tanpa iPod-nya. Playlist-nya belum diganti selama setahun. Dia juga masih single, gak mau disebut jomblo, karena dia adalah jomblo mulia. Masih menunggu pangeran bersapi putih datang membawa proposal permohonan pernikahan kepada Ayahnya. Pokoknya, siapa pun yang akan jadi suami Ratih, dijamin bahagia. Masjid At-Tin di Taman Mini Indonesia Indah sudah di-booking, tabungan deposito sudah ada, investasi emas pun sudah tersedia. Bahagia lah, pokoknya. Mungkin nanti dia yang akan jadi kepala keluarga.

Kalau di The Avengers, mungkin dia lebih pantas jadi Hawkeye. Eh..Basketeye lebih pas rasanya, karena dia mata keranjang. Lihat personil Backstreet Boys yang udah bapak-bapak itu, masih terpesona. Lihat pejabat Aceh yang ganteng, langsung bersedia dijadikan istri kesepuluh. Iya, begitulah Ratih. She has her own world. Kalau sudah di depan laptop, jangan ganggu. Kalau telinganya sudah disumbat earphone, jangan dicolek-colek, tapi diperhatikan. Dia pasti goyang-goyang badan ke kanan ke kiri dengan derajat tertentu, nyanyi tapi gak kedengeran, sambil gerak-gerakkin tangan.

Ari Hendra Lukmana. Nih, ini nih yang terakhir. Manusia paling langka, sesuai dengan jurusan kuliahnya dulu, arkeologi. Cari manusia yang main di pantai pakai baju batik, itulah Ari. Kalau seandainya keberadaan dia lebih dahulu tercium media dibanding si Vicky Prasetyo itu, Ari pasti sudah terkenal. Dari zaman pelatihan, dia sudah sering mengeluarkan vocab yang cuma dia sama Allah yang paham artinya. Yang paling terkenal adalah kata “formalistis”. Dan itu masih berlanjut sampai sekarang, sampai kita sudah buat “Kamus Bahasa Ari – Bahasa Indonesia”. Sebentar lagi akan diterbitkan versi Bahasa Inggrisnya.

Ari juga punya dunianya sendiri. Dulu, kalau kita semua ketawa, dia diam. Kalau kita diam, tiba-tiba dia ketawa. Dulu, dia punya dua titik hitam di dahinya, sekarang sudah memudar. Pertanda apa? Kita tanya saja pada rumput yang bergoyang. Ari yang kita sangka akan jadi personil yang paling kaku, justru ternyata dia yang paling nyeleneh di antara kita. Kelakuannya itu...... indescribable. Bikin ngakak. Ari adalah sosok yang paling bully-able di antara kita semua. Hampir setahun di sini, ada supermarket bernama Suzuya, tetap dia sebut Suyuza. Ada sekolah bernama Sukma Bangsa, tetap dia sebut Nusa Bangsa. Kita sebut nama kampus USU, dia kira itu Universitas Sumedang.

Kalau Dhika paling bisa basa-basi di hadapan orang dan paling gak bisa marah, maka Ari 500 level di atas Dhika. Dengan logat medoknya, sehingga semua kata dalam berbagai bahasa yang dia ucapkan terdengar seperti lagu keroncong. Mau berusaha se-Aceh apa pun, tetap saja jiwa Pangeran Magelang yang terlihat. Tapi jangan salah, Ari boleh jomblo, tapi dia punya keuntungan wajahnya adalah wajah yang paling Aceh. Jadi dialah yang paling banyak dilamar, dari anak Teungku, anak panglima, sampai anak orang terkenal di Aceh. Ckckck. Dia ini Captain America, pesonanya seperti Steve Rogers yang sudah dikasih serum. Captain A, A for Ari. Tapi mungkin shield-nya bukan bermotif bendera AS, tapi bermotif bendera Magelang.

Elvira Soufyani Rosanty. Iya, ini mah saya sendiri. Terserah mereka dan kalian mendeskripsikan saya seperti apa. Yang pasti, mereka punya bahan per-bully-an sendiri buat saya. Pokoknya, di The Avengers, saya kebagian jadi Black Widow. Tapi, saya maunya Purple Widow, karena saya suka warna ungu, dan ungu adalah warna janda. Atau mungkin karena saya.........janda?

Begitulah, pertemanan kami baru berumur setahun. Dan pertemanan ini tercipta bukan karena banyaknya persamaan, namun justru karena beribu perbedaan. Kamilah sahabat yang saling menertawakan kebodohan dan kekurangan satu sama lain. And we’re truly okay with it. Tiada maaf bagi seorang pun yang berbuat kesalahan. Sekali salah, maka akan di-bully seumur hidup, baik di dunia maya maupun di dunia nyata. Kamilah sahabat yang selalu super-woles dalam keadaan apa pun. Because we......are.......The Atjehngers!


Cerita Lainnya

Lihat Semua